SOLOPOS.COM - Warga, sukarelawan BPBD, dan personel TNI bekerja bakti mengevakuasi material longsor yang menimpa dinding rumah warga di Desa Sanan, Kecamatan Girimarto, Wonogiri, Senin (22/1/2024). (Istimewa/Mudrik Alfan Harahap)

Solopos.com, WONOGIRI — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri mengingatkan warga, khususnya yang rumahnya berada di dekat atau tepat di samping tebing, untuk waspada terhadap ancaman bahaya longsor.

Apalagi dengan cuaca yang sudah mulai sering hujan belakangan ini, kerawanan longsor di daerah berbukit dengan tebing tinggi semakin meningkat. BPBD mencatat tanah longsor menjadi ancaman bencana alam tahunan dan paling banyak terjadi di Wonogiri.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kejadian tanah longsor itu semakin meningkat ketika musim hujan seperti sekarang ini. Masyarakat diminta waspada dan berusaha mengantisipasi bencana hidrometeorologi guna meminimalkan jumlah korban maupun kerugian materiel. 

Kepala Bidang Kedaruratan dan Rehabilitasi BPBD Wonogiri, Mudrik Alfan Harahap, mengatakan pada awal musim hujan 2024, bencana tanah longsor sudah mulai terjadi di beberapa tempat meski dalam skala kecil.

Terbaru, kejadian tanah longsor di Dusun Sanan, Kecamatan Girimarto, yang mengakibatkan dinding sisi depan rumah warga setempat rusak pada Minggu (21/1/2024). 

Tanah longsor itu terjadi dipicu hujan intensitas sedang selama lebih kurang 10 jam sejak Minggu dini hari. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, kerugian materiel mencapai Rp15 juta. Warga dan petugas BPBD Wonogiri sudah mengevakuasi material longsoran pada Senin (22/1/2024). 

Alfan menyebutkan tanah longsor merupakan bencana yang paling rentan terjadi di Wonogiri dibandingkan jenis bencana lain seperti banjir, kebakaran, atau angin kencang.

Kejadian tanah longsor meningkat saat musim hujan. Kondisi itu tidak lepas dari kondisi topografi Kabupaten Wonogiri yang berbukit dan bergunung, terutama di sisi selatan dan utara. 

Tidak jarang kejadian tanah longsor itu menimpa rumah-rumah warga, merusak jalan, dan infrastruktur vital lain. Sebab di sejumlah wilayah seperti Karangtengah, Tirtomoyo, dan Bulukerto banyak bangunan yang dibangun persis di samping tebing tanah.

Maka tidak mengherankan beberapa kejadian tanah longsor itu berulang di tempat yang sama. “Tanah longsor ini bencana paling rawan di Wonogiri. Ini bencana yang terjadi setiap tahun. Maka perlu ada kewaspadaan dan upaya antisipasi dari warga,” kata Alfan saat dihubungi Solopos.com, Selasa (23/1/2024).

Desa Tanggap Bencana

Menurut dia, sukarelawan Desa Tanggap Bencana yang sudah terbentuk di hampir semua desa di Wonogiri bisa menjadi ujung tombak dalam mitigasi bencana longsor di desa. Mereka sudah mendapat pelatihan mitigasi dan penanganan bencana.

Para sukarelawan itu juga yang kerap menyosialisasikan mitigasi bencana kepada warga, misalnya mengimbau warga yang rumahnya dekat jurang atau tebing agar menjaga jarak ketika hujan.

Alfan menjelaskan bencana tanah longsor di Wonogiri ini tidak bisa dianggap remeh. Pada 2023, BPBD Wonogiri mencatat ada 112 kejadian tanah longsor di Wonogiri.

Jumlah kejadian itu lebih banyak dibandingkan jumlah kejadian bencana alam lain pada periode yang sama. Kebakaran menjadi bencana alam dengan tingkat kejadian terbanyak nomor dua yakni sebanyak 52 kejadian.

Sementara jumlah kejadian jenis bencana lain seperti gempa bumi, banjir, tanah bergerak, tanah ambles, dan angin kencang di bawah 15 kejadian. “Ini menandakan tanah longsor memang menjadi perhatian khusus,” ujar dia.

Dia melanjutkan masih ada sejumlah kendala dalam penanganan bencana tanah longsor di Wonogiri, antara lain jumlah petugas kebencanaan yang masih minim. Selain itu jarak dan medan lokasi bencana yang jauh dan terpencil kerap menyulitkan alat evakuasi bisa menjangkau lokasi.

Early warning system (EWS) atau peringatan dini tanah longsor sudah dipasang di beberapa tempat tetapi masih sedikit dan rawan rusak.

Sementara itu, Camat Girimarto, Sunardi, menyatakan wilayahnya menjadi salah satu yang rawan bencana tanah longsor karena wilayah ujung utara Wonogiri ini berada di lereng selatan Gunung Lawu yang berbukit-bukit.

Di sisi lain, banyak rumah atau bangunan yang dibangun dekat dengan tebing atau jurang. Maka tidak mengherankan, tanah longsor menimbulkan kerugian cukup besar di Girimarto karena kerap menimpa rumah warga.

“Kemarin [Minggu] sudah ada satu rumah yang tertimpa longsor. Daerah kami memang rawan sekali longsor mengingat kondisinya yang berada di ketinggian,” kata Sunardi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya