SOLOPOS.COM - Pekerja pabrik pengolahan benih kedelai PT Putra Permata Pasifik di Grogol, Sukoharjo, sedang menyortir kedelai, Selasa (6/6/2023). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, batal berkunjung ke Kabupaten Sukoharjo. Sedianya ia dijadwalkan mengunjungi pabrik pengolahan benih kedelai di Grogol, Sukoharjo, pada Selasa (6/6/2023) tadi. Namun kunjungan tersebut tak terlaksana lantaran berbenturan dengan waktu penerbangan.

Sementara itu sejumlah petani kedelai telah menunggu di pabrik pengolahan benih kedelai PT Putra Permata Pasifik di Kecamatan Grogol sejak pukul 12.00 WIB. Para petani tersebut akhirnya hanya dapat bertemu dengan Kepala Dinas Pertanian Jawa Tengah, Supriyanto, yang jadi sasaran unek-unek mereka.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Dalam prosesi tanya jawab, petani asal Desa Karanganyar, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Sriyono, mengaku membutuhkan bantuan perairan dan alat modern pertanian. Ia menyebut desanya potensial jadi kawasan penanaman kedelai berkualitas unggul.

Ia berharap dengan adanya lahan seluas 161 hektare, pemerintah dapat memberikan bantuan teknologi tepat guna bagi petani mengingat selama ini penanaman kedelai masih dilakukan dengan cara-cara manual.

“Kami memohon agar dinas memberikan bantuan agar Desa Karanganyar dapat kembali jaya dan berkualitas kedelainya. Alat modern belum ada. Kalau kemarau dengan tanah tadah hujan dicongkel pakai linggis saja airnya juga tidak mengalir,” kata Sriyono.

Ia juga membeberkan industri tahu di desanya pun berkembang cukup pesat. Ada 79 keluarga menggeluti usaha pembuatan tahu yang wilayah pemasarannya ada yang sampai luar provinsi. Tetapi sayangnya produksi tahu tersebut tak bisa cepat karena tidak ada alat modern yang mendukung. Ia berharap pemerintah bisa membantu dengan menyediakan peralatan modern.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pertanian Jawa Tengah, Supriyanto, mengatakan perlu berkoordinasi dengan pihak terkait soal bantuan perairan agar tak mengganggu penggunaan air dalam. “Syukur ada sumber air permukaan, sehingga tidak mengganggu air dalam tanah. Pak Sriyono butuh air, artinya harus dipikir air akan ambil di mana. Terkait teknologi kami setuju,” ujarnya.

Supriyanto juga mempersilakan masyarakat untuk melakukan inovasi terkait pengolahan tahu. Hal lain yang tak kalah penting menurutnya adalah petani harus menyesuaikan varietas tanaman kedelai agar sesuai dengan kebutuhan pasar.

“Jangan menanam varietas tertentu yang produksi dan harganya kurang bagus. Orientasinya melayani yang diserap pasar klaai yang ditanam kedelai kecil hanya dipakai untuk peyek kacang. Coba kalau besar perusahaan tempe dan tahu pasti akan melirik,” imbau Supriyanto.

Lebih jauh ia mengakui penggunaan alat modern di industri pengolahan kedelai di Jateng masih sedikit. Salah satunya ada di Sukoharjo, yakni PT Putra Permata Pasifik.

Sementara itu, Planning and Production Inventory Control PT Putra Permata Pasifik, Devi Setia Bakti, mengatakan pihaknya sempat mengalami kendala pembelian bahan baku lantaran perusahaannya masih baru sehingga belum dikenal. Namun ia memastikan pihaknya selalu berusaha memenuhi target.

“Sejauh ini kami baru beroperasi dua pekan dan sudah mengolah 40 ton. Harusnya hari ini masuk 13 ton. Target kami bulan ini 100 ton, bulan depan 100 ton, nanti bulan berikutnya akan lebih besar. Itu jangka pendek. Dalam jangka panjangnya kami akan membeli kedelai kami oleh menjadi premium untuk kami kirimkan ke perusahaan makanan,” ungkap Devi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya