SOLOPOS.COM - Sejumlah pemuda mengunjungi pameran musik pop Indonesia 1960-1969 di Ruang Pamer Temporer, Galeri Lokananta, Solo, Sabtu (9/3/2024) malam. (Solopos/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO — Lokananta Solo mengadakan pameran musik bertajuk Dari Ngak Ngik Ngok Ke Dheg Dheg Plas di Ruang Pamer Temporer, Galeri Lokananta, Kerten, Laweyan, Solo. Pameran itu akan berlangsung selama hampir setahun mulai Minggu (10/3/2024) hingga Jumat (28/2/2025).

Pameran musik yang menggandeng Yayasan Irama Nusantara itu merupakan bagian dari perayaan Hari Musik Nasional 2024 yang diperingati setiap 9 Maret. Pameran itu menampilkan perjalanan musik populer di Indonesia era 1960 hingga 1969.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Pameran terbagi ke dalam tiga zona. Zona pertama menampilkan awal perkembangan industri musik populer Indonesia sebelum 1960. Zona kedua menampilkan perkembangan industri musik populer di bawah kekuasaan Orde Lama atau Demokrasi Terpimpin (1960-1965), dan zona ketiga  berisi perkembangan industri populer Indonesia di bawah kekuasaan Orde Baru (1966-1969).

Pameran itu berhasil menampilkan tidak saja kronologi perkembangan musik, namun juga konteks sosial, politik, budaya, dan ekonomi waktu itu. Pada pameran itu ditampilkan pula bagaimana negara berusaha mengintervensi arah atau warna musik Indonesia.

Misal di pameran itu ditampilkan kutipan pidato Soekarno yang memprotes anak-anak muda yang gemar memainkan musik rock & roll, alih-alih musik tradisi. Dari situ muncul istilah “ngak ngik ngek gila-gilaan” yang diucapkan Soekarno untuk menyindir musik barat pada pidato Penemuan Kembali Revolusi Kita, 17 Agustus 1959.

Perjalanan musik di pameran itu juga menampilkan album debut rock & roll terlaris Koes Plus, Dheg Dheg Plas, yang dirilis pada 1969. Album itu mewarnai masa transisi politik berdarah dari Demokrasi Terpimpin ke Orde Baru. Pada masa Orde Baru, musik barat lebih bebas beredar dan para musisi Indonesia kembali berkiblat ke barat.

Edukasi Sejarah

Judul pameran Dari Ngak Ngik Ngok Ke Dheg Dheg Plas diangkat dari buku saku dengan judul yang sama dan terbit pada 2021 oleh penerbit Binatang Press. Sebelumnya pada Oktober 2023, sempat diadakan pameran yang sama di Jakarta dalam perayaan Rangkaian Irama: Satu Dekade lrama Nusantara. 

CEO Lokananta, Wendi Putranto, dalam acara pembukaan pameran di Galeri Lokananta, Sabtu (9/3/2024), mengatakan Lokananta berinisiatif memboyong pameran tersebut ke Kota Solo.

Dia mengatakan tujuannya agar para pemerhati sejarah, penggemar musik, maupun warga umum memiliki kesempatan yang sama untuk mengunjungi pameran penting ini hingga setahun ke depan.

“Pameran ini menuturkan sesuatu yang hilang atau bahkan tidak dipedulikan dalam edukasi sejarah di sekolah-sekolah. Menurut kami, agar Jasmerah, pameran ini wajib ditampilkan dalam waktu yang lama karena harus lebih banyak lagi anak-anak muda atau siapa pun melihat pameran ini,” kata dia.

Kurator pameran Dari Ngak-Ngik-Ngok ke Dheg Dheg Plas, Ignatius Aditya Adhiyatmaka, mengatakan pameran itu sejalan dengan Lokananta yang merupakan bagian dari sejarah musik Indonesia.

“Dari pameran ini sebenarnya saya ingin memperkenalkan banyak konteks sejarah, sosial, dan politik yang mungkin tidak dipahami. Bagaimana konteks-konteks itu memengaruhi terbentuknya musik populer itu sendiri,” kata dia ketika ditemui Solopos.com di Lokananta, Sabtu.

Sementara itu bagi yang ingin menikmati pameran tersebut perlu masuk ke Galeri Lokananta. Harga tiket masuk ke Galeri Lokananta untuk umum Rp35.000, pelajar/mahasiswa Rp25.000, dan pengunjung usia di atas 60 tahun Rp25.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya