SOLOPOS.COM - Tokoh masyarakat menuangkan gulai kambing untuk dihidangkan dan dinikmati warga pada tradisi bersih Sendang Sinongko di Desa Pokak, Ceper, Klaten, Jumat (15/9/2023) siang. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Ribuan warga memenuhi area Sendang Sinongko, Desa Pokak, Kecamatan Ceper, Klaten, Jumat (15/9/2023) siang. Selepas Salat Jumat, warga berdatangan untuk mengikuti tradisi Bersih Sendang Sinongko yang rutin diadakan setiap tahun.

Sebagian warga membawa tenong, perkakas tradisional berbentuk bulat tertutup anyaman bambu. Tenong-tenong itu kemudian ditata di sudut tempat masing-masing kelompok warga berkumpul.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Puluhan tenong itu ditata rapi di bawah pohon raksasa dekat Sendang Wadon. Di Sendang Sinongko terdapat dua sedang yang dinamai Sendang Lanang dan Sendang Wadon.

Setiap tenong berisi ingkung ayam serta nasi. Nasinya ada yang berupa nasi gurih, ada pula nasi biasa dengan aneka lauk-pauk. Selain itu, terdapat wadah kosong. Wadah tersebut menjadi tempat untuk gulai kambing.

Suasana siang itu ramai tak ubahnya Lebaran. Warga berkumpul dan bercengekerama dengan duduk beralas tikar yang digelar di tepi kawasan Sendang Sinongko di Ceper, Klaten. Mereka menikmati sajian makanan ringan sebelum berlanjut ke hidangan utama.

Setelah menggelar doa, warga kemudian menikmati hidangan berupa gulai kambing. Bagi yang tak menyukai menu gulai kambing, warga bisa menikmati ingkung ayam. Makanan yang masih tersisa kemudian dibawa pulang.

Tradisi Bersih Sendang Sinongko sudah berlangsung secara turun temurun dari nenek moyang. Sempat terhenti saat pandemi Covid-19, upacara Bersih Sendang Sinongko kembali digelar tahun ini.

Kasi Kesra dan Pelayanan Desa Pokak, Kecamatan Ceper, Surono, mengatakan bersih sendang itu digelar sebagai ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas limpahan hasil panen. Tradisi bersih Sendang Sinongko di Ceper, Klaten, itu sudah berlangsung secara turun temurun dan biasanya digelar saat panen di musim kemarau.

“Hari pelaksanaan pasti mengambil hari Jumat Wage. Untuk bulannya kalau tidak di Agustus ya September,” kata Surono saat ditemui wartawan di sela-sela kegiatan.

Sebelum puncak tradisi yang digelar pada Jumat Wage, Surono mengatakan ada rangkaian kegiatan yang digelar. Seperti pembersihan area sendang yang airnya untuk irigasi persawahan. Selain itu juga ada kirab budaya.

Hidangan Wajib

Tradisi itu memiliki ciri khas berupa menu gulai kambing serta ingkung. Sedangkan minumannya, ada dawet. Sajian itu wajib dihidangkan saban tradisi digelar.

Surono mengatakan tahun ini menjadi pelaksanaan perdana Bersih Sendang Sinongko di Ceper, Klaten, selepas pandemi Covid-19. Sebanyak 13 ekor kambing disembelih warga kemudian diolah menjadi gulai untuk dinikmati bersama-sama.

Kambing yang disembelih berasal dari pemerintah desa serta warga. Jumlah kambing yang disembelih lebih sedikit dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 yang bisa mencapai puluhan ekor.

“Kambing yang disembelih itu dibuat gulai untuk dinikmati di sini di sekitar sendang. Ingkung juga dinikmati di sini ada juga yang dibawa pulang,” jelas Surono.

Surono mengatakan air dari Sendang Sinongko menjadi sumber kehidupan utamanya pertanian di wilayah Pokak. Bahkan, ketika air sendang itu melimpah bisa digunakan untuk mengairi persawahan hingga ke wilayah Desa Kujon dan Desa Kajen, Kecamatan Ceper.

Namun, kondisi air sendang pada kemarau kali ini sedang surut. “Sekarang airnya sedang tidak mengalir karena suasana kemarau yang panjang dan mungkin faktor berdirinya banyak pabrik,” kata dia.

Rangkaian tradisi Bersih Desa Sendang Sinongko di Ceper itu dihadiri sejumlah pejabat Pemkab Klaten, anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, DPRD Klaten, camat, hingga para kepala desa di Ceper.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Klaten, Jaka Purwanto, mengatakan kesadaran warga untuk terus merawat tradisi budaya merupakan faktor utama terselenggaraanya acara bersih Sendang Sinongko. Dia mengapresiasi tradisi budaya itu tetap dilestarikan dan menjadi bukti keberagaman budaya di Indonesia.

“Salah satu bentuk riil keragaman budaya yakni tasyakuran bersih Sendang Sinongko. Kerja keras semua pihak ini merupakan tiang penyangga pengembangan potensi wisata dan budaya asli Klaten,” kata Jaka saat membacakan sambutan Bupati Klaten, Sri Mulyani.

“Kegiatan ini mengajarkan tentang pentingnya menerjemahkan makna kearifan lokal, kebersamaan, dan gotong royong,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya