SOLOPOS.COM - Pedagang menunggu pembeli di salah satu kios sembako di Pasar Wedi Klaten, Jumat (23/2/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Sejumlah warga Klaten menilai harga beras saat ini menjadi yang paling mahal sepanjang sejarah. Mereka harus menghemat pengeluaran hingga membeli beras campuran atau oplosan untuk menyiasati harga beras yang melambung.

Salah satu pedagang di Pasar Wedi, Klaten, Lilik, 40, mengatakan harga beras jenis IR 64 kini di kisaran Rp16.000 per kilogram. Kenaikan harga tersebut sudah terjadi beberapa pekan lalu.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Ya pas Pemilu itu harganya sudah mahal. Kalau jual per sak ukuran 25 kg sekarang harganya Rp385.000,” kata Lilik saat ditemui Solopos.com di kiosnya, Jumat (23/2/2024).

Dia menjelaskan beras IR 64 merupakan jenis yang paling banyak dicari pembeli di kiosnya. Ditanya harga beras jenis mentik, Lilik menjelaskan sekitar Rp17.000 per kg. “Selama saya jualan, ya baru kali ini harga beras sampai setinggi itu. Kalau pembeli ya mau tidak mau mereka harus membeli,” kata Lilik.

Salah satu warga Desa Kadilanggon, Kecamatan Wedi, Klaten, Sri Suparti, 56, mengatakan harga beras yang biasa dia konsumsi kini kisaran Rp16.000 per kg hingga Rp17.000 per kg. “Harga saat ini ya seumur-umur hidup saya paling mahal,” kata dia.

Warga Desa Pesu, Kecamatan Wedi, Klaten, Sumarni, 57, juga mengatakan harga beras saat ini di kisaran Rp16.000 per kg. Mahalnya harga beras itu sudah terjadi selama beberapa pekan terakhir. Sebelumnya, harga beras dengan kualitas yang sama di kisaran Rp13.000 per kg.

Meski mahal, Sumarni mengatakan mau tidak mau tetap membeli beras karena merupakan kebutuhan pokok. “Sehari untuk nasi satu keluarga itu habis 0,5 kg beras. Ya sekarang lebih diirit-irit lagi,” kata Sumarni.

Salah satu perantau yang indekos di Klaten, Yohanes, 29, mengatakan untuk sementara menurunkan kualitas beras yang dia olah untuk konsumsi. Yohanes biasa membeli beras di toko kelontong.

Harga Beras Oplosan Bervariasi

Dia menjelaskan menurunkan kualitas beras yakni dengan mencampur atau mengoplos antara beras berkualitas bagus dan berkualitas rendah. Harganya bervariasi tergantung campurannya.

“Harga per kg bisa antara Rp9.000 hingga Rp11.000. Itu tergantung campurannya. Biasanya dengan harga itu kualitas berasnya banyak campuran menir. Ya sudah, tidak apa-apa daripada tidak dapat beras. Kalau kualitasnya agak sedikit bagus dengan campuran beras kualitas rendahnya sedikit, harga per kg mungkin bisa sampai Rp13.000,” kata warga yang indekos di wilayah Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, itu.

Warga Desa Granting, Kecamatan Jogonalan, Klaten, Anik, 32, mengatakan untuk sementara memangkas pengeluaran lainnya untuk menutup kebutuhan membeli beras yang harganya belakangan melambung.

“Ya jelas terdampak dengan harga beras mahal. Cara menyiasatinya ya memangkas kebutuhan yang tidak terlalu penting untuk membeli beras. Sejak awal bulan ini harga beras sudah Rp16.000 per kg,” kata dia.

Selain beras, belakangan harga komoditas lainnya di pasar tradisional Klaten, terutama cabai, juga melonjak. Salah satu pedagang Pasar Wedi, Tuginem, 53, mengatakan harga cabai rawit merah saat ini di kisaran Rp75.000 per kg.

Sementara, harga cabai merah keriting Rp85.000 per kg. Kenaikan harga itu sudah terjadi sepekan terakhir. “Kalau harga biasa itu ya kisaran Rp40.000 per kg,” kata dia.

Disinggung penyebab mahalnya harga cabai, Tuginem mengaku tak tahu pasti. Menurutnya, harga beras itu sudah tinggi dari pemasok. “Mungkin kondisinya sedang tidak ada panenan. Harga-harga bahan kebutuhan pokok saat ini juga sedang mahal,” kata Tuginem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya