Soloraya
Selasa, 1 Agustus 2023 - 10:51 WIB

Cerita Warga Kropakan Klaten Tak Bisa Tidur Semalaman sebelum Temukan Guci Kuno

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi guci kuno yang ditemukan pembuat batu bata di Dukuh Kropakan, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom, Klaten, Senin (31/7/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Ada cerita aneh di balik penemuan guci keramik yang diduga dari era Kerajaan Mataram Kuno di Situs Arkeologi Kropakan, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom, Klaten, Senin (31/7/2023).

Malam sebelumnya, tak seperti biasanya, Sardi, 56, dan Suyatmi, 50, warga yang menemukan guci kuno itu tak bisa tidur semalaman. Pasangan suami-istri itu pun awalnya tak tahu penyebabnya.

Advertisement

Karena tak kunjung bisa tidur sekitar pukul 03.00 WIB, Suyatmi mengajak suaminya memulai bekerja membuat batu bata. Namun, belum sampai keluar rumah, mereka mengurungkan niat lantaran sang cucu masih terlelap.

Hingga pada Senin (31/7/2023) sekitar pukul 06.00 WIB, pasutri penemu guci kuno di Kropakan, Klaten, itu mulai bekerja seperti biasanya, membuat batu bata yang menjadi mata pencaharian utama keluarga. Sekitar pukul 09.30 WIB, bahan untuk membuat batu bata mulai menipis.

Advertisement

Hingga pada Senin (31/7/2023) sekitar pukul 06.00 WIB, pasutri penemu guci kuno di Kropakan, Klaten, itu mulai bekerja seperti biasanya, membuat batu bata yang menjadi mata pencaharian utama keluarga. Sekitar pukul 09.30 WIB, bahan untuk membuat batu bata mulai menipis.

Sardi mencangkul tanah di sampingnya untuk menambah bahan baku. Pada kedalaman sekitar 1 meter, Sardi dibuat kaget ketika cangkul yang dia pukulkan mengenai benda keras. Dia kemudian mengeruk tanah di sekitar benda tersebut menggunakan tangannya.

Perlahan bentuk benda itu mulai terlihat. Setelah bisa dikeluarkan, Suyatmi mencuci benda yang diselimuti tanah hingga terlihat wujudnya: guci keramik. Kondisi guci kuno yang ditemukan warga Kropakan, Jatinom, Klaten, itu masih utuh dan kosong.

Advertisement

4 Kali Temukan Benda Kuno

“Kemudian temuan itu saya kirim di grup [Whatsapp] RW dan dibuat status,” kata Sardi, saat ditemui wartawan di tempat dia memproduksi batu bata, Senin sore.

Informasi temuan itu sampai ke tokoh pemuda Kropakan yang selama ini terus mengedukasi warga untuk melindungi temuan benda cagar budaya. Tokoh pemuda itu kemudian datang bersama pegiat cagar budaya Klaten untuk mengecek benda kuno yang ditemukan.

Bukan kali pertama itu Sardi dan Suyatmi menemukan benda kuno seperti guci di area tempat untuk membuat batu bata Kropakan, Jatinom, Klaten. Setidaknya enam bulan terakhir mereka menemukan empat benda kuno.

Advertisement
Guci kuno ditemukan pembuat batu bata di Dukuh Kropakan, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom, Klaten, Senin (31/7/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Pertama, dua gerabah. Tiga bulan berikutnya Sardi menemukan liontin saat menggali tanah untuk bahan membuat batu bata. Kondisi liontin masih utuh.

Lantaran masih meragukan benda yang dia temukan, Sardi mendatangi toko emas membawa benda kuno itu. Benar saja, pegawai toko emas tersebut memastikan liontin yang ditemukan Sardi itu emas asli. Namun, Sardi tak tertarik menjual benda itu.

“Bentuk liontinnya bulat. Masih saya simpan. Pernah saya bawa ke toko emas dan memang emas asli. Saat itu mau dibeli. Tetapi tidak saya bolehkan. Saya tidak mau kalau barang seperti ini dijual. Bukannya takut. Eman-eman. Kalau dijual tidak seberapa uangnya,” kata Sardi.

Advertisement

Berikutnya temuan logam yang sudah berkarat. Logam berbentuk pipih dengan panjang 13 sentimeter itu diperkirakan merupakan mata tombak. Terakhir, Sardi bersama istrinya menemukan guci.

Bercorak Dinasti Tang di China

Pegiat cagar budaya Klaten, Hari Wahyudi, mengatakan guci keramik kuno yang ditemukan Sardi dan istrinya di Kropakan memiliki tinggi 29 sentimeter. Lebar bibir guci 15 sentimeter dan lebar badan tengah guci 28 sentimeter. Guci itu memiliki empat kuping.

Dilihat dari karakteristiknya, guci itu diperkirakan dari masa Dinasti Tang di China pada abad ke-9. Hal itu berdasarkan ciri-ciri guci dengan glasir berwarna hijau kecokelatan dan tidak merata. “Kalau dilihat dari ukurannya, guci ini diperkirakan untuk menyimpan air dalam hal ini arak atau tuak,” kata Hari.

Hari mengatakan temuan guci itu semakin menguatkan bukti di Kropakan pernah ada permukiman pada masa kejayaan Mataram Kuno pada abad ke-8 dan ke-9 Masehi. Ada ratusan artefak yang ditemukan warga terutama para pembuat batu bata di wilayah Kropakan.

Ada yang masih dalam kondisi utuh namun ada pula yang dalam bentuk pecahan. Bentuk dan bahan hingga fungsinya beragam. Benda-benda yang ditemukan itu seperti gerabah, tungku, guci, mata tombak, tulang dan gigi hewan, lumpang batu, pipisan, manik-manik, fragmen perhiasan, dan lain-lain.

Selain itu, ditemukan pula struktur sumur kuno dari batu bata. “Ada sekitar delapan guci yang ditemukan, empat dalam kondisi utuh dan lainnya berupa fragmen,” kata Hari.

Sebagian benda yang ditemukan itu kini disimpan di rumah tokoh pemuda. Tujuannya agar benda-benda itu aman dan bisa menjadi bahan penelitian untuk menguak permukiman kuno yang pernah berdiri di Kropakan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif