Soloraya
Jumat, 25 Agustus 2023 - 00:46 WIB

Cerita Warga Lereng Merapi Klaten Andalkan Air di Jurang Sleman DIY untuk Hidup

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi aliran air dari sumber Bebeng yang mengalir ke wilayah Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Kamis (24/8/2023). (Istimewa)

Solopos.com, KLATEN — Lereng Gunung Merapi wilayah Kecamatan Kemalang, Klaten, menjadi salah satu daerah yang rawan kekeringan dan krisis air bersih saat musim kemarau. Warga di wilayah itu harus mencari air ke berbagai tempat dan pandai-pandai merawat sumber air yang ada.

Sebagian dari mereka bahkan ada yang harus mengandalkan sumber air di jurang wilayah kabupaten atau provinsi tetangga. Seperti pemanfaatan sumber air Bebeng yang berada di Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY.

Advertisement

Sumber air dari wilayah yang berbatasan langsung dengan Kemalang, Klaten, itu menjadi sumber kehidupan untuk sebagian warga di lereng Gunung Merapi. Pemanfaatan air dari sumber Bebeng hingga ke wilayah Klaten itu sudah dilakukan sejak 1978. Lokasi sumber Bebeng berada di jurang lereng Merapi.

Saat ini, ada empat desa yang teraliri air pegunungan itu, meliputi satu desa di Sleman yakni Glagaharjo dan tiga desa di Klaten yakni Balerante, Panggang, dan Sidorejo di Kecamatan Kemalang. Di Klaten, lebih dari 1.000 keluarga kini memanfaatkan sumber air tersebut.

Balerante menjadi salah satu desa di lereng Merapi Klaten yang sangat merasakan manfaat sumber air Bebeng. Desa tersebut berbatasan langsung dengan Glagaharjo. Jarak sumber air Bebeng sampai ke perbatasan Balerante sekitar 2 kilometer (km).

Advertisement

Di Desa Balerante, pemanfaatan air dari sumber Bebeng bisa optimal dan diperluas setelah ada program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) pada 2019. Program itu dilakukan dengan pembangunan bak instalasi dan jaringan ke rumah tangga yang dibiayai APBD Klaten.

Kini, hampir seluruh keluarga di Balerante bisa menikmati aliran air langsung dari sumber Bebeng melalui pipa. “Kalau saat ini 500 keluarga teraliri semua, sudah merata,” kata Kaur Perencanaan Desa Balerante, Jainu, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (24/8/2023).

Berkat aliran air dari sumber Bebeng, desa di lereng Merapi wilayah Klaten tersebut perlahan mulai terbebas dari kekeringan. Pada kemarau kali ini, aliran air dari Bebeng ke rumah warga pemanfaat di Balerante masih lancar.

Mengurangi Pembelian Air Bersih

Pemerintah Desa Balerante belum mengajukan permintaan bantuan air bersih ke Pemkab karena pasokan air dari Bebeng masih mencukupi.

Advertisement

Manfaat aliran air dari Bebeng juga dirasakan warga Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang. Di desa yang terpisahkan Kali Woro dengan Balerante itu ada sekitar 1.000 rumah tangga yang merasakan manfaat sumber Bebeng.

Warga mengecek kondisi pipa di sumber air Bebeng yang diterjang lahar hujan pada Desember 2021 lalu. Air dari Bebeng di Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY, itu juga dimanfaatkan warga di wilayah Klaten. (Istimewa)

Aliran air dari sumber di jurang itu memang belum 100 persen membebaskan warga dari kesulitan air bersih ketika kemarau tiba seperti saat ini. Baru sekitar 60 persen warga Sidorejo yang bisa teraliri air dari sumber Bebeng tersebut.

Warga yang menjadi penerima manfaat aliran dari sumber tersebut masih harus beli air bersih ketika kemarau tiba seperti kali ini. Namun, aliran air itu sangat membantu warga di lereng Merapi wilayah Klaten tersebut mengurangi pembelian air.

“Sudah sangat membantu untuk warga Sidorejo. Contohnya saya. [Sebelumnya] Selama musim kemarau bisa beli sampai 10 tangki. Sekarang tinggal beli tiga sampai empat tangki. Artinya sudah sangat membantu. Sampai sekarang debitnya tidak berkurang, masih istimewa,” kata Ketua RT 016/RW 006, Desa Sidorejo, Jack Jenarto.

Advertisement

Harga air bersih untuk per tangki ukuran 6.000 liter sampai ke wilayah Sidorejo saat ini mencapai Rp230.000. Volume air tersebut bisa untuk memenuhi kebutuhan air bersih rumah tangga sepekan hingga dua pekan tergantung kebutuhan.

Selain dimanfaatkan untuk konsumsi rumah tangga, air itu juga untuk ternak. Seperti halnya di Balerante, pemanfaatan air bersih dari Bebeng di Sidorejo dilakukan melalui Pamsimas. Jaringan ke masing-masing rumah tangga pemanfaat air tersebut dilengkapi meter air.

Soal nilai retribusi, Jack mengatakan warga pemanfaat air di tiga desa lereng Merapi, Klaten, itu bisa berbeda-beda, tergantung kesepakatan di tingkat desa.

Paguyuban 4 Desa Kelola Sumber Air

“Kalau di Sidorejo per kubik kena Rp4.000. Ada kelompok yang bertugas mengelola iuran dari warga itu. Hasil iuran sebagian untuk perawatan lokal di Sidorejo dan sebagian untuk perawatan di sumber Bebeng,” kata Jack.

Advertisement

Agar pasokan tetap aman, pusat mata air tetap dijaga. Perawatan sumber air dilakukan warga melalui paguyuban dari empat desa. Mereka bergotong royong merawat sumber air tersebut termasuk pipa jaringan yang melintas antarprovinsi.

Saat musim hujan tiba, warga melakukan penghijauan dengan harapan menjadi tangkapan air agar debit sumber Bebeng tetap stabil hingga masa mendatang. Ketika ada kerusakan, warga melalui paguyuban tersebut juga segera melakukan perbaikan.

“PR saat ini yang harus segera dieksekusi yakni penggantian pipa dari bak Klangon sampai ke Gondang, Balerante, yang panjangnya sekitar 2 km. Karena pipa itu dipasang pada 1980-an dan kondisi di dalamnya sudah korosi sehingga debit tidak maksimal. Pipanya harus diganti agar debitnya bisa maksimal lagi,” kata Jack.

Keinginan warga agar pipa tersebut diganti disampaikan Kepala Desa Sidorejo, Gothot Winarso, ketika kedatangan rombongan Bupati Klaten, Sri Mulyani, bersama Forkopimda untuk penyaluran air bersih di kawasan lereng Merapi itu, Selasa (22/8/2023).

Bupati Klaten, Sri Mulyani, menuangkan air bersih ke jeriken milik warga saat penyaluran bantuan air di Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Selasa (22/8/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Permintaan itu direspons Mulyani yang meminta agar dinas terkait segera melakukan asesmen kondisi pipa. Di sisi lain, sumber air Bebeng kini berada di kawasan Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM). Sumber mata air itu menjadi salah satu dari sekitar 43 sumber mata air sekeliling Gunung Merapi di kawasan BTNGM seluas 6.607 hektare.

Dari jumlah tersebut, ada sekitar 25 sumber mata air yang dimanfaatkan warga. Sebagian besar sudah dimanfaatkan warga sebelum ada balai taman nasional.

Advertisement

Karakter Sumber Air di Lereng Merapi

“Warga sangat berkomitmen menjaga kawasan termasuk sumber mata air,” kata Kepala Seksi Wilayah Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II BTNGM, Akhmadi, saat ditemui Solopos.com di Desa Sidorejo pada Juli lalu.

Akhmadi mengatakan karakter sumber mata air di kawasan BTNGM itu relatif memiliki debit tak terlalu besar. Hanya beberapa sumber mata air yang debitnya cukup besar, salah satunya sumber air Bebeng.

Sebagai informasi, sebagian desa di lereng Merapi wilayah Kecamatan Kemalang, Klaten, hingga kini masih menjadi langganan kekeringan dan krisis air. Beberapa bulan terakhir, BPBD mulai menyalurkan bantuan air bersih ke beberapa wilayah termasuk desa-desa di Kecamatan Kemalang.

Hingga kini, ada lima desa di Kecamatan Kemalang yang sudah mengajukan permintaan dan mendapatkan bantuan air bersih lantaran sebagian wilayahnya mengalami krisis air bersih. Desa-desa itu meliputi Sidorejo, Tegalmulyo, Kendalsari, Tangkil, dan Tlogowatu.

Selain Kemalang, bantuan air bersih didistribusikan ke dua desa di Kecamatan Bayat ada di dua desa yakni Desa Jambakan dan Ngerangan. Jumlah total air bersih yang sudah didistribusikan hingga Minggu (20/8/2023) sebanyak 153 tangki disalurkan ke wilayah Kecamatan Kemalang.

Total penerima manfaat bantuan air bersih di Kecamatan Kemalang sebanyak 3.963 keluarga atau 14.891 jiwa. Sementara di Kecamatan Bayat sudah disalurkan sebanyak 55 tangki dengan total penerima manfaat 422 keluarga atau 1.572 jiwa.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Syahruna, mengatakan jumlah total air bersih yang disiapkan melalui APBD Klaten sekitar 800 tangki. Selain APBD, penyaluran bantuan air bersih dibantu dari kalangan swasta.

Beberapa perusahaan serta organisasi sosial sudah mulai menyalurkan bantuan air bersih ke warga yang mengalami kesulitan air bersih di musim kemarau kali ini. “Kami terus melakukan antisipasi di Kemarau ini. Diperkirakan untuk kebutuhan dropping air bersih sampai Desember sekitar 1.000 tangki,” kata Syahruna.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif