Soloraya
Jumat, 10 Mei 2024 - 08:05 WIB

DBD Mengganas, 7 Warga Sukoharjo Meninggal Dunia

R Bony Eko Wicaksono  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti. (Freepik)

Solopos.com, SUKOHARJO—Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Sukoharjo kian ganas. Selama periode Januari-April 2024, total jumlah penderita DBD sebanyak 280 orang dan tujuh penderita di antaranya  meninggal dunia.

Penyakit DBD menjadi atensi serius pemerintah daerah lantaran tingginya kasus penyakit menular itu sejak dua-tiga bulan terakhir. Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo terus berupaya melakukan pencegahan untuk memutus mata rantai penularan penyakit DBD.

Advertisement

Tidak hanya kalangan anak-anak, virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk aedes aegypti juga menjangkiti remaja dan orang dewasa. Mereka mengalami gejala seperti demam tinggi, mual, dan muntah serta nyeri otot dan persendian.

“Selama periode Januari-April, ada 280 kasus DBD di Sukoharjo. Tujuh penderita DBD meninggal dunia,” kata Kepala DKK Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu, Jumat (10/5/2024).

Advertisement

“Selama periode Januari-April, ada 280 kasus DBD di Sukoharjo. Tujuh penderita DBD meninggal dunia,” kata Kepala DKK Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu, Jumat (10/5/2024).

Tuti, sapaan, akrabnya, ketujuh penderita DBD yang meninggal dunia berasal dari Kecamatan Sukoharjo, Tawangsari, Nguter, Mojolaban, Bulu, dan Weru. Sebagian besar penderita DBD yang meninggal dunia merupakan anak-anak.

Dia mencatat kasus DBD hampir merata muncul di setiap kecamatan di Kabupaten Jamu. “Kasus DBD paling banyak di wilayah Weru, yakni 78 kasus dengan dua penderita meninggal dunia. Kemudian, disusul Tawangsari dengan 51 kasus dan satu penderita meninggal dunia,” ujar dia.

Advertisement

Gerakan PSN dinilai paling efektif dalam mencegah penularan penyakit DBD dengan membasmi telur nyamuk.di lingkungan rumah, sekolah dan pabrik. Masyarakat diberdayakan  menjadi kader kesehatan untuk membersihkan telur-telur nyamuk di lingkungan rumahnya masing-masing.

Petugas juru pemantau jentik (jumantik) di setiap desa/kelurahan juga dioptimalkan untuk mencegah merebaknya DBD.

“Paling efektif mengintensifkan gerakan PSN untuk membasmi jentik-jentik nyamuk. Paling tidak di lingkungan tempat tinggal. Bak mandi dibersihkan secara rutin. Selokan air di sekitar rumah juga dibersihkan,” ujar dia.

Advertisement

Sebelumnya, Bupati Sukoharjo, Etik Suryani juga menaruh perhatian terhadap perkembangan kasus DBD di Sukoharjo. Etik mendorong agar masyarakat diberdayakan menjadi kader kesehatan untuk membersihkan jentik-jentik nyamuk di lingkungan rumahnya masing-masing.

Warga bisa membersihkan bak mandi, perabotan rumah tangga di halaman rumah maupun selokan air yang mampat sehingga menimbulkan genangan air.

Bila genangan air di area rumah tidak dibersihkan berpotensi menjadi tempat bertelurnya nyamuk. “Jangan lupa juga pola hidup bersih dan sehat (PHBS) bisa diterapkan saat beraktivitas sehari-hari. Ini juga penting untuk mencegah agar tidak menderita sakit,” urai dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif