SOLOPOS.COM - Warga menunjukkan debu yang menempel pada tanaman di wilayah Dukuh Wates, Desa Blanceran, Kecamatan Karanganom, Klaten, akibat polusi yang dihasilkan pabrik cor dan aspal, Selasa (12/9/2023) siang. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga Dukuh Wates, Desa Blanceran, Kecamatan Karanganom, Klaten, mengeluhkan polusi udara berupa debu pekat dari perusahaan cor dan aspal PT Surya Cakra Sakti (SCS). Debu pekat mencemari udara Dukuh Wates selama 1,5 bulan terakhir.

PT SCS bergerak di bidang produksi bahan baku beton cair siap pakai dan aspal mixing. Perusahaan itu berada di wilayah Desa Meger, Kecamatan Ceper. Namun area kawasan perusahaan itu berdekatan dengan Dukuh Wates, Desa Blanceran.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ketika pabrik beroperasi, debu beterbangan di wilayah Dukuh Wates yang dihuni sekitar 180 keluarga. Debu paling pekat terutama ketika akhir pekan. Warga mengibaratkan pekatnya debu itu seperti wedhus gembel dari erupsi gunung berapi.

Warga menuntut agar aktivitas perusahaan itu dihentikan hingga alat diperbaiki dan benar-benar tak menghasilkan polusi debu. Tuntutan itu disampaikan warga saat digelar pertemuan di kantor desa setempat, Selasa (12/9/2023) siang.

Pertemuan difasilitasi Muspika Karanganom dan dihadiri perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Klaten, Kades Blanceran, perwakilan PT SCS serta warga Dukuh Wates. Pertemuan itu dihadiri puluhan warga Dukuh Wates yang terdampak polusi debu tersebut.

“Kami selaku warga mulai detik ini menghendaki Dukuh Wates tanpa debu. Karena di dukuh kami pertama yang pasti terganggu terutama kesehatan. Salah satu warga kami sudah terdampak langsung hubungannya kesehatan,” kata salah satu warga, Krisdiyanto, dalam pertemuan itu.

Peternak Kesulitan Cari Rumput

“Kemudian masalah kebersihan lingkungan pasti terdampak sekali. Biasane nyaponi ping pisan, dadi ping lima ra resik-resik. Kemudian masalah kenyamanan, kami yang tadinya menghirup udara segar, sekarang menghirup udara sesak dan mata terasa ngeres,” tambahnya.

Belum lagi dampak ekonomi kepada warga. Krisdiyanto mengatakan di wilayah kampungnya banyak warga yang memiliki usaha indekos. Namun, rumah indekos mereka sepi gara-gara calon penyewa urung menempati lantaran pekatnya debu.

Usaha peternakan di dukuh itu pun ikut merasakan dampak. Peternak harus mencari rumput hingga ke wilayah Delanggu lantaran rerumputan di kampung tersebut tertutup debu. “Saya mohon dengan sangat permintaan kami cukup simpel, ingin tidak ada debu lagi,” kata Krisdiyanto.

Ketua RW 001 Dukuh Wates, Budi, mengatakan PT tersebut sudah berdiri sekitar empat tahun ini. Saat awal beroperasi, aktivitas perusahaan itu sempat menimbulkan polusi namun bisa teratasi. Tetapi, sekitar 1,5 bulan terakhir warga terdampak debu sangat pekat dari perusahaan tersebut.

Budi mengatakan sudah beberapa kali mengingatkan agar pengelola perusahaan segera mengatasi masalah polusi tersebut. Warga merasa sudah tidak sanggup lagi menahan polusi debu yang dihasilkan dari aktivitas perusahaan tersebut. “Untuk itu saya mohon, untuk sementara PT SCS tidak beroperasi dulu,” kata Budi.

Pada pertemuan itu, perwakilan PT SCS menyampaikan permintaan maaf terkait polusi debu. Perwakilan perusahaan menjelaskan polusi disebabkan lantaran ada kerusakan alat. Untuk mengatasi kerusakan itu, perwakilan perusahaan menjelaskan tidak bisa serta merta langsung beres dalam waktu singkat.

Tanggapan PT SCS

“Berbagai upaya sudah kami lakukan seperti penyiraman lokasi PT supaya debu tidak bertebaran. Tidak memungkiri juga kondisi saat ini angin lagi kencang kebetulan mengarah ke wilayah Blanceran. Debu yang dihasilkan itu terjadi dari kebocoran alat,” kata pegawai Bagian HRD PT SCS, Arif, dalam pertemuan itu.

Arif menjelaskan upaya perbaikan terus dilakukan. Saat ini, perusahaan sedang berkoordinasi dengan ahli yang bisa memperbaiki alat tersebut. “Kami tidak tinggal diam, kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi hal tersebut,” kata Arif.

Pada pertemuan itu, warga tetap menuntut agar aktivitas pabrik untuk sementara dihentikan hingga kerusakan alat diperbaiki dan dipastikan tidak ada lagi polusi debu ke permukiman. Hingga akhirnya disepakati jika aktivitas perusahaan itu dihentikan selama dua hari mendatang untuk perbaikan alat.

Ketika alat sudah diperbaiki dan akan melakukan uji coba produksi, perusahaan bakal mengundang Muspika, aparatur desa, serta perwakilan warga ke perusahaan untuk melihat proses uji coba.

“Kesepakatannya tadi dua hari nanti off dulu. Kemudian dilakukan trial. Kalau trial tetap menghasilkan debu, kami minta untuk tutup dulu sampai benar-benar tidak menghasilkan polusi,” kata salah satu warga, Krisdiyanto.

Pengawas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Klaten, Rini, mengatakan dari hasil pengecekan, ada kerusakan alat yang berfungsi untuk menangkap debu dari kegiatan produksi. Dari pertemuan itu, selama dua hari aktivitas perusahaan berhenti guna proses perbaikan.

“Nanti hari ketiga ada trial, uji coba. Kalau uji coba tentunya nanti produksi ya. Nanti kalau pas trial debu masih pekat, ada perbaikan lagi artinya aktivitas ditutup lagi,” kata Rini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya