Soloraya
Rabu, 11 Oktober 2023 - 20:22 WIB

Digelar Tiga Hari, Festival Seni Karawitan Jawa Tengah Tandingkan 16 SMA-SMK

Maymunah Nasution  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penampilan peserta dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Kota Solo pada Festival Seni Karawitan SMA dan SMK Se-Jawa Tengah di Pendopo Ageng GDH Taman budaya Jawa Tengah (TBJT) Kota Solo, Rabu (11/10/2023). (Solopos.com/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, SOLO–Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) menggelar Festival Seni Pelajar SMA SMK SLB Jawa Tengah tahun 2023 di Pendapa Agung Taman Budaya Jawa Tengah, Solo selama tiga hari, Rabu-Jumat (11 – 13/10/2023).

Acara terdiri atas festival seni karawitan SMA dan SMK se-Jawa Tengah serta pameran seni rupa siswa dan guru SMA, SMK, dan SLB se-Solo.

Advertisement

Kepala TBJT, Suratno, mengatakan Festival Seni Pelajar SMA SMK SLB Jawa Tengah 2023 ini menjadi upaya peningkatan literasi budaya, mengenalkan kesenian tradisional, regenerasi seniman, serta menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Jawa Tengah.

Festival seni kerawitan menghadirkan perwakilan berbagai wilayah di Jawa Tengah, mulai dari Cilacap, Banyumas, Brebes, Tegal, Semarang, Blora, Karanganyar, dan Wonogiri.

“Awalnya kami seleksi menonton penampilan mereka secara daring kemudian kami pilih 16 sekolah untuk tampil selama tiga hari ini,” ujar Suratno saat diwawancara Solopos.com, Rabu (11/10/2023).

Advertisement

Festival seni kerawitan ini juga merupakan lomba penyajian seni kerawitan antarsekolah. Suratno menjelaskan masing-masing tim boleh membawakan dua gendhing. Gendhing pertama dipilihkan oleh tim juri sementara gendhing kedua sesuai kreativitas masing-masing tim.

Pada hari pertama festival seni karawitan ada sebanyak 5 sekolah yang tampil, antara lain SMAN 2 Wonogiri, SMAN 1 Kartasura, SMAN 1 Randublatung Blora, SMAN 3 Solo, dan SMAN 3 Boyolali.

Suratno mengatakan juri lomba dihadirkan dari para dosen kesenian Universitas Negeri Semarang (Unnes), Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, dan dari seniman kerawitan.

Advertisement

Menurut Suratno, kegiatan penyajian seni kerawitan menumbuhkan kecintaan anak-anak sekolah terhadap seni khas Indonesia tersebut. Hal ini karena saat mereka berlatih dan akhirnya menampilkan kreativitasnya di depan juri, mereka akan mengenal dan mengapresiasi indahnya seni karawitan sehingga bisa mencintai kesenian tersebut.

Salah satu juri festival seni kerawitan dari Unnes, Widodo Broto Sejati, mengatakan materi yang ada adalah gendhing klasik bentuk ketawang dengan kaidah estetik dan kultural. Penilaian dari penyajiannya adalah leres, rempak dan laras.

“Leres artinya penyajian mereka benar dan mengikuti kaidah materi tanpa melepaskan kebebasan berkreasi. Rempak artinya kompak, sehingga kita bisa melihat bagaimana tadi secara tim masing-masing sekolah itu penyajiannya tercerai-berai atau tidak, selanjutnya laras artinya estetikanya ada, enak didengarkan dan enak dipandang dari perilaku dan pakaian apakah sudah sesuai dengan kaidah estetik dan kultural apa belum, begitu ya,” ujar Widodo saat ditemui Solopos.com selepas acara.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif