SOLOPOS.COM - Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Solo, Tenny Setyoharini di kantornya, Kamis (7/3/2024) (Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)

Solopos.com, SOLO-Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Solo Tenny Setyoharini mengingatkan agar tetap waspada terhadap demam berdarah dengue atau DBD.

Tenny menyatakan Dinkes Solo terus mengimbau warga agar tidak terlena dengan jumlah yang tercatat sementara. Berdasarkan data yang diterima Solopos.com dari Dinkes Solo, Kamis (7/3/2024) tercatat sebanyak 25 kasus demam berdarah dengue atau DBD di Kota Solo sepanjang 2024. Dinkes Kota Solo menganggap kasus DBD yang terjadi di Kota Solo tidak mengalami lonjakan seperti di sejumlah daerah lainnya. Misalnya, di Karanganyar tercatat hingga Februari kasus DBD mencapai 71 kasus.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Juni dan Juli itu bulan terang [masuk kemarau], warga menganggap tidak akan ada sarang nyamuk dan menjadi tidak waspada, makanya lonjakan [kasus DBD] terjadi,” kata dia saat ditemui Solopos.com di kantornya pada Kamis (7/3/2024).

Kemudian di Boyolali pada Januari 2024 terdapat dua orang meninggal akibat DBD. Hingga per Selasa (5/3/2024) pukul 14.01 WIB ada 131 kasus DBD di Boyolali dan tiga meninggal dunia.

Dengan kasus sebanyak 25 di Kota Solo, kasus tertinggi terjadi pada pekan keenam 2024 sejumlah 7 kasus DBD. Diikuti pekan ketujuh sebanyak 5 kasus DBD. Pada 2023, menurut data Kota Surakarta dalam Angka 2024 oleh BPS Solo, ada 99 kasus DBD di lima kecamatan. Dengan sebaran 36 kasus di Laweyan, 22 kasus di Banjarsari, 17 kasus di Pasar Kliwon, 16 kasus di Jebres, dan 8 kasus di Serengan. Jumlah kasus DBD selama 2023 tersebut turun dari 2022 yang mencapai 166 kasus.

Tenny juga mengingatkan agar kesalahan tahun lalu yang menyebabkan kelonjakan kasus DBD pada Juni dan Juli 2023 tidak terjadi lagi. Lonjakan kasus DBD itu, menurut paparan Tenny terjadi karena warga menduga pada Juni dan Juli 2023 sudah tidak lagi musim hujan. Sehingga warga menganggap kecil kemungkinan terjangkiti DBD.

Belajar dari kasus tahun lalu, untuk kasus cegah DBD Dinkes Solo menerapkan upaya preventif yang dilakukan tiap tiga bulan berupa monitoring kegiatan kader juru pemantau jentik (jumantik) serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Jumantik bertugas memantau keberadaan jentik nyamuk yang berada di sekitar tempat tinggal masyarakat. Biasanya, mereka akan memantau tempat yang memungkinan nyamuk penyebab DBD berkembang biak. Di antaranya lokasi genangan air. Selain itu, mengutip surakarta.go.id, jumantik harus menggalakkan gerakan 3M yaitu mengubur, menguras, menutup, dan melipat gantungan baju-baju yang menjadi sarang nyamuk.

Tenny juga mengingatkan agar warga Kota Solo sadar bahwa DBD tidak akan hilang dengan sendirinya. Dibutuhkan gotong royong untuk memberantas sarang nyamuk dan saling menjaga kebersihan lingkungan.

“Nyamuk kan bisa terbang, jadi kalau gak peduli dengan tetangga dan lingkungan kita juga akan kena imbasnya,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya