SOLOPOS.COM - Tim Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali memeriksa jerohan hewan kurban di Sidodadi, Siswodipuran, Boyolali, Senin (17/6/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Tim dari Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali berkeliling untuk memeriksa kesehatan hewan kurban pada saat penyembelihan di berbagai lokasi pada Iduladha 1445 Hijriah, Senin (17/6/2024).

Dalam pemeriksaan postmortem tersebut, tim dari Disnakkan Boyolali menemukan ada sapi yang sempat terjangkit Lumpy Skin Disease (LSD) namun sudah sembuh. Selain itu saat pemeriksaan antemortem juga ditemukan ada hati sapi yang mengandung cacing.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kepala Disnakkan Boyolali, Lusia Dyah Suciati, menyampaikan ada 10 tim yang disebar untuk memeriksa kesehatan hewan kurban saat penyembelihan di seluruh wilayah Boyolali. Tim disebar secara sampling ke masjid-masjid yang menyembelih banyak hewan kurban.

“Kami di masjid wilayah Sidodadi, Siswodipuran. Ada 10 sapi dan delapan kambing yang dikurbankan,” jelasnya saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi sekitar pukul 09.30 WIB.

Ia menjelaskan dari pemeriksaan antemortem di satu masjid tersebut, terdapat satu sapi yang sempat terkena LSD dan sudah sembuh. Tersisa bekas bentol-bentol LSD yang sudah mengering. Sehingga sapi tersebut, tutur Lusi, sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) masih diperbolehkan untuk disembelih.

Akan tetapi, Disnakkan Boyolali meminta panitia masjid untuk memotong sapi tersebut paling akhir. Ia menjelaskan dari 18 hewan di masjid wilayah Sidodadi itu, hanya satu yang sakit, itu pun bergejala ringan.

Selanjutnya, untuk pemeriksaan postmortem, Lusi menjelaskan tim memeriksa kemungkinan adanya penyakit mulut dan kuku (PMK), LSD, cacing, dan antraks. “Untuk temuan postmortem, misal ditemukan cacing hati dan sudah parah, hatinya harus dimusnahkan. Dibakar atau dipendam, asal tidak dikonsumsi,” kata dia.

Ia menjelaskan saat pemeriksaan postmortem, ada tim lain yang menemukan cacing di hati yang sudah parah sehingga diperintahkan agar hati sapi itu dimusnahkan.

Tidak Ada Penyakit Serius

Terpisah, Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Kabid Keswan) Disnakkan Boyolali, drh Afiany Rifdania, menyampaikan 10 tim yang disebar terdiri dari lima tim atau 25 petugas dari Disnakkan Boyolali dan lima tim dari masing-masing Puskeswan.

“Tidak ada penyakit serius. Artinya masih bisa kami handle, jadi teman-teman sudah tahu prosedurnya misal bertemu cacing hati ringan itu masih bisa dikonsumsi asal cacingnya dihilangkan,” jelas dia.

Akan tetapi, ketika cacing hati sudah berbentuk gelembung atau rumah cacing, maka hati harus dimusnahkan sebagian dari hati. Ketika sudah kondisi kronis, maka satu hati harus dimusnahkan dengan cara dibakar lalu dikubur.

Beberapa hewan yang diperiksa postmortem, tutur Avi, seperti hewan sembuh dari LSD, PMK, cacing hati, dan antraks. “Kalau antraks itu bisa kelihatan dari limpa. Kan antraks itu radang limpa, jadi limpanya bengkak dua kali lipat kalau positif antraks, terus pinggirannya lancip alias tumpul, terlihat juga warnanya menghitam,” jelas dia.

Lebih lanjut, Avi mengatakan hingga pemeriksaan kelompoknya selesai, ia menemukan empat sapi yang terkena cacing hati lalu ada satu kambing yang terkena radang paru-paru. Sehingga paru-paru kambing tersebut langsung dieliminasi.

“Kelompok yang lain ada juga. Ada 20%-30% yang terkena cacing. Jadi, sarannya sebelum digunakan untuk kurban, hewan sebaiknya diberi obat cacing satu bulan sebelumnya. Tersedia di dinas atau Puskeswan, gratis,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya