SOLOPOS.COM - Pemkab Karanganyar bersama sukarelawan melakukan gerakan penanaman pohon di kawasan Tawangmangu pada Rabu (7/6/2023). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Karanganyar bersama Relawan Wana Lestari Tawangmangu menanam ribuan bibit tanaman kawasan lereng Gunung Lawu, Rabu (7/6/2023). Mereka juga melakukan kegiatan bersih-bersih Sungai Samin di Tawangmangu.

Penjabat fungsional Koordinator Kerusakan Lingkungan DLH Karanganyar, Hafid Aswahami Hidayat, mengatakan gerakan penanaman pohon dan bersih sungai digelar dalam rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup. Aksi ini sekaligus sebagai upaya pelestarian lingkungan di daerah Tawangmangu Karanganyar.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Kegiatan tanam bibit penting dilakukan mengingat banyak kawasan terbuka di sekitar Tawangmangu akibat dampak banyaknya pembangunan,” kata dia.

Ia menegaskan penting adanya keseimbangan antara pengembangan wilayah dengan upaya pelestarian lingkungan. Dalam kegiatan ini, ada 7.000 bibit tanaman alpukat yang di tanam. Bibit alpukat dipilih karena cocok untuk wilayah dataran tinggi. Selain itu memiliki nilai ekonomis dan hasilnya bisa dimanfaatkan warga.

Penanaman pohon ini juga berfungsi untuk mencegah terjadinya longsor. Berdasarkan data yang diambil dari Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2023 yang dirilis BPS Karanganyar, Tawangmangu menjadi salah satu kecamatan di Karanganyar dengan jumlah bencana longsor tertinggi. Sepanjang 2022, ada 11 kejadian longsor di Tawangmangu ini.

Ngargoyoso menjadi kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang paling sering terjadi longsor. Setidaknya ada 19 kejadian longsor di Kecamatan yang juga berada di lereng Lawu ini sepanjang tahun lalu. Kemudian diikuti Jatiyoso dengan 18 kejadian dan Karangpandan 11 kejadian.

Sementara bersih-bersih sungai Samin, DLH melibatkan puluhan sukarelawan bersama warga. Salah seorang sukarelawan Alamku Jiwaku, Priyanto, mengatakan sampah yang dipungut akan didaur ulang. Saat ini komunitas relawan memiliki empat alat pengolahan sampah dengan kapasitas satu ton dalam sekali produksi.

Dalam proses daur ulang, akan dipilah jenis sampahnya. Untuk sampah non-organik, lanjut Priyanto, akan diubah menjadi batako, paving, keramik, maupun berbagai hiasan. Sedangkan, untuk sampah organik akan dimanfaatkan untuk  budidaya magot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya