Soloraya
Senin, 3 Juli 2023 - 18:06 WIB

Dwi Purwanto: Kaum Muda Harus Jadi Subjek Politik

Brand Content  /  Danang Nur Ihsan  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua DPC Partai Demokrat Boyolali, Dwi Purwanto. (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALI — Pemilu 2024 nanti disebut-sebut akan diramaikan oleh para bakal calon legislatif (caleg) muda.

Mereka bakal bertarung dalam kontestasi politik di usia muda. Ada berbagai bekal yang bisa disiapkan, mulai dari modal sosial, modal mental, modal intelektual dan modal finansial.

Advertisement

Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Boyolali sekaligus caleg DPR Dapil 5 Jawa Tengah, Dwi Purwanto, mengatakan selama ini kebanyakan anak muda hanya dijadikan objek politik.

Mereka seolah menjadi komplemen kebutuhan suara saja. Sehingga serangkaian modal itu dibutuhkan untuk membawa kaum muda menjadi subjek politik.

Advertisement

Mereka seolah menjadi komplemen kebutuhan suara saja. Sehingga serangkaian modal itu dibutuhkan untuk membawa kaum muda menjadi subjek politik.

Namun, modal finansial bukan merupakan modal pertama dan utama. Hal itu dibuktikan oleh Dwi Purwanto. Ia sukses terjun ke politik di usia muda. Sudah dua periode warga Desa Rembun, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali, itu memimpin Partai Demokrat di Boyolali.

Dua dekade ia berkiprah di politik. Caleg yang mengusung tagline “Cah Ndeso Menuju Senayan” itu membuktikan bagaimana finansial bukan menjadi modal utama.

Advertisement

Dwi Purwanto menjadi Ketua PAC atau kepengurusan setara kecamatan Partai Demokrat di Boyolali saat berusia 22 tahun. Empat tahun kemudian, Dwi menjadi anggota legislatif di usianya yang masih 26 tahun.

Sadar dengan finansial yang biasa saja, Dwi percaya ada modal lain yang bisa disiapkan seperti modal sosial.

Modal sosial bisa didapat di ranah-ranah nonformal dan santai. Misalnya sering menongkrong dengan banyak orang dari berbagai kalangan, kenal masyarakat, dan turun ke bawah (turba).

Advertisement

Sadar akan latar belakangnya, ia rajin turba, membangun koneksi dengan warga, komunitas, pemangku kebijakan, atau sesama anggota partai. Dari situlah para caleg muda bisa mendapat ruang dan respons positif dari masyarakat.

“Saya tidak punya apa-apa, saya anak petani. Tapi dengan saya ke sana-sini rajin terjun [lapangan] saya dapat respons positif,” kata Dwi Purwanto dalam webinar berjudul 2024 di Tangan Generasi Muda yang digelar Solopos Media Group (SMG), Senin (26/6/2023).

Selain finansial dan sosial, kesiapan mental menjadi modal yang harus disiapkan. Para caleg muda harus punya tekad kuat dan mentalitas matang sebab akan berhadapan dengan berbagai permasalahan.

Advertisement

Kesiapan mental itu juga dipengaruhi oleh pengalaman berdialektika dengan banyak kalangan masyarakat. “Tekad, mental. Harus tahu dan turun lapangan. Setelah itu nongkrong banyak orang, kenal masyarakat luas, rajin,” kata Dwi.

Komposisi caleg muda dari Partai Demokrati juga kian bertambah. Setidaknya 20%-30% dari caleg Partai Demokrat Boyolali adalah kalangan muda. Bahkan ada yang berusia 21 tahun.

Dwi Purwanto menilai salah satu faktor yang membuat negara tidak maju dan responsif karena pemuda hanya jadi objek politik. Padahal, kaum muda punya sensitivitas dan daya respons kuat terhadap berbagai isu dan permasalahan negara.

Tingkat literasi mereka memengaruhi cakrawala pemikirannya sehingga bisa membawa perubahan. Menjadi subjek politik bisa menjadi barometer seberapa integritas dan profesionalitas pemuda di tengah masyarakat.

“Kita tidak menganalogi pemuda sebagai objek. Mereka harus jadi subjek politik dan membawa perubahan lebih baik,” katanya.

Dari perjalanan Dwi Purwanto itu melahirkan gagasan dan komitmen terhadap kepentingan anak muda. Baginya, anggota legislatif perlu mengawal berbagai kebijakan dari pemerintah daerah yang mendukung kebutuhan dan menjawab keresahan pemuda.

Pemerintah daerah bersama partai politik dinilainya perlu responsif terhadap kebutuhan komunitas, milenial, dan pemuda seperti karang taruna, organisasi pelajar, dan organisasi pemuda. Anggota legislatif juga perlu menghadirkan ide gagasan kreatif pemuda.

“Untuk itu perlu setiap kebijakan dari pemda banyak [memperhatikan] kepentingan pemuda, misalnya komunitas, millenial, karang taruna dan ide gagasan kreatif yang diperjuangkan,” kata Dwi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif