Soloraya
Kamis, 28 September 2023 - 09:33 WIB

Grebeg Maulud, Puncak Tradisi Sekaten di Solo

Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ribuan warga menyaksikan kirab gunungan Grebek Mulud di halaman Masjid Agung Solo, Kamis (24/1/2013). Prosesi Grebek Mulud menjadi puncak perayaan Sekaten atau peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. (Burhan Aris Nugraha/JIBI/SOLOPOS)

Solopos.com, SOLO–Tradisi sekaten dan grebeg Maulud menjadi salah satu kalender event kegiatan pariwisata di Kota Solo hingga saat ini.

Sekaten sarat akan simbol-simbol, sehingga tak hanya untuk pemaknaan tradisi Jawa juga digunakan sarana penyebaran agama Islam. Adanya acara ini sekaligus sebagai peringatan Maulid atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Adapun pelaksanaannya di bawah kewenangan Keraton Solo.

Advertisement

Salah satu kegiatan di tradisi Sekaten, yakni dibunyikannya Gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari, serta arak-arakan gunungan atau Grebeg Maulud.

Dikutip dari Surakarta.go.id, Kamis (28/9/2023), Grebeg Maulud menjadi puncak dari sekaten, setelah selama sepekan dua gamelan keraton dibunyikan di Bangsal Pagongan Masjid Agung Solo. Grebeg Maulud merupakan sepasag gunungan yang berisi bahan makanan dan sayuran yang diarak dari Keraton Solo ke Masjid Agung dan kemudian seusai didoakan diperebutkan warga.

Gunungan tersebut dinamakan gunungan kakung (laki-laki) dan gunungan estri (perempuan). Adanya dua gunungan tersebut melambangkan keseimbangan kehidupan.

Advertisement

Bahan yang ada di gunungan, yakni berbagai macam sayuran terdiri atas kacang panjang, telur, wortel, terong, cabai merah besar, mentimun, dan berbagai jenis sayuran lainnya.

Sementara, pada gunungan estri berisi beras ketan (rengginang), beragam kue-kue yang disebut dengan ilat-liatan, entul-entul, kucu dan juga dihias agar tampak meriah menggunakan perpaduan makanan warna-warni yang semuanya terbuat dari tepung ketan.

Setelah dilakukan kirab, para abdi dalem dan abdi kerabat keraton mendoakan gunungan. Dengan harapan supaya selalu diberi kelimpahan nikmat dan dapat tercipta harmonisasi hidup, baik dengan sesama maupun alam semesta.

Advertisement

Kemudian, barulah gunungan dibawa kembali keluar Masjid Agung. Pada saat inilah, masyarakat berlomba-lomba mendapatkan bahan penyusun masing-masing gunungan tersebut. Mereka percaya, jika makan dari bahan-bahan gunungan sekaten, dapat melancarkan rezeki dan mendapat berkah.

Banyak yang mempercayai tradisi berebut gunungan, bisa dirasakan berkahnya bagi orang yang beruntung mendapatkan makanan dari gunungan. Akan tetapi, banyak juga yang menganggapnya sebagai mitos belaka.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif