SOLOPOS.COM - Pengusaha penggilingan padi Klaten, Mohammad Ibrahim Al Asy’ari, menunjukkan stok beras di tempat usahanya, Jumat (25/8/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENHarga gabah naik ugal-ugalan di Klaten seiring fenomena El Nino. Tak hanya itu, harga beras juga disebut sudah di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

Kemarau dan fenomena El Nino membuat pasokan gabah ke usaha penggilingan padi menurun. Untuk menstabilkan harga, pengusaha penggilingan gabah mendorong pemerintah untuk impor beras.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Harga gabah saat ini mencapai lebih dari Rp7.000 per kg. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk harga gabah kering panen (GKP) senilai Rp5.000 per kg.

Salah satu pengusaha penggilingan gabah asal Desa/Kecamatan Karangnongko, Klaten, Mohammad Ibrahim Al Asy’ari, mengatakan harga beras pecah kulit yang biasanya Rp8.000-Rp8.500 per kilogram (kg) naik menjadi Rp10.000 per kg.

“Bahkan per hari ini harganya Rp10.800 per kg,” kata Direktur Utama PT Bumi Manfaat Gemilang (BMG) tersebut saat ditemui wartawan di tempat usahanya, Jumat (25/8/2023).

Ibra mengatakan kondisi perberasan di seluruh Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja menyusul harga gabah yang naik siginfikan. Selain harga, rendemen gabah juga menurun seiring fenomena El Nino dan musim kemarau lebih panjang dibanding biasanya.

“Rendemen saat ini menurun. Biasanya 1 ha itu bisa dapat 8 ton [beras], sekarang hanya 6 ton. Ini terjadi karena fenomenal El Nino yang membuat kondisi cuaca lumayan panas berpengaruh pada produksi padi,” kata Ibra.

Rendeman adalah persentase berat beras yang dihasilkan dari penggilingan gabah atau padi yang digiling. Kenaikan harga gabah di Klaten disebut mulai terjadi pada Juni-Juli lalu seiring masuknya musim kemarau. Harganya terus meningkat pada Agustus dengan tren hampir setiap hari mengalami kenaikan.

Pasokan Gabah Turun 55%

Ibra mengatakan sejak awal Agustus, pasokan gabah yang diolah di tempat usahanya menurun 55 persen. Kenaikan harga gabah yang ugal-ugalan itu secara otomatis berpengaruh pada kenaikan harga beras.

“Saya hitung untuk beras medium saat ini Rp12.500 per kg. Padahal pada periode yang sama atau Agustus 2022, harganya Rp10.750-Rp10.800 per kg,” kata Ibra.

Dengan kondisi itu, jelas Ibra, bakal memberatkan masyarakat selaku konsumen. Lantaran hal itu, dia berharap pemerintah segera campur tangan dalam urusan perberasan di musim kemarau tahun ini yang terjadi fenomena El Nino.

“Saya berharap pemerintah bisa segera ikut campur tangan. Ya impor dulu lah untuk menstabilkan harga. Kasihan masyarakat,” jelas Ibra.

Pemilik usaha penggilingan padi lainnya di Klaten, Riyanto Joko Nugroho, juga membenarkan dampak El Nino membuat lahan pertanian mengering dan harga gabah naik.

“Panen padi juga berkurang banyak, berakibat pada harga gabah di atas HPP dan harga beras juga di atas HET [harga eceran tertinggi] pemerintah,” kata Joko yang juga Sekretaris III DPP Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi).

Joko menjelaskan harga gabah saat ini sudah di atas Rp7.000 per kg. Dia juga mengakui kondisi rendemen padi saat ini kurang baik. “Ya untuk menurunkan harga beras dengan operasi pasar yang masif atau besar dan impor juga,” kata Joko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya