SOLOPOS.COM - Bagian depan SMPN 3 Cepogo Satu Atap di Kembangkuning, Cepogo, Boyolali, Senin (14/8/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com Stories

Solopos.com, BOYOLALI — Meski berlokasi di lereng Gunung Merbabu dan jauh dari pusat kota kabupaten, SMPN 3 Cepogo Satu Atap Boyolali sebenarnya tidak kalah dibandingkan sekolah di perkotaan dalam hal prestasi. Sederet prestasi ditorehkan para siswa maupun guru sekolah tersebut.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu prestasi itu adalah juara III Krenova Boyolali 2023 untuk produk Sabun Susu Kesehatan (Sasuke) karya para siswa program ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR).

Namun, hasil penerimaan peserta didik baru (PPBD) 2023/2024 lalu membuat kepala sekolah setempat geleng-geleng kepala sambil menghela napas pasrah. Pada PPBD kali ini, jumlah siswa baru yang mendaftar dan diterima di sekolah itu turun drastis.

Dari kuota tiga rombongan belajar atau kelas yang dibuka, jumlah siswa baru yang mendaftar dan diterima hanya cukup memenuhi satu kelas. Padahal pada PPDB tahun sebelumnya, tiga kelas yang dibuka SMPN 3 Cepogo Satu Atap Boyolali terisi penuh.

Bagi para siswa, kondisi itu mungkin tak terlalu berpengaruh. Seperti terlihat saat Solopos.com menyambangi sekolah di Desa Kembangkuning, Cepogo, Boyolali, itu, Senin (14/8/2023). Para siswa SMP berseragam Pramuka tampak bermain riang gembira di teras depan kelas mereka.

Namun, bagi sang kepala sekolah, Sriyanta, hasil PPDB tahun ini membuatnya tak habis pikir. Sambil menghela napas prihatin, ia memulai cerita mengenai penurunan jumlah murid baru di sekolahnya yang cukup drastis pada 2023 ini.

Tahun sebelumnya, Sriyanta menceritakan SMPN 3 Cepogo Satu Atap membuka tiga kelas dengan kuota per kelas sebanyak 32 murid. Pada PPDB 2022/2023 itu, total ada 97 murid yang mendaftar dan diterima, yang artinya seluruh kuota terisi penuh.

SMPN 3 Cepogo Satu Atap Boyolali kekurangan murid
Kepala SMPN 3 Cepogo Boyolali, Sriyanta, menunjukkan beberapa piala yang diraih siswa dan guru atas prestasi mereka, Senin (14/8/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

“Pada 2023 ini kami juga membuka tiga kelas, tapi hanya terisi 33 siswa, artinya hanya satu kelas. Turun drastis,” cerita Sriyanta. Ia mengatakan kebanyakan murid di sekolahnya berasal dari desa sekitar seperti Kembangkuning, Cepogo, dan Gubug.

Meski demikian, ada juga beberapa murid yang berasal dari Kecamatan Selo. Lelaki yang menjabat Kepala SMPN 3 Cepogo Satu Atap Boyolali sejak 2021 itu menduga jumlah murid baru hasil PPDB 2023/2024 berkurang drastis karena SMPN 3 Cepogo Satu Atap masih terakreditasi B.

Sebagai informasi, akreditasi sekolah menjadi salah satu komponen penghitungan nilai akhir (NA) calon siswa pada PPDB SMA negeri jalur prestasi. Status akreditasi itu dikonversi menjadi bilangan pengali nilai rapor calon siswa saat di SMP.

Akreditasi Sekolah

Dari penelusuran Solopos.com di sejumlah website SMA negeri di Jateng, salah satunya https://smantawangsari.sch.id/, nilai konversi akreditasi tersebut yakni 1,0 untuk akreditasi A. Kemudian 0,9 untuk sekolah akreditasi B, lalu 0,8 untuk sekolah terakreditasi C, dan 0,7 untuk sekolah tidak terakreditasi.

Penghitungan nilai akhirnya yakni hasil pengalian nilai rapor semester I-V dengan nilai konversi akreditasi sekolah kemudian ditambah bobot nilai kejuaraan. Nilai konversi itu, untuk sekolah dengan akreditasi B hingga tidak terakreditasi, tentu menjadi pengurang nilai rapor dan sebagai akibatnya daya saing calon siswa tersebut jadi berkurang untuk masuk sekolah yang dituju.

Karena itulah, calon siswa cenderung akan memilih SMP dengan akreditasi A agar ketika mendaftar ke SMA negeri melalui jalur prestasi, nilai rapornya tidak akan berkurang karena dikalikan 1,0.

Menurut Sriyanta, aturan nilai konversi akreditasi sebagai komponen penghitungan nilai akhir itu sudah dipahami masyarakat, sehingga menurunkan minat masyarakat masuk SMPN 3 Cepogo Satu Atap Boyolali yang terakreditasi B. “Meskipun sebenarnya di sini banyak prestasi, mengapa kok masyarakat tidak melihat prestasi itu, tapi melihatnya ini [akreditasi], ya?” kata dia.

Ia mengungkapkan beberapa prestasi siswa SMPN 3 Cepogo Satu Atap antara lain juara Krenova, juara lomba pidato, macapat, cerita bergambar, dan lain-lain. Menurutnya, sekolahnya yang berada di lereng Gunung Merapi tidak kalah bersaing dengan sekolah-sekolah perkotaan.

Lebih lanjut, ia mengatakan pada tahun ajaran ini tercatat hanya ada tujuh rombongan belajar di SMPN 3 Cepogo Satu Atap. Perinciannya, kelas VII satu rombongan belajar, kelas VIII tiga rombongan belajar, dan kelas IX juga tiga rombongan belajar.

Sriyanta mengatakan ada dua ruang kelas yang tidak terpakai dan akan dialihfungsikan untuk kebutuhan lain. SMPN 3 Cepogo Satu Atap juga tidak tinggal diam untuk mencari murid baru.

SMPN 3 Cepogo Satu Atap Boyolali kekurangan murid
Gedung SMPN 3 Cepogo Satu Atap di Kembangkuning, Cepogo, Boyolali, Senin (14/8/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Sriyanta menjelaskan sekolahnya terus meningkatkan pelayanan. Ada pula promosi ke sekolah-sekolah. Ia menceritakan sebelumnya upaya promosi ke sekolah cukup efektif. Namun, adanya aturan konversi akreditasi sekolah sebagai salah satu komponen penghitungan nilai calon siswa untuk jalur prestasi di SMA negeri, minat calon siswa turun drastis.

“Kami juga sedang mengurus akreditasi agar bisa naik dari B ke A,” kata Sriyanta. Terkait fasilitas sekolah, ia menjelaskan tidak ada bedanya dengan sekolah lain. Terdapat ruang kelas, perpustakaan, musala, laboratorium komputer, laboratorium IPA, dan lain sebagainya.

12 SMP Negeri Kekurangan Murid

Sriyanta menjelaskan total murid di SMPN 3 Cepogo Satu Atap Boyolali saat ini 217 orang, guru berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) sebanyak 16 orang dan guru tidak tetap dua orang. Kemudian, ada juga satu orang staf ASN dan dua orang staf non-ASN.

Salah satu murid kelas VII A asal Desa Cepogo, Dwi Lestari Setia Bunda, mengungkapkan sangat nyaman bersekolah di SMPN 3 Cepogo Satu Atap. “Saya sangat menyukai pelajaran Bahasa Indonesia karena gurunya asyik,” kata dia.

Faktor lainnya, Dwi mengatakan jarak SMPN 3 Cepogo cukup dekat dengan rumahnya dan lingkungan serta prestasi sekolah tersebut yang bagus. Dwi juga menilai fasilitas SMPN 3 Cepogo tidak kalah bersaing dengan sekolah lainnya.

Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh Solopos.com dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, total ada 12 SMP negeri di Boyolali yang kekurangan murid alias tidak memenuhi kuota PPDB 2023. Salah satunya SMPN 3 Cepogo Satu Atap Boyolali.

Kepala Bidang SMP Disdikbud Boyolali, Mulyono, menyampaikan mayoritas sekolah yang tidak terpenuhi kuota jumlah siswa baru pada PPDB 2023 berada di daerah pinggiran. Mulyono menyebut sekolah yang kekurangan murid itu yakni SMPN 2 Selo, SMPN 4 Mojosongo.

Kemudian SMPN 3 Teras, SMPN 3 Simo, SMPN 2 Sambi, SMPN 2 Klego, SMPN 2 Karanggede, SMPN 3 Juwangi, SMPN 2 Sawit, SMPN 2 Nogosari, SMPN 2 Cepogo, dan SMPN 3 Cepogo.

Mulyono mencontohkan SMPN 2 Selo membuka tiga rombongan belajar dengan kuota 32 siswa per rombongan belajar. Namun, sekolah tersebut hanya mendapatkan 50-an siswa yang berarti dua rombongan belajar pun tidak penuh.

Mulyono menyebutkan penyebab kuota sekolah itu tidak terpenuhi karena lokasi sekolah tersebut berada di pinggiran. Selain itu, SD penyangga di wilayah sekitar sedikit sehingga mempengaruhi jumlah siswa yang masuk.

Selain itu ada juga anggapan sekolah unggulan dan tidak unggulan yang masih kuat melekat di benak masyarakat meskipun pemerintah mengharapkan sekarang sudah tidak ada lagi sekolah unggulan dan nonunggulan.

Ia menginformasikan ada 99 SMP di Boyolali yang meliputi 52 SMP negeri dan 47 SMP swasta. Pada PPDB 2023 ini, total jumlah siswa yang tertampung di 99 SMP itu mencapai 12.268 orang.

SMPN 3 Cepogo Satu Atap Boyolali kekurangan murid
Deretan ruang kelas di SMPN 3 Cepogo Satu Atap di Kembangkuning, Cepogo, Boyolali, Senin (14/8/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Wakil Ketua DPRD Boyolali, Ali Hufroni, menyampaikan pendidikan jenjang SD dan SMP negeri di Boyolali penuh persaingan. Bahkan, beberapa SD sudah tutup karena tidak ada murid.

Evaluasi Sistem Zonasi

Hal tersebut, lanjut Ali, perlu mendapatkan perhatian khusus agar sekolah negeri kembali bergengsi. Ia juga menyarankan beberapa inovasi harus dilakukan seperti membuat ekstrakurikuler atau hal lain yang menarik.

Perlu juga didukung dengan peningkatan fasilitas dan kualitas tenaga pendidiknya. Anggota legislatif dari PKS tersebut juga mengungkapkan sekolah swasta lebih dulu melakukan penerimaan peserta didik baru dengan berbagai media promosi.



Dengan begitu, kebanyakan sekolah swasta sudah terpenuhi dulu kuotanya sebelum sekolah negeri membuka pendaftaran. Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu dievaluasi akibat adanya sekolah yang kekurangan murid, terutama di jalur zonasi.

“Secara demografis apakah persebaran sekolah sudah linear dengan jumlah populasi anak? Artinya pemerataan untuk persebaran sekolah ini yang perlu dipertimbangkan,” kata dia kepada Solopos.com, Jumat (18/8/2023).

Kemudian, berkaitan dengan pemerataan sekolah, Ali mempertanyakaan apakah stigma di masyarakat berkaitan dengan sekolah favorit masih ada. Menurutnya, hal tersebut perlu dukungan pemerintah daerah untuk memberikan pemerataan fasilitas pendidikan berupa sarana, prasarana yang memadai, serta  meningkatkan kualitas pendidik.

Ia melanjutkan, dengan sistem zonasi semua sekolah seharusnya statusnya sama artinya tidak ada yang favorit ataupun tidak favorit. Selanjutnya, Ali mempertanyakan apakah sekolah sudah berusaha melakukan promosi yang menarik untuk menawarkan sekolahnya.

“Sekaligus adanya sosialisasi kepada orang tua sedari tingkat sekolah dasar agar tidak terfokus untuk mendaftar di kota saja,” jelas dia.

Sistem zonasi yang sama rata, kata Ali, setidaknya harus dapat mendorong sekolah untuk mengenalkan citra baik beserta keunggulannya agar menarik minat calon peserta didik dan wali murid.

“Mutu dan kualitas pendidikan harus terus ditingkatkan. Sekolah juga perlu lebih banyak berinovasi agar dapat menarik peserta didik baru setiap tahunnya,” kata dia.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya