SOLOPOS.COM - Pengunjung memadati Kampung Ramadan Masjid Mlinjon, Kelurahan Tonggalan, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten, Minggu (24/3/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com Stories

Solopos.com, KLATEN – Di tengah bermunculan bazar Ramadan di berbagai wilayah, Kampung Ramadan Masjid Mlinjon, Kelurahan Tonggalan, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten, tetap eksis sebagai tempat favorit untuk berburu atau istilah populernya war takjil.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ribuan orang saban hari berdatangan demi berburu aneka makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Saking ramainya jalanan di depan Masjid Mlinjon sampai berjubel.

Kampung Ramadan 1445 Hijriah di kawasan Masjid Mlinjon sudah dimulai sejak Selasa (12/3/2024) atau hari pertama puasa dan direncanakan berakhir pada H-2 Lebaran. Sepanjang 300 meter tepi Jl Bhayangkara sampai Jl Melati tepatnya di sekitar Masjid Mlinjon, berjejer para penjual takjil yang dikerumuni pembeli.

Geliat Kampung Ramadan Masjid Mlinjon, Klaten, setiap harinya mulai terlihat sejak pukul 13.00 WIB. Para pedagang berdatangan menata lapak mereka yang berukuran sekitar 2 meter x 2 meter.

Aneka jajanan hingga makanan berat mulai mereka persiapkan. Ada nasi padang, pecel, aneka camilan, minuman, hingga berbagai jajanan kekinian. Selepas Asar, warga yang berdatangan kian banyak. Semakin sore, jumlahnya terus bertambah.

Para pembeli menyusuri jalan beraspal sembari mencari menu yang akan mereka santap saat berbuka. Jalan yang semula dipenuhi kendaraan berlalu lalang, berganti orang-orang berjalan kaki.

Hampir setiap tenda pedagang didatangi pembeli yang rela antre dan berdesakan. Suasana itu terasa hampir setiap hari selama Ramadan dan lebih ramai saat akhir pekan tiba.

kampung ramadan masjid mlinjon klaten
Suasana Kampung Ramadan Masjid Mlinjon, Kelurahan Tonggalan, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten, dipenuhi pengunjung, Minggu (24/3/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Beberapa pedagang maupun panitia menilai Kampung Ramadan Masjid Mlinjon di Tonggalan, Klaten, tahun ini menjadi yang paling meriah. Kawasan itu dipenuhi pembeli selama belasan hari bergulir.

Membeludaknya pembeli berdampak pada meningkatnya omzet pedagang. Omzet mereka ada yang mencapai dua hingga empat kali lipat dibandingkan jika berjualan pada hari biasa atau di luar Ramadan.

Seperti yang dirasakan salah satu pedagang gabin dan risol asal Kecamatan Jatinom, Bayu, 38. Selama 12 hari berjualan di kampung Ramadan itu, dia pun merasakan peningkatan omzet dibandingkan hari biasa ketika dia jualan dari rumah di Jatinom.

“Kalau dibandingkan hari biasa jelas ada peningkatan. Peningkatannya sampai 400 persen. Sehari itu bawa antara 600-700 pieces dan alhamdulillah habis. Biasanya buka pukul 14.00 WIB dan habis pukul 16.00 WIB,” kata Bayu saat ditemui Solopos.com, Sabtu (23/3/2024).

Omzet itu jauh lebih besar dibandingkan biaya retribusi yang dikeluarkan di Kampung Ramadan Masjid Mlinjon, Klaten, antara Rp400.000-Rp500.000 untuk satu bulan kegiatan berlangsung. Bayu menempati lapak berukuran 2 meter x 2 meter. Lantaran tak menyewa tenda panitia, dia hanya dikenai biaya Rp400.000.

“Ini menjadi tahun kedua saya jualan di kampung Ramadan ini. Untuk tahun ini memang suasananya jauh lebih ramai. Di sini itu rujukan kampung Ramadan,” kata Bayu.

Hal yang sama diungkapkan salah satu karyawan lapak bernama Es Teler Viral Bloomery, Sari, 35. Hanya dalam hitungan jam, ratusan cup es teler ludes, jauh lebih laris dibandingkan saat ia berjualan pada hari biasa di wilayah Krapyak, Merbung, Klaten Selatan.

“Biasanya dua sampai tiga jam sudah habis. Antara 200-300 cup per hari,” kata penjaga salah satu lapak yang belakangan ramai menjadi tempat berburu minuman takjil.

Ratusan Juta Rupiah Berputar Setiap Hari

Ketua Takmir Masjid Mlinjon, Tonggalan, Klaten, Isnan Budi Satriyo, 58, mengakui penyelenggaraan kampung Ramadan tahun ini paling ramai dibandingkan kegiatan serupa di tahun-tahun sebelumnya.

Selain banyaknya orang yang berdatangan, meriahnya Kampung Ramadan Masjid Mlinjon tahun ini bisa dilihat dari semakin meningkatnya jumlah pedagang yang ingin berjualan.

Isnan mengatakan daya tampung lokasi Kampung Ramadan Masjid Mlinjon hanya muat untuk 250 pedagang. Jumlah itu sudah termasuk mengokomodasi warga setempat yang ingin membuka lapak di kampung Ramadan.

kampung ramadan masjid mlinjon klaten
Salah satu pedagang melayani pembeli di Kampung Ramadan Masjid Mlinjon, Kelurahan Tonggalan, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten, Minggu (24/3/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Dari kapasitas itu, jumlah pendaftar hampir mencapai 500 orang. Alhasil, ada ratusan pedagang yang terpaksa ditolak dan tak bisa berjualan di kawasan itu tahun ini lantaran tempat tak lagi mencukupi.

“Yang paling besar minatnya paling terakhir ini. Setiap hari ramai ini dan yang lebih luar biasa karena yang ingin ikut bazar peminatnya tinggi. Sekitar 200 pedagang kami tolak,” kata Isnan.

Takmir masjid mengakui lokasi lapak jualan Kampung Ramadan Masjid Mlinjon, Klaten, sebenarnya bisa ditambah. Namun, panitia memiliki pertimbangan lain untuk tak memperluas area untuk lapak Kampung Ramadan Masjid Mlinjon. “Kalau kami memperluas tempatnya, khawatirnya penjualan pedagang jadi kurang maksimal,” kata Isnan.

Soal perputaran uang, pada hari pertama panitia sudah menggelar survei. Jika diambil rata-rata per pedagang mengantongi omzet Rp500.000 per hari, artinya perputaran uang setiap harinya di Kampung Ramadan Masjid Mlinjon mencapai Rp125 juta hingga Rp150 juta.

Dengan penghitungan itu, dalam sebulan Kampung Ramadan bergulir, setidaknya perputaran uang mencapai sedikitnya Rp3 miliar. Isnan menjelaskan panitia menarik retribusi kepada pedagang untuk biaya sewa tenda dan kebersihan.



Nominalnya pun terhitung murah meriah. Isnan mengaku panitia tak memiliki niat untuk menaikkan tarif tersebut. “Kami mengadakan ini karena ingin menyemarakkan Ramadan, tidak ingin mengejar keuntungan,” jelas Isnan.

Penyelenggaraan Kampung Ramadan Masjid Mlinjon 1445 Hijriah atau 2024 ini merupakan tahun ke-14. Bazar UMKM itu sempat vakum selama tiga tahun gegara pandemi Covid-19.

Belajar di Jogokariyan

Kampung Ramadan Masjid Mlinjon Klaten berjalan sejak 2010 dan menjadi yang pertama di Klaten. Sebelum kegiatan tersebut bergulir dan eksis sampai sekarang, pengurus Masjid Mlinjon Klaten belajar di Masjid Jogokariyan, Sleman, DIY, yang lebih dahulu menggelar kampung ramadan.

Akhirnya takmir Masjid Mlinjon mulai menggelar kegiatan serupa. Awalnya, para pedagang merupakan jamaah masjid setempat sekitar 50 orang. Lapak maupun tenda untuk tempat jualan pun digratiskan meski kala itu takmir sama sekali tak memiliki tenda.

“Awalnya kami menggratiskan semua pedagang. Kami pinjam tenda-tenda termasuk dari sponsor-sponsor motor itu,” kata Isnan.

Baru hari pertama, Kampung Ramadan Masjid Mlinjon Klaten sudah menarik minat pedagang maupun pembeli. Alhasil, jumlahnya pun terus bertambah setiap tahunnya.

Isnan mengatakan keuntungan yang diperoleh panitia dari penyelenggaraan kampung Ramadan dikembalikan untuk kegiatan jamaah. Hal itu termasuk menambah jumlah tenda.

Pada penyelenggaraan Kampung Ramadan Masjid Mlinjon berikutnya, Isnan mengatakan ada rencana menambah syarat bagi pedagang agar menjual produk bersertifikat halal. Untuk itu, tahun ini panitia mulai melakukan sosialisasi serta mendampingi para pedagang mendapatkan sertifikat produk halal secara gratis.

“Kami bantu untuk tahun ini sekalian mendapatkan sertifikat produk halal dan ini gratis. Kami kerja sama dengan LPUMKM Muhammadiyah Klaten,” kata Isnan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya