SOLOPOS.COM - Bekas jembatan rel KA lintas Solo-Wonogiri-Baturetno di Kecamatan Baturetno, Wonogiri, Rabu (8/2/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRIWonogiri sejak lama terkenal sebagai episentrum bisnis transportasi angkutan bus di Pulau Jawa. Siapa yang tidak kenal bus Tunggal Dara, Timbul Jaya, Gunung Mulia, Sedya Mulya, hingga Sumba Putra.

Organisasi Angkutan Darat (Organda) Wonogiri mencatat ada 32 perusahaan otobus (PO) yang lahir di Wonogiri dengan perincian 17 PO melayani lini AKAP dan 15 PO melayani lini AKDP. Beberapa PO tersebut kini sudah tidak lagi beroperasi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Beberapa yang lain seperti hidup segan mati tak mau. Padahal mereka pernah menjadi jawara untuk trayek Jakarta-Wonogiri.

“PO AKAP yang masih aktif dan bertahan, masih sering beroperasi dan relatif bisa mengikuti perkembangan, sedikitnya tinggal tiga PO, yaitu Sedya Mulya, Tunggal Dara Putera, dan Gunung Mulia,” kata Ketua Organda Wonogiri Edi Purwanto saat diwawancarai Solopos.com, awal Maret 2023 lalu.

Masa kejayaan angkutan bus di Wonogiri mungkin saat ini sudah meredup dan tinggal beberapa PO saja yang masih bertahan. Namun fakta bahwa Wonogiri pernah menjadi episentrum dan tempat lahirnya usaha angkutan bus tak mungkin dihapus dari catatan sejarah.

Penelusuran Solopos.com di berbagai sumber, awal muncul hingga kejayaan usaha angkutan bus di Kota Sukses tidak lepas dari penutupan jalur KA Wonogiri-Baturetno pada 30 April 1978 akibat pembangunan Waduk Gajah Mungkur (WGM).

Menurut skripsi berjudul Sejarah Keberadaan Jalur Kereta Api di Kabupaten Wonogiri Tahun 1922-1976 yang ditulis Andi Pramono dari Univesitas Sebelas Maret (UNS) Solo pada 2011 yang diakses Solopos.com dari laman uns.ac.id, penutupan jalur KA itu membuat masyarakat kesulitan mengangkut hasil bumi dari Baturetno dan sekitarnya menuju Wonogiri.

Jarak Tempuh Lebih Jauh

Begitu pula pengangkutan hasil tambang batu gamping dari Selomarto, Giriwoyo, yang sebelumnya menggunakan jasa kereta api. Masyarakat Baturetno dan sekitar yang kerap bepergian keluar daerah untuk urusan pekerjaan atau berdagang pun kesulitan.

Saat itu, pengangkutan batu gamping beralih menggunakan truk, itu pun jika ada pemilik truk yang bersedia mengangkut batu gamping tersebut menuju Wonogiri. Sedangkan penumpang orang beralih ke bus atau angkutan umum lainnya.

bus solo-wonogiri angkutan
Bus Gunung Mulia jurusan Solo-Wonogiri melintas di Perempatan Ponten, Wonogiri, Rabu (13/7/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Namun, saat itu jumlah angkutan umum bus di Wonogiri masih sangat minim. Hanya ada dua bus jarak jauh yaitu Ismo dan Rino yang melayani trayek Baturetno-Solo-Semarang.

Pilihan lainnya yakni angkutan colt jurusan Baturetno-Wonogiri. Dibandingkan dengan kereta api melewati daerah yang kemudian ditenggelamkan untuk WGM, perjalanan menggunakan bus atau truk menjadi lebih jauh karena harus memutari waduk melalui daerah Tirtomoyo.

Seiring waktu, untuk mendukung kelancaran angkutan bus dan truk, dibangun jalan dari Baturetno-Wonogiri melalui Ngadirojo. Dengan pengembangan pembangunan jalan baru ini, para pengusahan angkutan umum seperti truk dan bus semakin ramai bermunculan.

Bus-bus antarkota dalam provinsi (AKDP) semakin banyak bermunculan dengan sejumlah trayek antara lain Solo-Wonogiri-Pracimantoro, Solo-Wonogiri-Jatisrono-Slogohimo-Purwantoro, Solo-Wonogiri-Baturetno. Kemudian Semarang-Salatiga-Solo-Wonogiri-Baturetno, Jogja-Solo-Wonogiri, dan lain-lain.

Sedangkan bus-bus AKAP yang melayani sebagai ke Jabodetabek hingga Sumatra bermunculan dan mencapai masa keemasan pada dekade 1980-an hingga 2000-an.

Sarana Angkutan Perahu

Usaha angkutan perdesaan juga semakin ramai dengan total ada 26 angkutan dan 21 lintasan yang dilayani. Selain itu, angkutan pelat hitam juga bermunculan di beberapa daerah seperti Baturetno, Giriwoyo, Tirtomoyo, Nguntoronadi, dan wilayah lainnya.

Angkutan pelat hitam ini merupakan kendaraan milik pribadi yang disewakan dengan sistem carter atau sesuai pesanan dengan tujuan daerah pelosok yang tak terjangkau angkutan umum.

Sebelum meluasnya jaringan jalan Baturetno menuju Wonogiri, masyarakat juga banyak yang memanfaatkan sarana angkutan perahu melewati genangan air WGM dari Baturetno menuju Eromoko maupun sebaiknya. Perahu hanya aktif saat genangan tinggi.

Sedangkan saat musim kemarau ketika air waduk surut, masyarakat bisa menyusuri jalan-jalan lama yang muncul kembali menggunakan sepeda motor atau sarana lainnya yang ada ketika itu.

Seperti diketahui, jalur KA Solo-Wonogiri-Baturetno yang beroperasi mulai 1922, dulu dibangun untuk mempermudah mengangkut hasil perkebunan di daerah pelosok. Namun jalur Wonogiri-Baturetno ditutup seiring pembangunan WGM pada 1978.

Mengutip laman p2k.stekom.ac.id, perjalanan terakhir KA dari Stasiun Baturetno tercatat pada 30 April 1978 pukul 12.20 WIB dan tiba di Stasiun Wonogiri pada pukul 13.22 WIB.

Kini, jalur KA Solo-Wonogiri masih aktif tapi hanya sampai Stasiun Wonogiri di wilayah Giripurwo tak jauh dari Pasar Kota Wonogiri. Dilansir heritage.kai.id, Stasiun Wonogiri terletak di ketinggian 144 meter di atas permukaan laut dan termasuk ke dalam Daerah Operasi VI/Yogyakarta.

Satu-satunya kereta api yang melayani angkutan penumpang dari Stasiun Wonogiri saat ini adalah Railbus Batara Kresna dengan rute Stasiun Purwosari-Stasiun Wonogiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya