Soloraya
Kamis, 22 Februari 2024 - 23:48 WIB

Kirab Haul Ki Ageng Perwito di Ngreden Klaten, Gunungan Legondo Jadi Rebutan

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Puluhan warga mengikuti kirab gunungan legondo dan intip nasi pada Tradisi Grebeg Haul Ki Ageng Perwito di Ngreden, Wonosari, Klaten, Kamis (22/2/2024). (Solopos/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, KLATEN — Warga Desa Ngreden, Kecamatan Wonosari, Klaten, memperingati haul atau hari kematian ke-313 Ki Ageng Perwito dengan menggelar kirab gunungan legondo dan intip serta hasil bumi, Kamis (22/2/2024) sore.

Kirab dimulai dari Kantor Desa Ngreden menuju makam Ki Ageng Perwito. Arak-arakan kirab terdiri dari pasukan drumben, pasukan bregodo, gunungan intip dan legondo serta gunungan hasil bumi.

Advertisement

Iringan ditutup rombongan Paguyuban Kawula Keraton Solo (Pakasa). Seusai doa bersama, isi gunungan kemudian diperebutkan warga.

Rangkaian kegiatan haul Ki Ageng Perwito di Ngreden, Wonosari, Klaten, dimulai sejak Rabu (21/2/2024) di antaranya dengan Khatmil Quran hingga penggantian langse makam Ki Ageng Perwito.

Advertisement

Rangkaian kegiatan haul Ki Ageng Perwito di Ngreden, Wonosari, Klaten, dimulai sejak Rabu (21/2/2024) di antaranya dengan Khatmil Quran hingga penggantian langse makam Ki Ageng Perwito.

“Kemudian ada penanaman pohon dewandaru dan kemuning,” kata Ketua Panitia Haul Ki Ageng Perwito, Muh Hisyam, Kamis.

Rangkaian kegiatan kemudian dilanjutkan dengan kirab yang digelar pada Kamis. Gunungan berisi legondo dan intip yang menjadi makanan khas di Ngreden.

Advertisement

Selain gunungan legondo dan intip, kirab haul Ki Ageng Perwito di Ngreden, Klaten, juga mengarak gunungan hasil bumi. Gunungan itu sekaligus mengenang sosok Ki Ageng Perwito yang mengajarkan tentang pertanian.

Hisyam menjelaskan rangkaian kegiatan itu juga dimaksudkan untuk merintis desa wisata religi di Ngreden. “Sehingga akan timbul ekonomi kreatif masyarakat yang beradab,” kata Hisyam.

Ki Ageng Perwito menjadi sosok yang sangat dihormati warga Ngreden dan sekitarnya. Ia merupakan seorang bangsawan putra Raja Demak Bintoro, Syekh Alam Akbar atau Sultan Trenggono.

Advertisement

Seiring runtuhnya Kerajaan Demak, pusat pemerintahan berpindah ke Pajang yang dipimpin Sultan Hadiwijaya, saudara ipar Ki Ageng Perwito. Ki Ageng Perwito ikut pindah ke Pajang.

Dia kemudian diangkat menjadi pujangga kerajaan dan berganti nama menjadi Pangeran Karang Gayam. Singkat cerita, ada peristiwa babat alas yang dilakukan Danang Sutowijoyo.

Pangeran Karang Gayam menyusul. Dia kemudian bertemu dengan Sunan Kalijaga dan Pangeran Karang Gayam diminta tinggal di daerah yang saat ini bernama Desa Ngreden.

Advertisement

Pangeran Karang Gayam pun berganti nama menjadi Ki Ageng Perwito. Di daerah tersebut, Ki Ageng Perwito mengajarkan berbagai ilmu. Seperti ilmu bertani terutama bercocok tanam padi, seni dan budaya, agama Islam, serta ilmu makrifat.

Ki Ageng Perwito pula yang mengenalkan legondo dan intip. Semakin hari, pengikut Ki Ageng Perwito semakin banyak. Hingga kini sosok dan jasanya masih terus diingat oleh masyarakat Ngreden.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif