SOLOPOS.COM - Masyarakat menunggu kirab haul Ki Ageng Singoprono di mulut jalan berundak menuju makam ulama tersebut di Gunung Tugel, Desa Nglembu, Sambi, Boyolali, Minggu (24/9/2023). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Makam Ki Ageng Singoprono di Gunung Tugel, Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, menjadi salah satu destinasi wisata religi di Boyolali.

Setiap tahun, terutama saat peringatan haul atau hari kematian Ki Ageng Singoprono pada bulan Safar, orang-orang dari berbagai daerah berbondong-bondong datang untuk berziarah ke makam tersebut.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Seperti pada peringatan haul yang berlangsung Minggu (24/9/2023) lalu. Ribuan orang berdatangan ke Gunung Tugel untuk berziarah di makam Ki Ageng Singoprono.

Banyaknya orang yang berdatangan ke makam di Gunung Tugel menunjukkan betapa besar kesan yang ditimbulkan dari sosok Ki Ageng Singoprono sebagai tokoh penyebar agama Islam di wilayah Simo dan Sambi, Boyolali.

Meski Ki Ageng Singoprono sudah tiada sejak ratusan tahun lalu, ajaran-ajarannya tentang budi pekerti, kearifan, bahkan soal pertanian tetap hidup dan dikenang sampai saat ini.

Pegiat sejarah dan budaya Boyolali, R Surojo, menceritakan Singoprono merupakan pemimpin masyarakat Simo Walen. Menurutnya, Singoprono adalah salah satu keturunan Raja Majapahit terakhir yaitu Prabu Brawijaya V.

Singoprono menetap di wilayah Simo pada abad ke-17 untuk menjadi pemimpin sekaligus penyebar agama Islam di wilayah itu. “Beliau hidup semasa Kerajaan Mataram Islam, sekitar abad ke-17, semasa Amangkurat,” tuturnya saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (24/9/2023).

Menurut Surojo, Singoprono menjadi demang sekaligus ulama di daerah Simo yang sekarang menjadi wilayah Sambi. Mengutip direktoripariwisata.id, semasa hidupnya, Ki Ageng Singoprono terkenal suka menolong, sangat berbudi luhur, dan sakti.

Perkelahian 2 Orang Sahabat

Kabar mengenai dirinya telah tersebar hingga keluar daerah. Penghasilannya diperoleh dari bercocok tanam. Selain itu, Ki Ageng Singoprono juga tidak malu berjualan dawet dan nasi di pinggir jalan.

Meskipun berjualan untuk memperoleh penghasilan, tidak jarang pula Ki Ageng Singoprono membagikan hasil penjualannya kepada orang yang membutuhkan.

Namun dengan segala kebaikan dan kedermawanannya, tetap saja ada yang tidak suka dengan Ki Ageng Singoprono. Salah satunya Kiai Rogo Runting yang iri meskipun mereka berdua sebenarnya bersahabat.

Perselisihan antara Ki Ageng Singoprono dengan sahabatnya ini menciptakan legenda tentang Gunung Tugel Boyolali. Diberitakan Solopos.com, 25 Februari 2016, Petugas Penjaga Makam dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Boyolali kala itu, Joko Mulyono, menceritakan soal pertarungan antara Ki Ageng Singoprono dan Kiai Rogorunting.

Pertarungan dua orang teman itu dipicu perbedaan pendapat. Bermula ketika Ki Ageng Singoprono bertamu ke rumah Kiai Rogo Runting yang berlokasi di kawasan Gunung Madu, Klego, Boyolali.

Saat itu, Kiai Rogo Runting mengambilkan buah kelapa hijau dengan cara menyentuh batang pohon dengan tangannya dan buah kelapa jatuh semua. Cara itu ditentang oleh Ki Singoprono yang kemudian mengajarinya memetik buah kelapa dengan membengkokkan batang pohon dan mengambil satu buah kelapa.

Wasiat Ki Ageng Singoprono kepada Istrinya

“Kalau buah itu jatuh semua kasihan anak cucu nanti tidak kebagian sehingga mengambil buah secukupnya saja,” ujar Joko menarasikan perkataan Ki Singoprono kepada Kiai Rogo Runting.

Setelah itu, Kiai Rogo Runting marah dan mengajak beradu kanuragan. Gunung Tugel dipanah olehnya dari atas Gunung Madu yang menyebabkan gunung terpecah menjadi beberapa bagian.

Karena kondisi itu lah gunung itu dinamai Gunung Tugel sampai sekarang. Atas perbuatan Kiai Rogo Runting, Ki Singoprono tidak lantas membalas dengan menunjukkan kesaktiannya.

Ki Singoprono, mengutip direktoripariwisata.id, bahkan berwasiat kepada istrinya agar dimakamkan di Gunung Tugel saat tutup usia. Karena wasiat itu pula, Ki Ageng Singoprono dimakamkan di gunung tersebut dan tiap tahun ramai orang berziarah.

Tinggi Gunung Tugel, Boyolali, yang menjadi lokasi makam Ki Ageng Singoprono memiliki tinggi sekitar 97,8 meter di atas permukaan laut dan luasnya sekitar 700 meter persegi. Pemandangan di sekitar Gunung Tugel sangat indah dan hawanya sejuk sehingga pengunjung dapat menikmati keindahannya setelah berziarah.

Namun pengunjung yang akan berziarah di makam harus mempersiapkan fisik dengan baik terlebih dahulu karena harus melewati jalanan berundak untuk sampai ke puncak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya