Soloraya
Jumat, 29 Desember 2023 - 21:09 WIB

Kisah Perajin Trompet Cemani Sukoharjo, Pernah Jual dari Harga Rp150 per Biji

Magdalena Naviriana Putri  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perajin trompet, Rajiman, menunjukkan trompet bikinannya di rumahnya, Dukuh Candi RT 001/RW 011 Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo, Jumat (28/12/2023). (Solopos/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Para perajin maupun penjual trompet mulai menghiasi pinggir jalan wilayah Sukoharjo menjelang perayaan Tahun Baru 2024. Mereka bersiap menyambut pembeli yang biasanya mencari trompet untuk merayakan pergantian tahun.

Seperti diketahui, trompet sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Malam Tahun Baru. Bentuk maupun harganya pun terus berkembang mengikuti zaman.

Advertisement

Salah seorang perajin trompet asal Cemani, Sukoharjo, Rajiman, masih menekuni pembuatan alat musik tiup dari kertas tersebut sejak puluhan tahun lalu hingga saat ini.

Warga Dukuh Candi RT 001/RW 011 Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, itu bercerita pada pergantian tahun ini ia hanya membuat 1.200 trompet. Biasanya ia mampu membuat 3.000-4.000 trompet.

Advertisement

Warga Dukuh Candi RT 001/RW 011 Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, itu bercerita pada pergantian tahun ini ia hanya membuat 1.200 trompet. Biasanya ia mampu membuat 3.000-4.000 trompet.

Ia mengakui bahan baku yang semakin mahal dan juga penjualan yang berkurang mempengaruhi pengurangan produksi kerajinan tangannya itu.

“Tahun ini bikin 1.200 baru keluar [laku] 300 trompet. Saya sudah bikin sejak zaman Pak Harto [Presiden Soeharto] dari harga Rp150/biji. Sekarang harga kertas [metalik/bahan dasar] mahal dan terus naik,” ungkap Rajiman saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Jumat (29/12/2023).

Advertisement

Sementara bagi konsumen eceran ia membanderol trompetnya dengan harga Rp7.500-Rp10.000/biji. Rajiman menjajakan trompet di rumah maupun di lapak tak permanen pinggir jalan.

Kini, tengkulak yang menyambangi rumahnya tinggal beberapa kawan dekat. Sebelumnya kerajinan trompet Rajiman jadi jujukan tengkulak di Soloraya seperti Kartasura, Ngruki, Solo, dan lainnya.

Pada tahun lalu, Rajiman menjual kerajinannya itu di Jl Slamet Riyadi, Solo. Namun tahun ini ia berencana menjual trompetnya di depan Kantor Kelurahan Cemani.

Advertisement

Rajiman telah mempersiapkan trompetnya itu sejak sebelum perayaan Natal. Perajin trompet asal Cemani, Sukoharjo, itu membuat ribuan trompet itu seorang diri. Hal itulah yang membuatnya memilih tak lagi memproduksi trompet dengan berbagai varian bentuk.

Varian Bentuk Trompet

Karena keterbatasan tenaga ia hanya membuat trompet berbentuk kerucut biasa. Sebelumnya ia mampu membuat varian trompet lain seperti bentuk naga dan lainnya.

Dalam prosesnya, Rajiman mampu memproduksi 100-150 biji per harinya. Ia mengaku seluruh bahan baku yang digunakannya bukan dari kertas bekas. Hal itu untuk menjamin kualitas trompet bikinannya. Pria yang mengaku harus berutang untuk modal pembuatan trompet itu menjadi satu-satunya perajin trompet yang tersisa di daerahnya.

Advertisement

“Dulu kalau 10 orang ada [pembuat trompet] di sini. Tetapi karena mereka dari Wonogiri, luar daerah, dan hanya mengontrak saat mereka pulang ke kampung halaman, tinggal tersisa saya. Tetapi tetangga di sekitar juga kadang-kadang ikut mengambil dari sini untuk dijual kembali,” beber Rajiman.

Tak jarang tetangganya membawa lebih dulu beberapa trompet untuk dijual. Ketika laku mereka baru menyetorkan uangnya kepada Rajiman. Perajin trompet asal Cemani, Sukoharjo, itu juga tak khawatir jika nantinya ada pembuat trompet baru di daerahnya. Sebab ia meyakini rezeki sudah ada yang mengatur.

Meski untungnya tak seberapa, Rajiman juga memberikan bonus bagi para pembelinya. Terkadang ia memberikan satu trompet tambahan bagi pembeli yang membeli 10 biji dan kelipatannya. Tak sedikit pula yang memilih menawar harga kerajinan tangan buatannya itu.

Jika tak laku, Rajiman menyimpan kertas-kertas bahan yang masih baru untuk dibuat lagi di tahun mendatang. Hal itu ia lakukan untuk mengurangi biaya produksi sekaligus menghindari kenaikan harga kertas di kemudian hari.

Sementara itu, salah seorang pembeli trompet asal Semanggi, Solo, Bagus, 35 mengaku tahun ini hanya mengambil 520 trompet buatan Rajiman. Sebelumnya ia bisa mengambil dan menjual kembali lebih dari 2.000 trompet.

“Kalau saya hanya melayani dari permintaan tempat hiburan dan hotel. Kalau untuk dijual perorangan tidak. Penurunannya kurang tahu kenapa, kebanyakan kalau dari hotel hanya untuk formalitas [dekorasi],” ungkap Bagus saat ditemui di sela-sela mengambil pesanannya di rumah Rajiman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif