SOLOPOS.COM - Petani semangka black sweet, Sutrisno, yang juga eks Kades Kepatihan, Selogiri, Wonogiri, menunjukkan semangka hasil panen di rumahnya, Jumat (23/6/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Mantan Kepala Desa atau Kades Kepatihan, Selogiri, Wonogiri, Sutrisno, baru sekitar lima tahun terakhir ini bertani semangka jenis baby black sweet. Namun, penghasilannya terbilang fantastis.

Sekali panen uang ratusan juta rupiah masuk ke kantong pribadinya. Niat dan tekun belajar disebut menjadi kunci keberhasilan budidaya semangka meski semula ia sama sekali tak punya keahlian sebagai bertani.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sutrisno memulai bertani semangka baby black sweet pada 2018. Kala itu, ia belum fokus dan masih tahap uji coba lantaran masih menjabat sebagai Kepala Desa Kepatihan.

Setelah selesai masa jabatannya sebagai kepala desa pada 2019, Sutrisno baru serius dan fokus pada usaha budidaya semangka yang berbuah menggantung itu. 

“Setelah purnatugas dari kepala desa, saya, yang tidak punya kesibukan lain kemudian mencoba menanam semangka ini. Semula saya tidak punya latar belakang sebagai petani, tetapi saya punya niat untuk belajar,” kata Sutris saat berbincang dengan Solopos.com di rumahnya di Desa Kepatihan, Jumat (23/6/2023).

Awal bertani, eks Kades Kepatihan, Selogiri, Wonogiri, itu menanam sekitar 1.500 batang tanaman semangga di lahan seluas 2.000 meter persegi. Dengan luas tanam itu, ia berhasil memanen semangka lebih kurang 7 ton.

Seiring berkembangnya waktu, ia mulai percaya diri memperluas lahan tanam hingga saat ini tanaman semangkanya sudah seluas 1 hektare dengan jumlah batang tanaman sebanyak 7.500 batang.

Sutris mengatakan saat ini dengan luas lahan tanam satu hektare, rata-rata ia bisa mendapatkan hasil panen sebanyak 30 ton sekali panen. Masa tanam semangka mulai dari pembenihan hingga panen sekitar dua bulan.

Berinovasi

Ia tidak khawatir hasil panen itu tidak laku dijual sebab selama ini Sutris bermitra dengan Sweety Farm Jakarta. Mereka yang akan membeli produk pertanian dari Sutris.

Menurut Sutris, satu kilogram semangka dihargai Rp8.500/kg. Satu batang tanaman biasanya bisa berbuah tiga buah semangka. Satu buah semangka rata-rata seberat dua kilogram.

eks kades bertani semangka wonogiri
Sejumlah pekerja mengelap buah semangka hasil panen Sutrisno dari kebun di Desa Kepatihan, Selogiri, Wonogiri, Jumat (23/6/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

“Sebenarnya, umumnya satu batang itu hanya bercabang dua dan berbuah dua semangka. Tetapi saya berinovasi agar satu batang bercabang tiga dan berbuah tiga semangka,” ujar dia.

Dia menerangkan biaya produksi satu batang tanaman semangka sekitar Rp15.000. Dengan jumlah batang tanaman sebanyak 7.500,, penghitungan kasar total biaya produksi senilai Rp112,5 juta.

Sementara omzet yang dihasilkan dengan hasil panen sebanyak 30 ton dan harga jual Rp8.500/kg, Sutris mengantongi uang sebanyak Rp255 juta sekali panen. 

Tetapi sukses eks Kades Kepatihan, Selogiri, Wonogiri itu bertani semangka bukan tanpa hambatan. Dia mengaku meski sudah lima tahun berkecimpung dalam usaha budidaya semangka, hambatan masih sering datang tiap kali masa tanam.

“Hasil panen sebanyak 30 ton itu hasil maksimal ya. Saya sering dapat hasil panen di bawah itu,” katanya. Hambatan itu antara lain tanaman semangka diserang hama ulat, virus yang menyebabkan daun semangka kering, dan kendala cuaca.

Kendala dan Hambatan

Kondisi semacam itu kerap menyebabkan hasil panen tidak maksimal. Kendati begitu, Sutris tidak menyerah. Ia selalu belajar dan mengevaluasi proses tanam. Dengan begitu, ia bisa mencegah kendala atau hambatan itu datang lagi.

“Kuncinya tekun, jangan malas, dan patuhi aturan tanam sesuai SOP [standard operating procedure]. Kalau itu dijalankan, saya yakin pasti berhasil. Kebanyakan petani, itu pasti malas. Soalnya semangka itu memang harus mendapatkan perawatan setiap hari,” ujar dia.

Sutris melanjutkan aspek lain yang perlu diperhatikan dalam menanam semangka yaitu ketersediaan air dan lahan. Walaupun tanaman tidak membutuhkan banyak air, lahan yang lembap bisa menjadi faktor keberhasilan dan penentu kualitas semangka.

Ia juga menyarankan petani bisa mengatur waktu penananam. Tidak menanam semangka dalam satu waktu di lahan yang sama. Di sisi lain, Sutris juga tetap menanam padi di lahan yang sama yang ditanami semangka.

Dalam setahun, ia hanya menanam semangka sebanyak dua kali. Sisanya untuk ditanami padi. Menurut dia, cara seperti itu cukup efektif untuk mendulang untung.  Dia mengaku saat ini penghasilannya hanya dari hasil pertanian.

“Tanaman ini cocok banget kalau ditanam pada musim kemarau karena pada dasarnya tidak memerlukan banyak air,” ucap Sutris.

Saat ini, imbuhnya, sudah ada ada beberapa petani binaan dia yang menanam tanaman serupa. Bahkan salah satunya ada di luar kabupaten Wonogiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya