SOLOPOS.COM - Petani panen madu di kawasan perkebunan wilayah Desa Bengking, Kecamatan Jatinom, Klaten, Sabtu (14/10/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Petani muda asal Dukuh Karangkendal, Desa Bengking, Kecamatan Jatinom, Klaten, sukses membudidayakan lebah madu jenis Apis mellifera. Sekali panen, petani bernama M Wiji Supriyono, 38, itu bisa meraup omzet belasan juta rupiah sekali panen.

Budi daya dilakukan dengan mendekatkan lebah beserta stup atau rumah lebah ke sumber pangan yakni nektar atau sari bunga. Koloni lebah kerap dibawa Supri keliling Pulau Jawa untuk mendekatkan lebah dengan tanaman yang sedang berbunga.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kualitas madu yang dipanen yakni madu murni organik yang dihasilkan lebah dari nektar bunga pepohonan. Pada musim ini, Supri membudidayakan lebah madu di area kebun dekat rumahnya.

Vegetasi di sekitar desa tersebut dengan banyaknya pepohonan buah yang mulai berbunga seperti durian, lengkeng, serta sengon. Petani muda Klaten itu memiliki sekitar 115 stup dengan setiap stup rata-rata berisi sembilan sisir sarang lebah.

Pada Sabtu (14/10/2023), Supri panen 95 stup dengan total madu yang dihasilkan mencapai 100 kg. Panen madu kali ini lebih banyak dibandingkan panen dua pekan lalu yang hanya sekitar 75 kg.

Setelah melalui tahap penyaringan, Supri mendapatkan madu murni organik yang siap dipasarkan. Aroma yang dihasilkan setiap kali panen berbeda tergantung vegetasi sekitar yang sedang berbunga.

Supri menjelaskan semakin banyak bunga pepohonan di sekitar lokasi, semakin banyak madu yang bisa dipanen. Madu murni organik dengan merek Putra Merapi dijual petani muda Klaten itu seharga Rp175.000 per kg.

Hasil Panen Menggiurkan

Bisnis budi daya madu itu menggiurkan. Sekali panen Supri bisa meraup omzet belasan juta rupiah. “Sekali panen dengan 100 stup dan catatannya vegetasi bagus, omzet bisa mencapai Rp10 juta hingga Rp12 juta. Dalam sebulan, bisa dua kali panen,” kata Supri saat ditemui Solopos.com di kebunnya, Sabtu (14/10/2023).

Madu organik hasil panen sudah dipasarkan ke berbagai daerah hingga keluar Pulau Jawa. Penjualan juga dia lakukan secara online.

Dalam budi daya lebah madu tersebut, Supri dibantu lima orang. Ia sudah menggeluti usaha budi daya lebah madu selama lima tahun. Selain lebah madu, pria tersebut beternak lebah klanceng.

petani muda klaten
Petani panen madu di kawasan perkebunan wilayah Desa Bengking, Kecamatan Jatinom, Klaten, Sabtu (14/10/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Supri yang juga seorang petani muda hortikultura dan buah-buahan di Klaten menjelaskan lebah Mellifera berasal dari Eropa. Lebah itu disebut-sebut paling produktif menghasilkan madu.

Untuk mendapatkan panen madu yang optimal, Supri mendekatkan stup tempat budi daya lebah. Lebah dibudidayakan dengan keliling ke berbagai daerah atau mbolang ke seluruh Pulau Jawa, mencari tanaman yang sedang berbunga untuk mendapatkan madu berkualitas.

Lebah bersama rumahnya pernah dibawa ke area perkebunan di wilayah Pati, Temanggung, Jepara, hingga ke wilayah Jawa Barat. “Tidak selalu bisa mendapatkan madu. Bahkan sekitar empat bulan tidak panen itu juga pernah. Itu sudah hal biasa,” kata Supri.

Simbiosis Mutualisme

Penyuluh kehutanan dari Cabang Dinas Kehutanan Wilayah X Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Sugeng Subagyo, mengatakan banyak petani lebah di wilayah lereng Gunung Merapi.

Jenis lebah yang dibudidayakan kebanyakan Mellifera dan klanceng. Dalam hal ini, penyuluh fokus pada konservasi dengan memfasilitasi tanaman buah.

Dia menjelaskan budi daya madu dan keberadaan vegetasi terutama tanaman buah di wilayah lereng Gunung Merapi memiliki hubungan simbiosis mutualisme. “Arah konservasinya tercapai, kesejahteraan masyarakat tercapai dari buah serta madu,” kata Sugeng.

Sugeng menjelaskan semakin banyak vegetasi berupa tanaman buah di sekitar lokasi budi daya, semakin banyak madu yang dihasilkan. Lebah yang mencari makan dari nektar bunga tanaman juga membantu penyerbukan hingga potensi bunga menjadi buah semakin tinggi.

Sugeng juga rutin mengonsumsi madu dari hasil budi daya petani di wilayah Klaten termasuk hasil budi daya yang dilakukan petani muda di Bengking itu.

“Tingkat kemurniannya bisa dirasakan dari aroma. Karena saat ini musim durian berbunga, aroma dari madu yang dihasilkan cenderung ke aroma dan rasa bunga durian. Harum dan tidak enek sehingga nikmat untuk dikonsumsi,” kata Sugeng.

“Hampir setiap hari keluarga saya konsumsi karena bagus untuk stamina. Apalagi di cuaca ekstrem dengan panas tinggi seperti saat ini. Daripada dikasih minum es, lebih baik anak dikasih minum madu,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya