Soloraya
Senin, 18 September 2023 - 12:03 WIB

Kisah Sumeni, Wanita Telik Sandi Penakluk Serdadu KNIL di Kabupaten Sragen

Birgita Armasda  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Potret Jl. Raya Sragen-Batu Jamus yang dulu bernama Jl. Sumeni, seorang wanita telik sandi. (disdikbd.sragenkab.go.id

Solopos.com, SRAGEN — Di Kabupaten Sragen terdapat sebuah jalan yang dahulu dinamakan Sumeni, wanita pejuang di era Kolonial Belanda. Kini, jalan itu dikenal sebagai Jalan Sragen-Batu Jamus.

Jalan Sragen-Batu Jamus menghubungkan antara perempatan Transito di Sragen dan simpang tiga Batu Jamus di Kabupaten Karanganyar. Nama jalan Sragen-Batu Jamus baru disematkan pada 2016. Sebelumnya ruas jalan tersebut bernama Jl Sumeini/Sumeni.

Advertisement

Mengutip artikel di sisca.sragenkab.go.id, Sabtu (16/9/2023), penulis dan anggota Ikatan Keluarga Besar (IKB) yayasan Tentara Pelajar Surakarta, Kangko Bambang Prasetyo, menjelaskan Sumeni adalah seorang perempuan pejuang yang mempertahankan kemerdekaan RI di Sragen. Sepak terjangnya di Sragen dimulai dari tahun 1947 (setelah Agresi Militer Belanda I) hingga 1950 (setelah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda).

Wanita yang pernah menempuh pendidikan di Mulo Solo dan aktif di Laskar Wanita Indonesia (Laswi) ini menjadi legenda di Sragen karena keberhasilannya dalam menaklukkan belasan serdadu lelaki Belanda.

Advertisement

Wanita yang pernah menempuh pendidikan di Mulo Solo dan aktif di Laskar Wanita Indonesia (Laswi) ini menjadi legenda di Sragen karena keberhasilannya dalam menaklukkan belasan serdadu lelaki Belanda.

Laswi didirikan di Bandung pada 12 Oktober 1945 atas inisiasi Sumarsih Yati Arudji Kartawinata. Tak berselang lama, di Solo lahir Laskar Putri Indonesia (LPI) pada 30 Oktober 1945. LPI melebur dengan Laswi pada Maret 1948. Namun pada Mei 1948, LPI memutuskan kembali keluar dari Laswi dan berdiri sebagai badan kejuangan mandiri.

Tujuan didirikannya laskar wanita adalah untuk memfasilitasi pergerakan pejuang melawan sekutu. Peran prajurit wanita di era ini adalah bertarung bersama pejuang laki-laki, menjalankan aktivitas sosial, dan terkadang ditugaskan dalam misi intelijen.

Advertisement

Setelah agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947, Sumeini ditugaskan ke Sragen. Karena masih berstatus pelajar, Sumeini diminta bergabung dalam kesatuan Tentara Pelajar yang ada di Sragen. Saat itu usianya masih belia, sekitar 17 tahun dan diberi pangkat militer prajurit dua.

Saat di Sragen, Sumeni mendapat misi yang tergolong berbahaya yaitu menjadi telik sandi (mata-mata). Ia bertugas mengumpulkan informasi tentang kekuatan militer Belanda yang bermarkas di Pabrik Gula Mojo.

Menikahi Target

Saat menjalankan tugasnya, Sumeini memiliki taktik unik yang akhirnya menjadi legendaris. Sumeni menjadikan meneer pabrik gula sebagai target. Ia berhasil membuat seorang pengawas pabrik (sinder) terpikat lalu menikahi Sumeni.

Advertisement

Karena pernikahannya tersebut, Sumeni mendapatkan akses ke berbagai lokasi di PG Mojo dan dapat berinteraksi dengan para pegawai pabrik hingga serdadu Belanda. Sumeni pun sukses mendulang informasi kekuatan militer Belanda di PG Mojo.

Berkat Sumeni, pejuang Indonesia mengetahui militer Belanda di PG Mojo ada 300 serdadu bersenjata meliputi prajurit dari Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) dan Korps Speciale Troepen (KST). KNIL adalah tentara regular kerajaan Hindia Belanda. Sedangkan KST adalah pasukan khususnya Negara Belanda (kalau di Indonesia: Kopassus, Marinir, dll)

Selain itu, berkali-kali rencana pergerakan militer Belanda dibocorkan Sumeni kepada komandan pejuang RI di Sragen, Mayor Hartadi. Titik kumpul serta pengintaian para pejuang pada masa itu adalah semak-semak dan kebun tebu di timur pabrik gula.

Advertisement

Misi pengintaian Sumeni yang paling luar biasa terjadi pada Mei 1949. Sumeini sukses membujuk satu peleton prajurit KNIL untuk meninggalkan markas PG Mojo dan bergabung dengan pejuang Republik Indonesia. Prajurit yang diyakinkan Sumeni adalah prajurit KNIL dari jajaran Bumiputera. Mereka membawa senjata modern dan berbalik melawan tentara Belanda.

Sumeni mengakhiri tugas telik sandinya di Sragen pada tahun 1950, setelah pengakuan Negara Republik Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Hebatnya, selama aktif bertugas, kegiatan spionase Sumeni tidak pernah diketahui Belanda.

Setelah masa tersebut, tak banyak ditemukan informasi seorang Sumeni, lazimnya seorang mata-mata. Foto diri serta alamatnya tidak dapat ditemukan. Termasuk kelanjutan pernikahannya dengan sinder pabrik gula pun tak diketahui ujungnya. Sumeni memang misterius, sebagaimana aksi telik sandi yang dilakoninya yakni bergerak dalam senyap.

Sebagai penghormatan abadi atas kontribusi Sumeni yang luar biasa terhadap kota ini, Pemkab Sragen memutuskan untuk menamai sebuah jalan dengan namanya. Jalan Sumeni diresmikan oleh Bupati Sragen pada 2004 dan dimeriahkan dengan pagelaran wayang kulit.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif