SOLOPOS.COM - Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Sorogaten, Kecamatan Tulung, Klaten, menunjukkan produk rujak asinan bikinan mereka, Sabtu (20/4/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Sorogaten, Kecamatan Tulung, Klaten, mengelola greenhouse yang juga menjadi supermarket sayuran di desa setempat. Selain bercocok tanam, KWT yang menjadi bagian program PKK Desa Sorogaten itu mengolah hasil panen menjadi berbagai produk.

Sekretaris Desa (Sekdes) Sorogaten, Ilham Sandy, mengatakan KWT Sorogaten dibentuk delapan tahun lalu. Sejak awal, KWT mengelola budi daya sayuran di greenhouse yang memanfaatkan lahan kas desa seluas 700-800 meter persegi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Di tengah greenhouse terdapat kolam lele. “Sejak awal fokusnya mengelola sektor pertanian terutama sayur mayur,” kata Ilham saat ditemui Solopos.com di sela Expo Srikandi NK di Syngenta Learning Center, Desa Tangkisanpos, Kecamatan Jogonalan, Sabtu (20/4/2024).

Seiring perkembangan, greenhouse itu menjadi lumbung pangan desa mendukung program yang digulirkan pemerintah pusat. “Jadi hasil dari kegiatan Kelompok Wanita Tani Sorogaten, Klaten, ini bisa mencukupi kebutuhan pangan sekitar. Masyarakat tidak langsung ke pasar untuk memenuhi kebutuhan sayur mayur,” jelas dia.

Ada 28 ibu-ibu yang terlibat dalam pengelolaan budi daya sayuran di greenhouse itu. Mereka secara bergiliran piket mengurus tanaman tiga hari sekali. Jenis tanamannya pun beragam mulai dari bayam, terung, cabai, mentimun, dan lain-lain.

Tak sekadar bercocok tanam, saban ada ibu yang piket greenhouse juga dibuka supermarket sayuran. Ibu-ibu di wilayah Sorogaten berdatangan dan berbelanja langsung sayuran di kebun setiap ada yang piket serta komoditas siap panen. Harga pun lebih miring dibandingkan beli di pasaran atau terpaut Rp1.000-Rp2.000 per kg.

Selain budi daya, Kelompok Wanita Tani Sorogaten, Klaten, juga mengelola produk olahan hasil kebun, seperti rujak asinan serta puding labu. Hanya, saat ini KWT itu membikin rujak asinan menyesuaikan hasil panen di kebun berupa mentimun.

Rujak asinan yang dibikin pun dijamin menyegarkan dan dijual dengan harga terjangkau Rp5.000 per kemasan. Harga tersebut menyesuaikan harga sayuran yang dipanen. “Untuk asinan kami menggunakan resep khas dari Bandung,” jelas Ilham.

Rujak asinan itu menjadi produk yang kerap menjadi suguhan dalam berbagai acara di wilayah Kecamatan Tulung. Ibu-ibu Sorogaten itu juga kerap mendapatkan pesanan produk olahan itu.

Salah satu anggota KWT Sorogaten, Siti Juwariyah, 46, mengatakan setiap tiga hari ibu-ibu bergiliran mengelola greenhouse. Jenis tanaman yang dibudidayakan menyesuaikan kebutuhan warga. “Seperti rempah-rempah, kacang, sawi, dan sayuran lainnya karena itu yang paling laku,” kata Siti.

Selain menambah kesibukan, ibu-ibu KWT bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari pengelolaan greenhouse tersebut. Hal senada disampaikan anggota KWT lainnya, Etik, 46.

Selain bercocok tanam sayuran, KWT juga mencoba menanam buah-buahan. “Harapannya ke depan bisa lebih maju dan ada pendampingan seperti soal pemupukan dan lain-lain,” jelas Etik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya