SOLOPOS.COM - Ustaz Pujiono menyampaikan materi pengajian dibalut cerita wayang golek di Pendapa Kantor Kepala Desa Tempursari, Kecamatan Sambi, Boyolali, Jumat (22/3/2024). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI — Pemandangan berbeda terlihat pada kegiatan pengajian yang digelar di Pendapa Kantor Desa Tempursari, Kecamatan Sambi, Boyolali, Jumat (22/3/2024). Materi pengajian oleh ustaz disampaikan menggunakan sarana wayang golek.

Kegiatan pengajian tersebut merupakan Pengajian Jumat Legi yang digelar ibu-ibu di daerah tersebut. Sedangkan penceramah atau pengisi materi pengajian yakni Ustaz Pujiono.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sekilas, terlebih sebelum pengajian dimulai, suasana di lokasi tersebut terlihat biasa saja. Para ibu-ibu berhijab duduk di pendapa beralaskan tikar. Namun hal cukup berbeda terlihat di salah satu sisi pendapa, terutama di depan para ibu-ibu yang duduk tersebut.

Terlihat semacam meja kecil dengan poster bertulisan “Wayang Golek Pitutur” di sisi depan meja. Di atas meja tertancap gunungan wayang.

Setelah acara pengajian di Tempursari, Sambi, Boyolai, itu dibuka, majulah sang ustaz dan duduk di belakang meja kecil tersebut. Sesaat kemudian dia mengeluarkan beberapa karakter wayang golek dan memainkannya, sambil sesekali diiringi tembang jawa dengan lirik yang sarat pesan-pesan moral dan keagamaan.

Sedangkan cerita yang ditampilkan dalam pertunjukan wayang golek dalam pengajian tersebut yakni cerita tentang perjalanan spiritual Sunan Kalijaga.

Kemudian di akhir cerita, ketika Sunan Kalijaga sudah bertemu dengan Sunan Bonang, Ustaz Pujiono melanjutkan dengan menyelipkan materi pengajian yang lain. Termasuk tentang ajakan untuk meningkatkan iman, terlebih pada momen Ramadan ini.

Menurutnya, meningkatkan iman bisa dilakukan dengan berbagai hal. Di antaranya dengan meningkatkan kegiatan membaca Al-Qur’an atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an.

Selain itu, melalui kegiatan berkumpul dengan orang-orang soleh, seperti pada kegiatan pengajian. Bisa juga dilakukan dengan kegiatan ziarah atau bertamu, hingga kegiatan saling berbagi atau sedekah.

Kepada wartawan seusai acara, Ustaz Pujiono mengakui media wayang golek dalam ceramah tersebut baru kali pertama dilakukan. Bahkan mungkin belum pernah ada sebelumnya, terutama di Boyolali.

Alasannya memilih metode ceramah dengan wayang golek adalah agar selain bisa menghadirkan suasana beda juga tetap menyajikan nuansa dakwah.

“Sebab tembung [kata-kata] bisa menjadi tembang, dan tembang bisa menjadi [sarana penyampaian] tuntunan atau pesan moral. Semoga ini bisa menambah semangat dakwah,” kata dia.

Mengenai cerita yang disuguhkan melalui wayang golek pitutur tersebut, dia mengatakan pada kesempatan tersebut cerita yang diangkat adalah Sunan Kalijaga. Melalui cerita itu banyak pesan yang bisa diambil.

“Bahwa perjalanan spiritual manusia itu mengalami tahapan-tahapan dan kita harus menghargai tahapan-tahapan itu. Sesuai dengan kemampuan yang dipahami,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya