SOLOPOS.COM - Petani sekaligus ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Wonogiri, Dwi Sartono, menunjukkan tanaman cabai yang ditanam saat musim kemarau di Kebun Barrotani Manunggal, Selogiri, Wonogiri, Kamis (3/8/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Fenomena El Nino yang mengakibatkan kemarau panjang dan kering di Wonogiri berpotensi membuat petani rugi karena tak bisa menanam padi atau tanaman yang membutuhkan banyak air.

Terkait hal itu, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Wonogiri, Dwi Sartono, menyarankan agar para petani menanam hortikultura agar tetap bisa menghasilkan pendapatan atau bahkan untung.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Dwi mengatakan fenomena El Nino harus disadari betul oleh para petani. El Nino berakibat kemarau panjang sehingga mengancam produktivitas pertanian, terutama pertanian pangan seperti padi yang membutuhkan banyak air.

Berdasarkan pengamatan Dwi, semenjak masuk musim kemarau, banyak petani tanaman pangan di Wonogiri yang membiarkan lahannya tidak produktif karena alasan sulit air. Padahal sebenarnya dengan kondisi seperti sekarang ini, lahan itu bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman hortikultura.

Ia mencontohkan cabai, bawang merah, atau sayur-sayuran lain. “Tanaman hortikultura itu relatif tidak membutuhkan banyak air. Justru lebih mudah menanam hortikultura saat kemarau dibandingkan saat penghujan,” kata Dwi saat ditemui Solopos.com di Kebun Barotani Manunggal, Selogiri, Kamis (3/8/2023).

Menurut Dwi, daripada sama sekali tidak memanfaatkan lahannya dalam kondisi seperti ini atau memanfaatkan lahan tetapi dengan tanaman yang tidak menguntungkan, lebih baik menanam hortikultura meski luasannya tidak banyak karena keterbatasan air.

Petani pangan di Wonogiri mestinya bisa memanfaatkan sebagian lahan pertanian yang tidak tergarap itu dengan menanam tanaman hortikultura saat musim kemarau. Hal itu dilakukan sembari belajar menanam jenis tanaman tersebut.

Momen Belajar Pertanian Hortikultura

“Kenyataannya, di Wonogiri petani lebih banyak bergantung pada pertanian pangan. Dampaknya, ketika kondisi seperti ini, mereka mandek, tidak menanam. Makanya, kondisi ini seharusnya justru bisa menjadi momen bagi mereka untuk belajar pertanian hortikultura, sembari memanfaatkan lahan yang tidak tergarap itu,” ujar dia.

Lagi pula, lanjut Dwi, produk pertanian hortikultura memiliki pangsa pasar yang besar. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya pasokan produk-produk hortikultura yang didatangkan dari luar kota seperti sayuran yang didatangkan dari Karanganyar dan Boyolali.

Selain mudah, Dwi menyebut menanam tanaman hortikultura juga terbilang murah tetapi menguntungkan bagi petani di Wonogiri saat kemarau jika dibandingkan dengan tanaman pangan di luasan lahan yang sama. Dia mencontohkan salah satu tanaman hortikultura yakni bawang merah yang sedang ia tanam di lahan seluas sekitar 100 meter persegi.

Dengan luasan itu, Dwi menanam 10 kilogram bibit bawang merah. Satu kilogram tanaman bawang merah rata-rata bisa menghasilkan 15 kilogram bawang merah. Dengan begitu hasil panen diperkirakan mencapai 1,5 kuintal.

“Kalau tanam saat musim seperti ini, biasanya harganya per kilogram bawang merah saat panen bisa mencapai Rp50.000. Kalau dikalikan berarti dapatnya Rp7,5 juta. Atau taruhlah harganya normal, Rp30.000/kg, maka bisa dapat Rp4,5 juta. Itu sudah untung banyak dengan modal tidak lebih dari Rp2 juta,” jelad Dwi.

Perhitungan Matang Menyikapi Kemarau

Dia berharap petani di Wonogiri bisa menyikapi kemarau panjang ini dengan perhitungan yang matang sehingga mereka tetap bisa mendapatkan penghasilan. Jangan sampai menyepelekan informasi soal El Nino dan tidak melakukan langkah menghadapi fenomena itu untuk pertanian yang menjadi pemasukan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Baroto Eko Pujanto, menyampaikan El Nino akan berdampak pada kualitas dan kuantitas pertanian di Wonogiri jika tidak dihadapi dengan langkah yang tepat oleh petani.

Dia mengaku sudah menyiapkan beberapa hal untuk menghadapi fenomena itu, antara lain menginstruksikan seluruh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di masing-masing kecamatan untuk memberikan informasi soal terjadinya El Nino kepada petani melalui kelompok petani dan gabungan kelompok petani.

“Kami menganjurkan petani untuk memilih tanaman varietas genjah dan tahan kekeringan. Selain itu mengubah pola tanam menjadi palawija dan tanaman tahan kekurangan air seperti sorgum,” kata Baroto kepada Solopos.com di Komplek Sekretariat Daerah Wonogiri, Kamis siang.

Dia melanjutkan petani juga diharapkan meningkatkan pemanfaatan pupuk organik yang mampu menyimpan air lebih lama sembari tetap melakukan efisiensi penggunaan air irigasi. “Lahan yang jauh dari sumber irigasi diarahkan untuk bertanam palawija,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya