SOLOPOS.COM - Eks Kades Krikilan, Kaljambe, Sragen, Widodo, saat berbaur bersama warga di wilayah Krikilan, Kalijambe, Sragen, belum lama ini. (Istimewa/dok. Widodo)

Solopos.com, SRAGEN — Langkah besar diambil Widodo. Kepala Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen ini memutuskan melepaskan jabatannya yang ia dapatkan dengan tak mudah untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislatif (caleg) DPRD Sragen.

Dorongan kuat dari warga dan hitung-hitungan politik yang cermat, Widodo pun akhirnya mantap mengambil tantangan yang lebih besar. Ia mendaftar sebagai Caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN) Sragen dan melepas jabatannya sebagai kades.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Keputusan nyaleg di Daerah Pemilihan (Dapil) Sragen 2 yang meliputi Kecamatan Kalijambe, Gemolong, dan Plupuh, diniati Widodo sebagai sarana ibadah. Widodo memilih mengundurkan diri sebagai Kades Krikilan dan nyaleg tersebut dikarenakan adanya dorongan masyarakat yang kuat.

“Saya dianggap sukses menjadi kades tiga periode. Menjadi kades itu ruang lingkupnya hanya satu desa. Supaya cakupan layanan saya lebih luas dan didorong warga Krikilan yang kuat, akhirnya nyaleg. Warga di sekitar Dapil Sragen 2 tentunya juga ikut mendorong dan menjadi pertimbangan saya,” jelas Widodo saat dihubungi Solopos.com, belum lama ini.

Widodo menyadari menjadi caleg tantanganya lebih besar daripada menjadi kades. Dia melihat kades dan DPRD itu sama-sama jabatan politik namun memiliki tantangan yang berbeda. Dia mengaku siap dengan tantangan itu.

Widodo memilih PAN sebagai kendaraan politiknya tentu dengan berbagai pertimbangan. Kondisi masyarakat Kalijambe yang agamais menjadi pertimbangan pertama memiliki PAN yang nasionalis religius.

“Kenapa tidak memilih partai besar? Kalau partai besar maka perolehan suara harus besar untuk mendapatkan kursi. Kalau di partai kecil, perolehan suaranya lebih kecil untuk dapat kursi. Di Dapil Sragen 2 ini ada dua petarung sehingga lebih gampang untuk mendapatkan satu kursi. Targetnya bisa dua kursi, tetapi minimal satu kursi sudah aman,” ujarnya.

Widodo sia berjuang untuk meraup suara sebanyak-banyaknya. Standarnya, satu parpol butuh 11.000-12.000 suara untuk bisa dapat satu kursi. Dia optimitis bisa mendapatkan satu kursi.

Pengalamannya sebagai kades tiga periode dianggapnya menjadi bekal cukup untuk memenangkan hati rakyat. Selama menjabat kades, Widodo mengeklaim warga sudah memahami karakter dan metode kepemimpinannya. Ia menilai warga puas dengan gaya kepemimpinannya sehingga muncul dorongan kuat untuknya maju nyaleg.

“Pola kepemimpinan saya itu transparan, proaktif dalam komunikasi, sanja, jagong, layat tidak lupa. Orang di Kalijambe sudah tahu sosok Kades Krikilan. Saya berani nyaleg itu juga sudah survei,” jelasnya.

Bicara soal modal, Widodo lebih mengandalkan modal sosial meskipun tidak mengesampingkan modal finansial. Dia menerangkan kebutuhan modal itu secukupnya, tanpa menyebut nominal. Yang terpenting, menurutnya, dukungan masyarakat. Kalau warga mendukung, kata dia, sudah menjadi kekuatannya.

“Banyak orang yang simpatik tanpa meminta imbalan apa-apa. Ya, seperti relawan. Mereka tidak punya kepentingan apa pun,” katanya.

Ia tak mengiyakan maupun membantah kabar yang menyebutkan butuh dana miliar rupiah untuk nyaleg, bahkan untuk menjadi kades sekalipun. Saat menjadi kades tiga periode itu, Widodo mengaku seolah-olah tidak modal duit, lebih pada modal kepercayaan masyarakat.

Dia mengatakan berani buka-bukaan karena niatnya sedekah sesuai kemampuannya. “Jadi masyarakat ikut memikirkan untuk membantu saya,” katanya.

Kades Nyaleg, Satu Kursi Aman

Ketua DPD PAN Sragen, Basuki, optimistis bergabungnya Widodo yang kini sudah mundur dari jabatan Kades Krikilan bisa mengamankan satu kursi untuk partainya. Dia melihat Widodo punya basis massa di Krikilan dan kemungkinan besar dibantu para kades-kades lainnya di Kalijambe.

Dia mengaku berat untuk meraup dua kursi di Dapil Sragen 2 karena hanya ada ada dua caleg dari PAN.

“Caleg lainnya di Dapil Sragen 2 itu belum bisa dimaksimalkan karena sekadar memenuhi kuota. Kalau mereka bisa maksimal maka harapan kami dua kursi bisa tercapai. Petarungnya hanya Pak Parno dan Pak Widodo. Pak Parno fokus di Gemolong dan Pak Widodo fokus di Kalijambe,” ujarnya.

Lebih jauh, Basuki tak mau muluk-muluk menargetkan satu dapil satu kursi. Salah satu dapil yang sulit dimenangi PAN adalah Dapil Sragen 5 karena tak punya caleg yang kuat. Beda kasus dengan Dapil Sragen 4. Basuki, optimistis bisa mendapat satu kursi di dapil ini berkaca pada hasil Pemilu 2019.

“Di Dapil Sragen 4 ada Mas Alex yang sebelumnya dari Golkar pindah ke PAN. Secara by name di Pemilu 2019 sudah mencapai 5.400 suara. Tinggal dipindahkan ke PAN jelas aman,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya