SOLOPOS.COM - Hamparan sawah yang mengering dan dibiarkan bero karena tak ada air di saluran irigasi akibat kemarau di Desa Tlingsing, Kecamatan Cawas, Klaten, Kamis (16/11/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Lebih dari 100 hektare (ha) sawah milik petani di wilayah Desa Tlingsing, Kecamatan Cawas, Klaten, tak ditanami pada musim tanam (MT) III ini. Hal itu karena tak ada sumber irigasi sebagai dampak musim kemarau panjang.

Hamparan sawah yang luas menganggur dengan kondisi mengering. Di sisi timurnya, terdapat saluran irigasi Colo Barat dari Dam Colo di Nguter, Sukoharjo. Kondisi saluran itu juga kering.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Ketua Kelompok Tani Unggul Rejeki Desa Tlingsing, Sumardi, mengatakan total luas sawah para petani yang tergabung di kelompoknya sekitar 40 hektare (ha). Petani pemilik puluhan hektare sawah itu selama beberapa bulan terakhir libur menanam.

Penyebabnya, sumber irigasi yang selama ini hanya mengandalkan air dari Dam Colo dan air hujan tak mengalir. Selain di Tlingsing, Cawas, Klaten, Sumardi mengatakan sawah di wilayah lain pada musim tanam (MT) III ini juga tidak ditanami lantaran aliran air dari Waduk Gajah Mungkur (WGM) ditutup sementara.

“Ini tidak ditanami baru beberapa waktu ini. Pada MT II kemarin itu Agustus baru panen. Sementara aliran air dari Wonogiri sudah tutup pada Oktober. Sehingga waktunya sudah habis,” kata Sumardi yang juga Ketua perkumpulan petani pemakai air (P3A) Dadi Makmur saat ditemui Solopos.com di Tlingsing, Kamis (16/11/2023) siang.

Jika dipaksakan untuk menanam padi, petani khawatir akan gagal panen karena tidak ada sumber air irigasi. “Ini memang [sawah] di Desa Bogor, Tlingsing, dan Japanan sementara diliburkan [tidak ditanami],” jelasnya.

Untuk tetap mendapat penghasilan, Sumardi mengatakan banyak petani Tlingsing, Klaten, yang banting setir bekerja sebagai buruh harian lepas seperti tukang bangunan. Dengan cara itu, petani tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Simpan Hasil Panen

Selain itu, para petani mengandalkan sebagian hasil panen pada MT sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. “Alhamdulillah tanam yang kemarin itu bisa ditimbun untuk persiapan tidak tanam padi pada MT III ini,” kata Sumardi.

Sumardi mengatakan sumber irigasi menjadi salah satu kendala para petani di desanya untuk bercocok tanam. Dia berharap pemerintah maupun anggota DPR bisa membantu mereka mengatasi persoalan irigasi terutama ketika MT III.

“Harapan saya sebagai kelompok tani dan P3A khususnya di Tlingsing dan umumnya di Kecamatan Cawas, saya minta ke Komisi IV DPR, Bupati, dan Pj Gubernur tadi harapan saya irigasinya di sini bisa bagus. Yang sulit itu memang irigasi,” kata Sumardi seusai kunjungan kerja (Kunker) Komisi IV DPR ke Desa Tlingsing, Kamis.

Selain persoalan irigasi, dia berharap persoalan pupuk bisa segera terurai. Dia menjelaskan di Tlingsing, Klaten, banyak petani yang tidak memiliki kartu tani sehingga tak bisa mengakses jatah pupuk subsidi.

“Petani di sini memang banyak yang mengeluh soal pupuk. Banyak yang tidak memiliki kartu tani. Di pengecer, karena pupuk tidak bisa diambil akhirnya tertimbun. Harapan petani kartu tani dihapus, [akses pupuk subsidi] seperti dulu,” jelas dia.

Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Bogor, Kecamatan Cawas, Joko Riyanto, mengatakan lebih dari 100 ha sawah di Bogor juga tidak ditanami alias bera pada MT III. Masalahnya sama yaitu satu-satunya sumber irigasi sawah di wilayah desa tersebut mengandalkan dari Dam Colo yang untuk sementara waktu alirannya ditutup.

“Kalau dipaksakan nanti justru petani merugi karena gagal panen. Petani akhirnya sepakat tidak tanam di MT III ini,” kata Joko.

Kunjungan Anggota DPR

Seperti diberitakan sebelumnya, belasan anggota Komisi IV DPR RI melakukan kunjungan kerja spesifik di Desa Tlingsing, Kecamatan Cawas, Klaten, Kamis (16/11/2023). Kunjungan tersebut dilakukan untuk melihat dampak El Nino terhadap pertanian khususnya di wilayah Klaten.

Bupati Klaten, Sri Mulyani, dalam paparannya menjelaskan luas baku sawah di Klaten pada 2023 ada 30.009,2 hektare. Dari luasan itu, total produksi padi pada Januari-Oktober 2023 sebanyak 367.465 ton gabah kering giling atau 204.558 ton beras.

Sementara konsumsi beras di Klaten pada Januari-Oktober 2023 mencapai 116.589 ton. Alhasil, Klaten masih mengalami surplus beras sebesar 87.969 ton.

Pada kesempatan itu, Mulyani menjelaskan soal program intensifikasi penanaman empat kali setahun atau yang dikenal dengan IP400 sudah dilakukan sejak 2022. Luas sawah di Klaten untuk program IP400 sebesar 10.000 ha yang tersebar di 25 kecamatan termasuk di Kecamatan Cawas.

Namun, pada musim kemarau ini ada sekitar 450 ha lahan IP400 tak bisa ditanami. Perinciannya, karena kekurangan air dampak El Nino seluas 430 ha di Cawas (356 ha), Trucuk (40 ha), dan Juwiring (34 ha). Sementara, lahan tak bisa ditanami karena terdampak tol seluas 20 ha di Polanharjo.

Salah satu lahan yang tak bisa ditanami karena terdampak El Nino berada di Desa Tlingsing seluas 110 ha. “Permasalahannya pengembangan IP400 kesulitan mendapatkan benih super genjah. Kemudian di masa El Nino terbatasnya ketersediaan air. Seperti di Tlingsing ini selama beberapa tahun baru kali ini tidak bisa tanam karena kesulitan air,” kata Mulyani.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya