SOLOPOS.COM - Limbah industri pengolahan pati onggok untuk bahan pembuatan soun berserakan di tepi jalan wilayah Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten, Senin (19/2/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten, mengeluhkan limbah padat sisa produksi pengolahan pati onggok dari pohon aren yang dibuang ke saluran irigasi pertanian. Limbah itu diduga dari tempat industri di Desa Pucangmiliran, Kecamatan Tulung.

Lokasi industri pengolahan pati onggok menjadi soun itu berada di Pucangmiliran yang berbatasan langsung dengan wilayah Desa Daleman. Pembuangan limbah membuat saluran irigasi pampat hingga air beserta limbah padat meluber ke jalan saat hujan deras.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Selain itu, limbah yang terbawa arus masuk ke lahan pertanian di wilayah Daleman hingga berdampak ke tanaman padi milik petani. Dari informasi yang dihimpun Solopos.com, warga Daleman yang merasa jengkel dengan kondisi itu mengangkut limbah yang berceceran di wilayah mereka dan membuangnya di depan Kantor Desa Pucangmiliran.

Limbah diangkut menggunakan truk pada pekan lalu. Pemerintah Desa (Pemdes) Daleman juga sudah menyampaikan surat keluhan terkait dampak pembuangan limbah padat ke alur sungai yang diduga dari Desa Pucangmiliran. Surat itu disampaikan ke Pemdes Pucangmiliran serta pemerintah kecamatan.

Menindaklanjuti keluhan tersebut, Muspika Tulung kemudian melakukan menggelar mediasi. Camat Tulung, Hendri Pamukas, mengatakan mediasi dilakukan pada Kamis (22/2/2024) dengan mempertemukan antara dua pemerintah desa serta menghadirkan pengusaha soun.

Mediasi itu juga dihadiri perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Klaten. Ada 28 pengusaha yang diundang. “Dari pengusaha nglengganani [menyadari] bahwa mereka salah,” kata Hendri saat ditemui Solopos.com di Pemkab Klaten, Kamis siang.

Penyediaan Tempat Pembuangan Limbah

Hendri meminta agar Pemdes Pucangmiliran serta pengusaha segera membersihkan saluran irigasi yang teraliri limbah soun. Selanjutnya, pengusaha juga diminta tak lagi membuang limbah di saluran irigasi. “Dari Polsek juga menyampaikan agar barang-barang dari pengusaha itu tidak menutup jalan,” jelas Hendri.

Hendri mengatakan para pengusaha berharap ada tempat untuk sementara menampung limbah padat dari tempat produksi mereka. Soal penyiapan lokasi untuk menampung limbah padat, Hendri menjelaskan harus dirapatkan di tingkat desa antara Pemdes dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

“Kalau sekiranya tanah kas desa tidak bisa, nanti rembukan dengan pengusaha untuk menyewa lahan yang sekiranya jauh dari permukiman,” ungkap Hendri.

Sementara itu, perwakilan DLH Klaten menjelaskan ada sejumlah solusi yang bisa dilakukan untuk menangani limbah padat dari industri pengolahan pati onggok. “Bisa diolah untuk media cacing, jamur, serta bisa diolah menjadi sarang burung,” ungkap dia.

Kepala Desa Daleman, Mursito, mengatakan industri soun di wilayah perbatasan antara Daleman dengan Pucangmiliran itu sudah ada sejak puluhan tahun silam atau sekitar 1960. Hanya, belakangan limbah padat dari industri itu dibuang ke saluran irigasi serta ada yang ditumpuk di tepi jalan.

Saat hujan deras mengguyur, air dari saluran itu meluber ke ruas jalan. Selain itu, air beserta limbah padat pati onggok masuk ke sawah. Banyaknya limbah membuat saluran irigasi pampat.

“Kami tidak menghalangi orang berusaha. Tetapi jangan sampai kegiatan itu justru merugikan warga lain. Solusinya bisa dengan menyediakan tempat untuk menampung limbah padat. Bisa juga limbah ini diolah menjadi pupuk. Memang itu membutuhkan biaya. Tetapi itu bisa menjadi solusi agar tidak dibuang ke saluran,” jelas Mursito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya