SOLOPOS.COM - Ilustrasi sukarelawan membersihkan sampah di DAS Bengawan Sungai wilayah Wonogiri. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Aksi buang sampah sembarangan ke sungai disebut masih kerap terjadi di Wonogiri termasuk di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo yang mengalir ke Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri.

Hal itu patut disayangkan karena sangat merugikan ekosistem alam. Sungai-sungai menjadi terkontaminasi sampah rumah tangga, bahkan sampai menimbulkan bau tidak sedap. Kondisi ini menunjukkan kesadaran warga Wonogiri terhadap kelestarian lingkungan masih rendah.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Salah satu sungai di DAS Bengawan Solo yang tercemar sampah itu salah satunya Sungai Ngrawan di Kecamatan Eromoko. Kepala Desa Ngunggahan, Eromoko, Widiyanto, mengaku mendapat laporan dari sejumlah warganya yang resah karena sungai Ngrawan banyak cemaran sampah rumah tangga.

Sampah-sampah itu tampak jelas di permukaan dan tepi-tepi sungai. Hal itu menimbulkan bau menyengat yang mengganggu warga. Menurut dia, berdasarkan laporan warga sekitar, mereka kerap melihat orang yang sengaja membuang sampah di Sungai Ngrawan, Eromoko, Wonogiri.

Orang-orang tersebut yang buang sampah di DAS Bengawan Solo itu biasanya melintasi jembatan Sungai Ngrawan di Desa Ngunggahan, Eromoko, Wonogiri, mengendarai kendaraan bermotor. Tak diketahui apakah orang-orang tersebut warga desa setempat atau bukan.

“Di pinggiran sungai [Ngrawan] itu banyak sampahnya. Warga sekitar sungai mengeluh katanya sampah itu menyebabkan bau busuk. Kemarin sudah ada beberapa sampah yang dibakar yang di pinggir sungai,” kata Widiyanto saat dihubungi Solopos.com, Minggu (19/11/2023).

Dia melanjutkan saat kemarau seperti sekarang ini, kondisi sungai menjadi kotor. Akibatnya aliran sungai menjadi kecil karena tersumbat. Meski termasuk daerah hulu Sungai Bengawan Solo, tidak menutup kemungkinan jika hal tersebut terus terjadi, Desa Ngunggahan akan banjir. 

Bikin Khawatir Banjir

Di sisi lain, Widiyanto menyebut sedimentasi Sungai Ngrawan juga semakin banyak sehingga membuat dasar sungai menjadi dangkal. “Selama ini alhamdulillah belum pernah terjadi banjir, tetapi kalau warga buang sampah di sungai terus tentu berpotensi menimbulkan banjir,” ujar dia.

Saat ini, Pemerintah Desa (Pemdes) Ngunggahan tengah menyosialisasikan kepada warga agar tidak membuang sampah sembarangan ke sungai yang masuk DAS Bengawan Solo di Wonogiri itu. “Kami belum ada perdes [peraturan desa] atau perkades [peraturan kepala desa] yang mengatur soal penanganan sampah dan sanksi terhadap orang yang buang sampah sembarangan. Kami fokus sosialisasi dulu,” ucap Widiyanto.

Kepala Desa Genengharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Wirid Andriyadi, menyampaikan Sungai Wiroko di Kecamatan Tirtomoyo yang juga merupakan DAS Bengawan Solo banyak tercemar sampah rumah tangga. Dalam keadaan kemarau seperti sekarang, sampah-sampah itu semakin tampak di permukaan. 

“Kalau di desa kami, sudah ada perdes yang mengatur soal itu. Enggak boleh warga buang sampah ke sungai. Setiap dusun kami beri bak penampungan sampah. Warga bisa membuang sampah di situ. Warga kami minim sekali yang buang sampah ke sungai,” kata dia.

Hanya, sambung dia, warga desa lain yang berada di atas atau di bawah Desa Genengharjo belum menerapkan hal serupa. Mereka banyak yang membuang sampah rumah tangga ke Sungai Wiroko. Sehingga apa yang dilakukan Pemdes dan warga Genengharjo untuk menjaga sungai menjadi kurang efektif. 

“Di sungai itu mudah sekali menemukan sampah, ada popok, plastik, dan lainnya ada di situ. Ini kan menyedihkan,” ungkapnya.

Regulasi Pengelolaan Sampah di Tingkat Desa

Menurut dia, perlu ada kesadaran kolektif untuk menjaga kebersihan sungai. Desa-desa yang dilewati Sungai Wiroko perlu membuat perkades bersama yang mengatur pelestarian alam Sungai Wiroko. Dengan begitu, upaya menjaga DAS Bengawan Solo itu efektif.

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengakui kerap menerima keluhan soal DAS Bengawan Solo yang bermuara di WGM Wonogiri tercemar sampah sekaligus terjadi sedimentasi. Hal itu bisa dipahami lantaran kohesi sosial di desa-desa yang dilewati DAS Bengawan Solo untuk melestarikan sungai  semakin lemah.

Tidak ada kesadaran kolektif untuk bersama-sama menjaga sungai. Pria yang akrab disapa Jekek itu menyampaikan ketahanan ekonomi dan ketahanan sosial di desa-desa di Wonogiri sudah baik.

Tetapi ketahanan ekologi masih sangat lemah. Hal itu masih sering luput untuk dibahas di desa-desa. Belum ada cara yang tepat dari desa untuk menangani hal itu. 

“Ini domainnya dana desa untuk membangun kesadaran kolektif itu. Caranya dengan mitigasi. Langkahnya dengan mengedepankan budaya kearifan lokal,” kata Jekek.  

Menurut dia, langkah mitigasi yang dilakukan tidak perlu muluk-muluk. Warga cukup diajak untuk melihat kondisi sungai. Di sana mereka diberi pemahaman soal dampak. 

Selain itu membandingkan kondisi sungai dengan 10-20 tahun lalu. Dia mengatakan perdes atau perkades soal larangan membuang sampah di sungai belum diperlakukan. Sebab menurutnya percuma ada regulasi jika penegakan hukumnya tidak berjalan kuat.

“Ini bicara kesadaran. Regulasi sebanyak apa pun kalau penegakan lemah ya sia-sia. Sanksi sosial juga tidak efektif karena yang melakukan juga sosial. Mereka sebenarnya sadar melakukan itu [membuang sampah di sungai]. Tetapi karena mereka merasa tidak akan terdampak kalau melakukan itu, jadi ya terus dilakukan. Yang terdampak yang di hilir,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya