SOLOPOS.COM - Penjual daun pisang di Pasar Wonogiri, Jumiati, menata daun pisang di kiosnya, Selasa (19/12/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Meski tampak sepele, daun pisang ternyata memiliki nilai ekonomis yang jika digarap serius bisa menjadi peluang usaha yang menghasilkan cuan di Wonogiri. Daun pisang masih banyak diandalkan sebagai pembungkus makanan.

Kebutuhan pasar terhadap daun pisang masih tinggi. Salah satu penjual daun pisang di Pasar Wonogiri, Jumiati, 52, mengatakan kebutuhan daun pisang cukup tinggi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dalam sehari ia bisa menjual 150-200 ikat daun pisang. Mereka yang membeli daun pisang kebanyakan pengusaha rumah makan, restoran, katering, hingga perorangan. Kebanyakan mereka langsung membeli ke pasar.

“Di Wonogiri ini kan banyak rumah makan dan restoran yang pakai daun pisang untuk alas makan. Itu banyak yang beli di sini. Katering juga begitu. Kebetulan di pasar ini memang hanya saya yang jual banyak,” kata Jumiati saat berbincang dengan Solopos.com di Pasar Wonogiri, Selasa (19/12/2023).

Jumiati mengatakan beberapa pelaku usaha angkringan juga sering kulak daun pisang di kiosnya di Pasar Wonogiri. Daun itu digunakan untuk membungkus nasi kucing. Selain itu, mereka yang biasa menerima pesanan dari orang-orang untuk membuat jajanan atau camilan sering membutuhkan daun pisang pula.

Pedagang itu mengatakan satu ikat daun pisang ia jual seharga Rp8.000 untuk yang membeli dalam jumlah banyak dan Rp10.000 untuk yang beli eceran. Modal untuk beli satu ikat daun pisang sekitar Rp6.000. Setiap satu ikat daun pisang yang terjual, dia untung Rp2.000-Rp4.000.

Satu ikat daun pisang berisi 12 lembar atau enam batang daun. “Saya kulakan daun pisang di Jumantono dan Matesih, Karanganyar. Kalau di Wonogiri carinya susah. Di sana [Karanganyar] banyak. Setiap pagi saya ke sana untuk ambil daun pisang ini. Sore [daun pisang yang ia jual] hampir selalu habis,” kata dia.

Daun Pisang Kluthuk Paling Bagus

Jumiati menyebut sebenarnya di Wonogiri juga banyak daun pisang. Hanya, kualitas daun pisang di Wonogiri tidak sebagus dari Karanganyar. Menurut dia, daun pisang yang dia jual hanya berasal dari pohon pisang jenis kluthuk yang tidak gampang sobek. Daun pisang jenis lain biasanya lebih tipis dan gampang sobek.

“Di dalam pasar itu ada yang jual daun pisang lokal, tetapi sedikit dan kualitasnya itu enggak terlalu bagus. Gampang sobek. Soalnya bukan daun pisang kluthuk,” jelasnya.

Salah satu pelaku usaha angkringan di Giripurwo, Wonogiri, Suparno, membenarkan daun pisang yang paling bagus untuk bungkus makanan adalah daun pisang kluthuk. Hal itu juga yang setiap hari dia gunakan untuk membungkus nasi berkat yang dijual di angkringannya.

Satu ikat daun pisang biasanya bisa habis dalam waktu lima hari. “Kalau saya lebih sering cari sendiri. Enggak beli. Di Kecamatan Wonogiri ini masih ada banyak daun pisang kluthuk. Saya biasanya ambil di kebun teman, izin. Kalau benar-benar tidak ada, baru saya beli di pasar. Kalau beli harganya Rp10.000/ikat,” kata Suparno.

Subkoordinator Hortikultura Dinas Pertanian (Dispertan) Pangan Wonogiri, Parminem, mengatakan pohon pisang yang diambil daunnya biasanya bukan pohon untuk budi daya buah. Sebab pohon pisang yang kerap diambil daunnya akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas buah pisang.

Buah itu akan berukuran kecil dan kuantitasnya sedikit. “Makanya, pohon pisang yang diambil daunnya itu buahnya tidak banyak dikonsumsi, misalnya pisang kluthuk. Itu kan buahnya banyak biji dan rasanya juga kurang disukai,”ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya