SOLOPOS.COM - Pedagang pisang di Pasar Wonogiri menunggui kiosnya, Selasa (19/12/2023). Pisang yang dijual di Pasar Wonogiri kebanyakan berasal dari Pacitan. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Buah pisang dinilai memiliki peluang dan potensi pasar yang cukup menjanjikan di Wonogiri. Pangsa pasar pisang cukup luas. Selain bisa dimakan langsung, pisang bisa diolah menjadi banyak jenis makanan.

Produk olahan pisang tersedia mulai dari rumah, angkringan, hingga rumah makan dan usaha katering. Besarnya peluang pasar pisang juga terlihat dari penjualan pisang di Pasar Kota Wonogiri.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sayangnya, besarnya peluang pasar pisang itu belum ditangkap oleh para petani di Kota Sukses. Kebanyakan pisang yang dijual di Pasar Wonogiri dipasok dari luar daerah terutama Pacitan, Jawa Timur.

Pantauan Solopos.com di Pasar Wonogiri, Selasa (19/12/2023), ada sejumlah pedagang pisang berbagai jenis. Mereka bisa menjual puluhan hingga ratusan sisir pisang setiap hari. Omzet yang dihasilkan juga bisa mencapai jutaan rupiah per hari.

Namun, banyak pisang yang dijual itu tidak berasal dari petani Wonogiri, melainkan dari Pacitan, Jawa Timur. Tidak banyak pisang yang merupakan hasil budi daya petani lokal di Wonogiri.

Salah satu penjual pisang di Pasar Wonogiri, Sularti, 53, mengaku sudah menjual pisang di pasar tersebut sejak 35 tahun lalu. Pisang yang dia jual banyak didatangkan dari Pacitan dan sebagian kecil saja diambil dari Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri.

Pisang yang dijual ada berbagai jenis. Tetapi yang paling laku keras adalah pisang Raja, Ambon, dan Awak. Larti bisa menjual puluhan hingga ratusan sisir pisang dalam sehari. Harga satu sisir pisang berbeda-beda bergantung jenis.

Pisang Raja ukuran besar yang sering dicari pembeli harganya bisa mencapai Rp75.000/sisir. Pisang Ambon Rp50.000/sisir dan Pisang Awak paling mahal Rp10.000/sisir.

“Di sini, paling banyak dibeli itu pisang Raja. Walaupun harganya paling mahal tetapi justru paling laku. Pembelinya macam-macam, ada produsen roti, orang punya hajat, perorangan juga banyak,” kata Larti saat berbincang dengan Solopos.com di kiosnya, Selasa.

Larti mengaku bisa mendapatkan omzet hingga Rp2 juta/hari. Sementara untuk belanja modal sekitar Rp1 juta lebih. Dia menyebut satu tandan pisang Raja dari pengepul dihargai Rp150.000-Rp200.000.

Cepat Balik Modal

Satu tandan biasanya ada delapan sampai 10 sisir. Larti cukup menjual tiga sisir pisang Raja sudah balik modal untuk beli satu tandan. Pedagang pisang lainnya di Pasar Wonogiri, Dewi, 43, menyampaikan dalam sepekan bisa menjual 80-100 tandan pisang berbagai jenis.

Di kiosnya, pisang yang paling laku selain Raja juga Kepok Kuning. Pisang jenis itu itu biasa digunakan untuk olahan camilan seperti pisang goreng dan jajanan pasar lain.

Banyak juga untuk dikonsumsi langsung. Banyak pembelinya merupakan perorangan. Dalam sehari paling sedikit Dewi bisa menjual 50 sisir pisang. Baik mentah maupun sudah matang, harga jualnya sama.

Pisang Kepok Kuning dia hargai Rp15.000-Rp25.000 per sisir bergantung ukuran. “Pisang yang saja jual asalnya dari Pacitan semua. Tidak ada yang dari Wonogiri. Dua pekan sekali saya dapat kiriman dari sana,” ungkap dia.

Sub Koordinator Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Wonogiri, Parminem, mengungkapkan komoditas pisang sebenarnya cukup menjanjikan di Wonogiri. Pasar buah pisang cukup luas.

Pisang banyak dibutuhkan masyarakat karena bisa diolah menjadi banyak produk makanan. Di samping itu, pisang juga bisa dikonsumsi secara langsung tanpa perlu diolah.

Menurut dia, Wonogiri memiliki ratusan ribu tanaman pisang produktif yang tersebar di seluruh kecamatan. Namun, saat ini kualitas produksi menurun akibat banyak pohon terserang virus layu fusarium atau badong.

Di sisi lain, hanya segelintir petani yang fokus membudidayakan pisang. Dispertan tidak memiliki data jenis pisang apa yang ditanam petani Wonogiri. Dia pun mengakui pisang yang dijual di pasaran kebanyakan dari luar Wonogiri.

“Pisang sebenarnya menguntungkan untuk usaha. Pasarnya luas, banyak dicari orang. Keluarga saya saja pasti menyediakan pisang untuk dimakan setiap hari. Tetapi memang di Wonogiri ini belum banyak petani yang menggarap itu,” ujar dia.

Kendati demikian, Parminem mengaku pisang memang belum masuk komoditas prioritas untuk dikembangkan. Dalam beberapa kali pengadaan bibit bantuan tanaman hortikultura, pisang tidak termasuk di dalamnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya