SOLOPOS.COM - Ilustrasi digigit nyamuk demam berdarah. (Freepik.com)

Solopos.com, BOYOLALI — Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mencatat kenaikan signifikan jumlah kasus demam berdarah dengue atau DBD, termasuk jumlah kematian akibat kasus tersebut sepanjang Januari-Maret 2024.

Berdasarkan data Dinkes Boyolali, total ada 262 kasus DBD dengan tujuh orang meninggal dunia sepanjang Januari-Maret 2024. Angka itu naik dibandingkan periode yang sama tahun 2023 di mana hanya ada 187 kasus DBD dan dua korban meninggal.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Data sebaran kasus DBD di Boyolali menunjukkan jumlah terbanyak pasien DBD pada Januari-Maret 2024 ada di Puskesmas Boyolali II sebanyak 27 orang, disusul Puskesmas Andong sebanyak 24 orang, dan Puskesmas Cepogo sebanyak 22 orang.

Meski memiliki jumlah kasus tersebut, tidak ada kasus kematian akibat DBD di tiga kecamatan tersebut. Kasus kematian justru terjadi di wilayah jumlah kasus DBD yang lebih sedikit. Misalnya di Puskemas Wonosegoro, jumlah kasusnya hanya tujuh tapi jumlah kematiannya mencapai tiga orang.

Kemudian di Puskesmas Wonosegoro dengan jumlah kasus 12 orang, angka kematiannya dua orang. Kemudian masing-masing satu kematiab di Puskesmas Teras dam Puskesmas Sawit. Berdasarkan data sebaran kasus DBD per puskesmas di Boyolali:

  1. Puskemas Selo: 1 kasus
  2. Puskesmas Ampel: 4 kasus
  3. Puskesmas Cepogo: 22 kasus
  4. Puskesmas Musuk: 13 kasus
  5. Puskesmas Boyolali I: 11 kasus
  6. Puskesmas Boyolali II: 27 kasus
  7. Puskesmas Mojosongo: 5 kasus
  8. Puskesmas Teras: 13 kasus, 1 orang meninggal
  9. Puskesmas Sawit: 5 kasus, 1 orang meninggal
  10. Puskesmas Banyudono I: 8 kasus
  11. Puskesmas Banyudono II: 1 kasus
  12. Puskesmas Sambi: 15 kasus
  13. Puskesmas Ngemplak: 8 kasus
  14. Puskesmas Nogosari: 3 kasus
  15. Puskesmas Simo: 13 kasus
  16. Puskesmas Karanggede: 20 kasus
  17. Puskesmas Klego I: 5 kasus
  18. Puskesmas Klego II: 9 kasus
  19. Puskesmas Andong:  24 kasus
  20. Puskesmas Kemusu: 14 kasus
  21. Puskemas Wonosegoro: 7 kasus, 3 orang meninggal dunia
  22. Puskesmas Juwangi: 12 kasus
  23. Puskesmas Gladagsari: 4 kasus
  24. Puskesmas Tamansari: 6 kasus
  25. Puskemas Wonosamodro: 12 kasus, 2 orang meninggal

“Penyebab angka DBD banyak di Kecamatan Boyolali karena area perkotaan, mobilitas penduduknya tinggi, sehingga banyak hal yang bisa menimbulkan DBD. Akan tetapi tidak terlalu fatal karena kesadaran masyarakat untuk berobat baik, tidak shopping dokter, dan dirawat di rumah sakit sangat memungkinkan,” kata Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, kepada Solopos.com, Rabu (27/3/2024).

Di sisi lain, walau jumlah kasus DBD di Wonosegoro dan Wonosamodro tidak terlalu banyak, angka kematiannya tinggi karena masyarakatnya biasanya melakukan shopping dokter. Sehingga ketika datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi parah.

Ia mengatakan angka bebas jentik-jentik nyamuk di wilayah yang ada kasus DBD kurang dari 80% sehingga populasi nyamuknya tinggi. Puji terus mengimbau masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Selain itu, ketika mengalami gejala demam agar cepat berobat dan berkata jujur kepada dokter mengenai kapan mulai mengalami gejala panas dan demam. Dokter atau tenaga kesehatan lain akan menghitung hari demam dan akan memutuskan langkah selanjutnya secara benar untuk mencegah fatalitas.

“Gejala DBD hampir sama dengan infeksi virus pada umumnya, ada demam juga. Nah, biasanya demam hari keempat-kelima turun, tapi pada saat itulah proses bahaya dimulai kalau tidak diobati. Kalau panas lebih dari tiga hari segera cek laboratorium untuk tahu sakit apa,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya