SOLOPOS.COM - Loket masuk di objek wisata Sendang Kun Gerit yang dikelola BUMDes Sumber Rejeki Jatibatur, Gemolong, Sragen, sudah menggunakan sistem nontunai, Jumat (2/2/2024). (Istimewa/Sugiman Totok)

Solopos.com, SRAGEN — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen memiliki inovasi baru yang dengan nama Moles Desa. Inovasi ini menjadi ikhtiar Pemkab untuk menjawab permasalahan kemiskinan dan pengangguran di Sragen.

Moles Desa yang diinisiasi Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Sragen merupakan program yang mengawinkan dua program yang sudah ada, yakni Klinik BUMDes dan Sistem Internet Milik Desa (Simides).

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Klinik Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) milik Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) merupakan inovasi pembinaan dan pendampingan yang dilengkapi dengan sistem informasi pelaporan dan penilaian BUMDes. Inovasi ini lahir di 2022 karena rendahnya klasifikasi BUMDes di Sragen dan belum tersedianya layanan khusus BUMDes yang melibatkan organisasi perangkat daerah (OPD).

Sementara Simides lahir dibidani Bank Djoko Tingkir Sragen pada 2021 dengan latar belakang pandemi Covid-19. Simides menyediakan layanan Internet murah dan cepat yang dikelola BUMDesa untuk keberlangsungan ekonomi masyarakat.

Simides berjalan dengan menggandeng Icon+, anak perusahaan PT PLN. Manfaat Simides ini ternyata sangat dirasakan masyarakat terutama dalam menggerakan perekonomian dan peningkatan literasi keuangan digital. Hingga kini tercatat ada 2.810 pengguna Simides yang dikelola 18 BUMDes di Sragen.

Kepala Bapperida Sragen, Ari Tri Hartanto, mengungkapkan kenyataan sekarang banyak BUMDesa di Sragen yang berkembang dengan inovasi dan kreativitas masing-masing. Salah satunya BUMDes Jatibatur Gemolong dengan Objek Wisata Sendang Kun Gerit dan BUMDesa Tanggan Gesi dengan bisnis internet murah dan cepat.

Selama ini inovasi yang muncul masih bersifat parsial sehingga tidak berdampak yang cukup luas di Sragen. “Kemudian kami tarik ke belakang, ternyata DPMD memiliki inovasi Klinik BUMDes yang fungsinya mengobati BUMDes yang sakit dengan pembinaan dan pendampingan. Inovasi ini belum maksimal sehingga kami mengintegrasikannya dengan inovasi lain yang dimiliki Bank Djoko Tingkir sehingga melahirkan Inovasi Moles Desa. Moles itu istilah Jawa yang dapat dimaknai dari kurang bagus menjadi bagus, yang awalnya kurang tertata menjadi lebih tertata,” ujar Aris, Jumat (2/2/2024), .

Inovasi Moles Desa penekanannya lebih pada pengembangan lembaga desa melalui literasi keuangan digital. Dari sini diharapkan BUMDes bisa inkubator bisnis dengan menyediakan fasilitas dan layanan bagi munculnya usaha rintisan (startup) di tingkat desa.

“Harapannya di desa muncul usaha-usaha rintisan baru yang diinisiasi BUMDes yang didukung Klinik BUMDes dan percepatan pemeratan informasi lewat Internet murah dan cepat di Simides. Ke depan, BUMDes bisa tumbuh, berkembang, dan maju serta menjadi penggerak ekonomi desa,” jelasnya.

Aris menyebut data terakhir menyebut tingkat pengetahuan literasi keuangan digital di desa-desa di Sragen sudah di atas 80%. Dia melihat warga desa sudah melek transaksi nontunai dengan adanya sistem keuangan desa (siskeudes) dan akses Internet di desa-desa.

Jaga Akuntabilitas

Moles Desa sebenarnya sudah diinisiasi Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati dengan menerbitkan surat keputusan (SK) pada 2022 lalu. “Sekarang jumlah BUMDes di Sragen masuk kategori dasar ada 106 unit, kategori tumbuh ada 83 unit, kategori berkembang ada 6 unit, dan kategori maju ada 1 unit. Indikator yang digunakan dalam Moles Desa ini lebih pada literasi keuangan digital sebagai penggerak ekonomi desa,” ujarnya.

Direktur BUMDes Sumber Rejeki Jatibatur, Gemolong, Sragen, Sugiman Totok, menyampaikan pihaknya sudah menerapkan sistem keuangan digital sejak Lebaran 2023 di Sendang Kun Gerit. Transaksi di Resto Sendang Kun Gerit sudah menyediakan pembayaran digital melalui quick response code Indonesian standard (QRIS).

Untuk pembelian tiket masuk secara nontunai baru dilakukan di 2024 ini. “Sistem keuangan digital ini sangat membantu manajemen menjaga akuntabilitas di setiap transaksi karena semua dapat terekam sampai pada nominal kecil. Pemasukan dan pengeluarkan juga diketahui dengan rigid sehingga memudahkan dalam pemeriksaan. Transaksi kami ke desa pun lewat deviden setiap tahunnya juga secara nontunai,” jelasnya.

Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, membawa inovasi Moles Desa ini dalam penilaian Penghargaan Pembangunan Desa (PPD) 2024 di Semarang, Rabu (31/1/2024) lalu. Moles Desa berorientasi mengatasi problem kemiskinan dan pengangguran di desa serta meningkat pertumbuhan ekonomi di desa.

Tingginya angka kemiskinan di Sragen di mana per 2023 masih 12,87% menjadi tantangan yang harus diselesaikan  Pemkab. Sementara tingkat pengangguran terbuka di Sragen turun 3,87%, lebih rendah daripada provinsi dan nasional. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Sragen 2023 naik menjadi 5,76% yang berada di atas rata-rata Jawa Tengah dan nasional.

“Inovasi Moles Desa ini muncul karena masalah kemiskinan dan pengangguran di Sragen. Targetnya di 2026, ada 31 BUMDesa di Sragen yang bisa optimal sebagai pilot project berkelanjutan dari Moles Desa,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya