SOLOPOS.COM - Penari tampil dalam rangkaian puncak Festival Mbok Sri Mulih di Desa/Kecamatan Delanggu, Minggu (30/10/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Perayaan budaya Festival Mbok Sri Mulih kembali digelar untuk kali keenam di Desa/Kecamatan Delanggu, Klaten, mulai Kamis (28/9/2023) ini. Ada berbagai rangkaian kegiatan selama perayaan festival yang akan berlangsung hingga Sabtu (30/9/2023) itu.

Pada Kamis (28/9/2023) malam mulai pukul 19.30 WIB, rangkaian kegiatan diisi dengan malam midodarene yakni petani Delanggu berselawat bersama Habib Idrus bin Umar Assegaf dan kesenian hadrah Roudhotul Jannah Sukoharjo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kemudian pada Jumat (29/9/2023), rangkaian kegiatan dimulai sejak pagi pukul 07.30 WIB diawali dengan kirab budaya Festival Mbok Sri Mulih #6 dan upacara wiwitan. Kegiatan dilanjutkan launching produk ekspor pertanian.

Produk ekspor ini merupakan kerja sama antara Sanggar Rojolele dengan SV agribisnis UNS dan mitra International College of Management National Pingtung University of Science and Technology (NPUST) Taiwan.

Selain itu, dalam Festival Mbok Sri Mulih, Delanggu, ada launching kerja sama Sanggar Rojolele dengan koperasi Paguyuban Warga Klaten (PWK) Jabodetabek. Kegiatan dirangkai dengan tari kerakyatan Gedrug Merapi dari Kecamatan Kemalang, Klaten.

Ada juga pertunjukan Wayang Blang-bleng bersama Ki Ompong S dari Temanggung, sedekah seni bersama Gus Sofyan Muhammad dari Salatiga, jatilan agraris New Permadi Budaya Merapi, serta Njoget Gayeng Menari bersama Sanggar Seni Tari Sekar Langit Klaten.

Malam harinya, ada pertunjukan musik Folk Nyiur dari Yogyakarta, OM Kacau Balau dari Delanggu, serta pentas Wayang Tani dengan lakon Sri Mulih dengan dalang Kagilangan Dari Gunungkidul.

Mengangkat Isu-isu Pertanian

Pada Sabtu (30/9/2023), rangkaian kegiatan diisi seminar dan lokakarya menangkap peluang usaha ekspor produk pertanian dari Beras Rojolele di UNS Inn yang menghadirkan sejumlah narasumber.

Festival Mbok Sri Mulih digagas Sanggar Rojolele sejak 2017 sebagai rangkaian perayaan tahunan budaya tani di Desa/Kecamatan Delanggu, Klaten. Festival ini menjadi kendaraan Sanggar Rojolele untuk mengangkat isu-isu pertanian di Delanggu.

Tahun ini, festival mengangkat tema Kalis Ing Rubedo Nir Ing Sambikolo-Ruwat Tani, Ruwat Bumi. Tema itu dinilai relevan sebagai refleksi atas persoalan pertanian akhir-akhir ini.

Meruwat ekosistem pertanian sebagai usaha penghidupan manusia yang bergantung pada pemuliaan tanah-air. Tidak hanya bagi petani, meruwat ekosistem pertanian penting untuk ketahanan pangan negara. Selain sebagai ritual, bisa pula diwujudkan dalam upaya nyata untuk membangkitkan kesadaran merawat bumi.

“Di tengah ketidakpastian iklim pertanian, baik di hulu maupun di hilir, petani Delanggu layak bersyukur sepanjang 2023 ini. Semangat dan etos kerja kerasnya, masih dapat merasakan nikmat panen dari hasil budi dayanya,” kata pendiri Festival Mbok Sri Mulih dan Sanggar Rojolele, Delanggu, Klaten, Eksan Hartanto, berdasarkan keterangan tertulis yang diperoleh Solopos.com, Kamis.

Kerja keras petani tersebut, lanjut Eksan, antara lain dalam merekayasa pengendalian hama dan organisme pengganggu tanaman (OPT) di Delanggu. Selain itu juga upaya advokasi dan pemeliharaan saluran irigasi serta usaha-usaha hilirisasi hasil panen secara mandiri.

Sepanjang 2023, pertanian di Delanggu minim gagal panen dan minim serangan hama tanaman. “Sebagai ungkapan syukur atas hasil panen tahun ini dan untuk menyemarakkan Hari Tani Nasional, September ini, Sanggar Rojolele bekerja sama dengan petani Delanggu menyelenggarakan Festival Mbok Sri ke-6 tahun dengan tema Kalis Ing Rubedo Nir Ing Sambikolo-Ruwat Tani, Rawat Bumi,” jelas Eksan.

Meningkatkan Daya Saing UMKM

Eksan mengatakan Festival Mbok Sri Mulih diselenggarakan dalam semangat guyub dan gotong royong dengan melibatkan sepenuhnya masyarakat pertanian Delanggu, Klaten, mulai dari persiapan, konsep acara, hingga pelaksanaan festival.

Festival itu digelar bekerja sama dengan para pemangku kebijakan dan mitra-mitra festival. “Tahun ini, UNS Solo menjadi mitra festival dalam penyelenggaraan programasi acara berupa Workshop dan Seminar Pengembangan Produk Beras Rojolele untuk menjangkau pangsa pasar yang lebih luas,” jelas Eksan.

Ketua Tim PKMI UNS Solo, Rysca Indreswari, mengatakan inovasi produk dan legalisasi usaha menjadi salah satu upaya meningkatkan daya saing UMKM Delanggu menuju pasar global.

“Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan workshop inisiasi pasar ekspor pada 30 September 2023 di UNS Inn dengan menghadirkan pakar dari NPUST Taiwan dan asosiasi ekspor,” kata Rysca.

Sejak awal festival ini ditujukan sebagai ajang silaturahmi warga Delanggu, kemudian berkembang menjadi ruang pertukaran pengetahuan antara warga Delanggu dengan masyarakat lebih luas. Nilai-nilai keguyuban dan gotong royong ditumbuhkan melalui program-program yang melibatkan para petani dan warga lainnya.

“Mulai dapur umum, konsep program hingga instalasi dekorasi acara. Pendanaan dan penyelenggaraan festival tahun ini dilakukan secara swadaya dan kolektif oleh masyarakat pertanian Desa Delanggu didukung Pemerintah Desa Delanggu melalui anggaran pemihakan Desa Ramah Budaya,” jelas Kepala Desa Delanggu, Purwanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya