SOLOPOS.COM - Petugas Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Klaten melakukan vaksinasi sapi di wilayah perbatasan dengan DIY menyusul adanya temuan kasus antraks di wilayah Sleman dan Gedangsari, Kamis (14/3/2024). (Istimewa)

Solopos.com, KLATEN — Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten menggencarkan vaksinasi antraks untuk hewan ternak khususnya sapi di wilayah perbatasan dengan Daerah Provinsi Yogyakarta (DIY). Vaksinasi itu dilakukan menyusul temuan kasus antraks di Gayamharjo, Prambanan, Sleman dan Serut, Gedangsari, DIY, baru-baru ini.

Vaksinasi menyasar di lima desa wilayah Kecamatan Gantiwarno yang berbatasan dengan Gunungkidul dan Prambanan, Sleman, DIY. Vaksinasi antraks dimulai Kamis (14/3/2024).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengatakan hingga kini belum ada temuan kasus antraks di Klaten. Namun, Klaten berbatasan langsung dengan daerah yang ditemukan kasus tersebut.

“Kami menyasar di lima desa di Kecamatan Gantiwarno yakni Katekan, Kerten, Ngandong, Mlese, dan Kragilan. Desa-desa itu berada di daerah perbatasan,” kata Mulyani bersama Kepala DKPP Klaten, Widiyanti, saat ditemui wartawan di sela pengecekan vaksinasi antraks di Desa Katekan, Kecamatan Gantiwarno, Kamis (14/3/2024).

Mulyani menjelaskan ternak yang diberi vaksin antraks yakni sapi. Ditargetkan ada 800 sapi yang diberi vaksin antraks.

Diberitakan Solopos.com, Jumat (8/3/2024), kasus antraks kembali muncul di wilayah Kabupaten Gunungkidul, DIY. Bahkan, ada satu warga asal Kapanewon Gedangsari, berinisial Su, diduga terjangkit atau suspek penyakit antraks.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul, Dewi Irawaty, mengatakan mendapat laporan dari Dinkes Kabupaten Sleman terkait satu warga Gunungkidul yang dirawat di RSUD Prambanan dan diduga suspek antraks.

“Kami dapat info kemarin siang menjelang sore. Ada satu warga Gedangsari suspek antraks dan dirawat di RSUD Prambanan,” kata Dewi, Jumat (8/3/2024).

Ia mengatakan sudah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat terkait penanganan selanjutnya. Selain itu, lanjut Dewi, Dinkes telah menurunkan tim untuk melakukan survei lapangan, termasuk cek kesehatan hewan, pendataan hewan sakit, serta apakah ada warga lain yang mengonsumsi daging hewan yang mati dan pengambilan sampel.

Lebih lanjut, Dewi mengimbau masyarakat agar ketika ada hewan sakit atau mati jangan dipotong, apalagi di-brandu (disembelih dan dibagi-bagi). “Kalau mengonsumsi daging, pastikan dari hewan yang sehat dan rebus sampai matang,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya