Soloraya
Selasa, 5 Maret 2024 - 14:45 WIB

PAD Pariwisata Sragen Rendah, Bupati Sindir Pejabat Datang Inginnya Gratis

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga berebut air bilasan pencucian kelambu penutup makam Pangeran Samudro di Kompleks Gunung Kemukus, Sumberlawang, Sragen, Rabu (19/7/2023). (Istimewa/Diskominfo Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata di Kabupaten Sragen masih rendah, padahal alokasi anggaran yang digelontor mencapai miliaran rupiah. Minimnya PAD dari sektor pariwisata itu mencuat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) 2024 di Pendopo Sumonegaran Sragen, Selasa (5/3/2024).

Rendahnya PAD pariwisata tersebut diungkapkan Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati saat menyampaikan paparan. “Persentase PAD pada sektor pariwisata masih rendah, kenapa? Komponen masyarakat di Sragen ini sebenarnya senang berwisata di Sragen asalkan gratis. Kita akan coba pikirkan. Bapperida [Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah] dolan ke Kemuskus mintanya ya gratis,” sindirnya.

Advertisement

Yuni, sapaan akrabnya, pernah menginstruksikan kepada jajarannya agar setiap Jumat terakhir setiap bulan boleh gowes berolahraga ke Bayanan dan Kungerit. Namun, masalahnya tidak ada yang mau bayar tiket masuk. “Bagaimana terjadi peningkatan PAD, kalau mintanya gratis?” ujarnya.

Pemkab Sragen memiliki empat objek wisata unggulan yang dikelola pemerintah, yakni Pemandian Air Panas Bayanan, Objek Wisata Religi Gunung Kemukus, Objek Wisata Sangiran, dan Kolam Renang Kartika.

Menurutnya, persoalan PAD pariwisata yang masih minim menjadi pekerjaan rumah Bupati selanjutnya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengembangan sektor pariwisata. Di antaranya pembangunan Jembatan Butuh (Plupuh)-Pilang Masaran yang bisa menjadi akses ke objek wisata religi Ki Ageng Butuh.

Advertisement

Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Sragen, Joko Hendang Murdono, mengakui pendapatan sektor periwisata memang rendah, khususnya di Gunung Kemukus. Dia mengatakan penurunan pendapatan di Gunung Kemukus turun sejak 2023.

“Sesuai petunjuk Bupati, persoalan ini akan dikaji lebih lanjut. Pada 2022 lalu pendapatan di Kemukus bisa Rp900 jutaan, tetapi di 2023 anjlok menjadi Rp300 jutaan,” ujarnya.

Joko menilai strategi ke depan untuk mengembangkan sektor pariwisata adalah lebih pada wisata minat masyarakat. Belajar dari kasus Gunung Kemukus, setelah revitalisasi antusiasme masyarakat berkunjung tinggi hanya karena penasaran saja dengan perubahannya. Begitu berjalan setahun, antusiasme itu anjlok dan tren wisatawan yang berkunjung pun kembali pada wisata ziarah, bukan wisata keluarga seperti yang ditargetkan.

Advertisement

Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Sumber Rejeki Jatibatur, Gemolong, Sragen, Sugiman Totok, yang mengelola Sendang Kun Gerit mengatakan rendahnya PAD pariwisata itu karena kurang optimalisasi dalam pengelolaan. Dia menyarankan perlunya optimalisasi pengelolaan objek wisata terlebih daahulu.

Dia melihat objek wisata pelat merah masih dikelola asal-asalan. Dia mengusulkan dalam pengelolaan objek wisata bisa bekerja sama dengan dengan pihak ketiga. Banyak putra daerah yang memiliki kapasitas mengelola objek wisata itu.

Sugiman mencontohkan Makam Butuh di Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, memiliki potensi luar biasa karena memiliki ikon makam Joko Tingkir. Jika dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin Makam Butuh jadi objek wisata menarik. “Sudah ada beberapa pengunjung ke Kun Gerit yang meningap dan begitu ditanya mereka ziarah ke Makam Butuh,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif