SOLOPOS.COM - KPPS di TPS 07 Plumbungan, Karangmalang, Sragen, mengenakan kostum petani pada hari pencoblosan Pemilu 2024, Rabu (14/2/204). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Angka partisipasi pemilih dalam Pemilu 2024 di Kabupaten Sragen melebihi target 80%. Partisipasi publik dalam pemilihan presiden (pilpres), pemilihan anggota DPD, dan pemilihan anggota legislatif (Pileg) di Sragen mencapai lebih dari 84%.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sragen menilai tingginya partisipasi pemilih ini dipengaruhi banyaknya pemilih dari kalangan milenial. Padahal pada Pemilu 2019 lalu, angka partisipasi pemilih di Sragen hanya 78,29%. Artinya terjadi peningkatan partisipasi pemilih sampai 6% pada Pemilu 2024.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Jumlah pemilih di Sragen terbagi dalam lima komposisi, yakni generasi Z sebesar 19,51%, generasi milenial 29,97%, generasi X 28,62%, generasi baby boomers 18,72%, dan generasi pres-boomers ada 3,18%.

Generasi Z adalah generasi yang lahir pada 1997-2012. Generasi ini dikenal sebagai iGen atau Generasi Internet. Generasi milenial atau disebut juga generasi Y, lahir pada 1981-1996. Gen X adalah generasi yang lahir pada 1965-1980. Generasi ini tumbuh pada masa perubahan sosial dan perkembangan teknologi.

Lalu Generasi baby boomer, yaitu generasi yang lahir 1946-1964. Dikatakan generasi Baby Boomer karena adanya ledakan angka kelahiran setelah Perang Dunia II. Pre-Boomer merupakan generasi yang lahir sebelum 1945, sebuah masa di mana dunia tengah mengalami krisis global.

Ketua KPU Sragen, Prihantoro P.N., menyebut tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2024 ini berbeda-beda antarjenis pemilihan. Partisipasi Pilpres mencapai 84,74% dan merupakan angka partisipasi tertinggi. Partisipasi pemilih dalam pemilihan DPD 84,62%, DPR 84,54%, DPRD provinsi 84,54%, dan DPRD kabupaten 84,49%.

Metode Kampanye Berbeda

Koordinator Divisi Partisipasi Pemilih KPU Sragen, Irwan Sehabudin, menjelaskan tingginya partisipasi pemilih dalam Pemilu 2024 ini dipengaruhi oleh adanya Pilpres dengan tiga calon yang masih baru. Artinya tidak ada petahana yang berkompetisi dalam Pilpres.

“Orang baru di pilpres ini memiliki daya tarik sendiri karena pasangan calonnya baru semua. Dari jenis pemilihnya, generasi milenial dan generasi X mencapai 50% lebih dari DPT [daftar pemilih tetap] sehingga mereka inilah yang menentukan partisipasi. Jadi pemilih milenial ini jadi penentunya mengingat salah satu cawapres juga dari kalangan milenial,” jelasnya.

Dia melanjutkan, fenomena di Pilpres ini juga berkolerasi pada pemilihan anggota DPD dan Pileg. Banyak caleg muda yang melakukan pendekatan kampanye yang berbeda. Irwan melihat mereka lebih memilih metode kampanye di media sosial daripada memasang alat peraga kampanye, seperti spanduk, baliho, dan lainnya.

“Jadi kampanye di Instagram, Tiktok, dan lainnya lebih banyak daripada memasang alat peraga kampanye konvensional,” jelasnya.

Namun, khusus untuk partisipasi pemilih di DPRD kabupaten, Irwan menemukan fenomena yang unik ketika melihat partisipasi pemilih per daerah pemilihan. Partisipasi pemilih di Dapil Sragen 1 dan Sragen 2 sangat tinggi sampai tembus 86%. Sedangkan partisipasi pemilih di Dapil Sragen 4 dan Sragen 5 paling rendah di angka 82%. Sementara di Dapil Sragen 3 cukup bagus di angka 83% dan di Dapil Sragen 6 bisa sampai 85,38%.

“Di kecamatan-kecamatan tertentu seperti di Dapil Sragen 4 yang berada di utara Bengawan Solo ternyata banyak yang merantau dan menggunakan hak pilih di tempat lain. Sebaliknya di wilayah perkotaan, partisipasi pemilih tinggi karena akses informasi mudah di kota dan tingkat pendidikan penduduknya lebih baik daripada di perdesaan. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi minat untuk datang ke tempat pemungutan suara,” ujarnya.

Mantan Ketua KPU Sragen, Minarso, melihat tingginya partisipasi pemilih disebabkan sejumlah faktor, seperti validnya daftar pemilih tetap (DPT). Adanya tiga pasangan calon dalam Pilpres juga memberi semangat yang lebih bagi masyarakat untuk menggunakan hak mereka.

Minarso juga sepakat banyaknya caleg muda mampu memberi dorongan pemilih untuk mau datang ke TPS dan menggunakan hak pilihnya. “Sosialisasi yang dilakukan KPU dan jajaran di bawahnya, PPK, PPS, hingga KPPS juga menentukan partisipasi. Para tokoh masyarakat, tokoh agama, juga ikut berperan dalam mendukung pemilih datang ke TPS,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya