Soloraya
Senin, 2 Oktober 2023 - 18:41 WIB

Pemkab Sragen Siapkan Langkah Strategis Kembangkan Industri Batik

Galih Aprilia Wibowo  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para model memperagakan busana batik desain Batik Putri Lestari dalam ajang Sukowati Batik Fashion (SBF) 2022 di Alun-alun Sasana Langen Putra Sragen, Rabu (26/10/2022) malam. (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Menjadi salah satu pusat industri batik, Kabupaten Sragen memiliki segudang potensi untuk dikembangkan.

Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen, Cosmas Edwi Yunanto, menyebut ada 138 industri kecil dan menengah (IKM) batik di Bumi Sukowati.

Advertisement

Ia menguraikan sentra batik di Kabupaten Sragen terpusat di wilayah Kecamatan Masaran dan Kecamatan Plupuh. Cosmas menilai ada beberapa tantangan untuk memajukan industri batik di Sragen.

“Rendahnya minat pembatik tulis usia muda. Lebih tertarik kerja kantoran dan pabrik,” ujarnya kepada Solopos.com, pada Senin (2/10/2023) yang bertepatan dengan Hari Batik Nasional.

Advertisement

“Rendahnya minat pembatik tulis usia muda. Lebih tertarik kerja kantoran dan pabrik,” ujarnya kepada Solopos.com, pada Senin (2/10/2023) yang bertepatan dengan Hari Batik Nasional.

Untuk menjawab tantangan ini pihaknya menyiapkan beberapa langkah strategis. Salah satunya dengan melaksanakan bimbingan teknis dan pelatihan industri batik. Antara lain meliputi pelatihan pengelolaan bisnis dan manajemen wirasusaha. Kemudian pelatihan teknis produksi dan standarsisasi produk. Serta pelatihan prosedur dan dokumentasi perdagangan luar negeri atau ekspor.

Selain itu pihaknya tengah membangun pusat batik atau galeri batik di kawasan Nglangon, Kecamatan Sragen.

Advertisement

Salah satu produsen batik asal Sragen, Andi Kusnanto, menguraikan batik bermotif khas Sragen masih banyak diminati konsumen. Oleh sebab itu, banyak produsen batik di Sragen yang masih eksis hingga saat ini.

Ia menyebut ciri khas batik Sragen adalah motif yang abstrak, yaitu kombinasi dari motif pakem yang ditambahkan dengan motif kekinian. Motif pakem adalah motif-motif yang secara turun temurun telah ada.

Ketua DPD Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Sragen ini menguraikan jenama batik miliknya, Batik Aulia Solo, menjadi salah satu pionir yang memakai desain kombinasi tersebut.

Advertisement

“Dulu pada 2016, batik dengan kombinasi tersebut kami desain dari kain katun hitam dengan ditempelkan guntingan-guntingan kain perca motif pakem, koleksi bisa dilihat di Instagram, @batikauliasolo” terang Andi.

Setelah membuat desain tersebut, permintaan batik yang datang kepadanya meningkat. Menurutnya, banyak pelanggan yang sebelumnya mencari di pasar-pasar, namun tidak ada. Momentum ini banyak diambil oleh pemodal dengan desain-desain yang mirip hingga muncul tren desain seperti saat ini.

Produk milik Andi diklaim laris manis di seluruh Indonesia. Harga produknya berkisar Rp250.000 di tingkat konsumen. Ia membanderol harga lebih murah untuk reseller.

Advertisement

“Ada juga pembeli luar negeri, biasanya dititipkan kepada rekan-rekan pelanggan yang pulang ke Indonesia,” tambahnya.

Andi juga menyebut beberapa tantangan dalam industri batik saat ini, yaitu standardisasi harga dari produksi hingga konsumen langsung.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif