Solopos.com, BOYOLALI — Penambang galian C di Desa Jatisari, Kecamatan Sambi, Boyolali, meminta waktu sepekan untuk memenuhi tuntutan warga terkait dampak aktivitas penambangan. Tuntutan itu termasuk perbaikan jalan yang rusak akibat longsor hingga mengakibatkan warga kesulitan akses.
Hal itu disampaikan penambang galian C tanah uruk Proyek Strategis Nasional (PSN) Jalan Tol Solo-Jogja di Jatisari, Bambang Satriawan, seusai menemui warga di Balai Desa Jatisari, Kamis (22/2/2024).
Ia mengungkapkan telah bertemu warga pada Kamis pagi dan berdiskusi serta meminta waktu satu pekan untuk menurunkan alat berat. “Saya minta waktu, satu pekan nanti saya turunkan alat berat dulu, saya tata lagi. Masalah seperti ini akan saya selesaikan, tapi memang butuh waktu dan bertahap,” kata dia.
Ia mengatakan dalam waktu satu pekan ini akan berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk memenuhi tuntutan warga. Ia menjelaskan dulu ia hanya menuruti kemauan warga bahwa jalan tidak boleh dipotong dan diturunkan.
Ia mengatakan dalam waktu satu pekan ini akan berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk memenuhi tuntutan warga. Ia menjelaskan dulu ia hanya menuruti kemauan warga bahwa jalan tidak boleh dipotong dan diturunkan.
Padahal, dia memiliki rencana lain. Kini giliran musim hujan, warga menyadari terjadi longsor dan jalan rusak. “Saya datang tadi mereka [warga] terkejut, dikira saya enggak datang. Saya datangi, kondisi seperti itu saya enggak tega lihat warga enggak bisa lewat,” kata dia.
Untuk solusinya, Bambang mengatakan rencananya ia akan membuat terasering. Jalannya diturunkan agar landai. “Terus nanti kami bikinkan cor beton untuk penghubung. Dibikinkan jembatan dan jalan, eman-eman misal ada daerah terisolasi,” jelasnya.
Pada aksi demo pada Juli 2023 lalu, warga menyampaikan 11 tuntutan warga kepada penambang, yakni:
Salah satu warga Jatisari, Munawar Soleh, menjelaskan sebelumnya pada Jumat (16/2/2024), warga sudah berkumpul untuk memikirkan penyelesaian masalah tambang di desa mereka. Kemudian, Kamis ini sedianya mereka mendatangi rumah pengelola tambang atas nama Bambang Satriawan di Kecamatan Nogosari.
Warga telah berkumpul di Balai Desa Jatisari. Beberapa polisi juga berjaga di lokasi. Namun, mereka urung pergi ke rumah Bambang di Nogosari. “Kalau langsung ke sana, misal Pak Bambang enggak ada, nanti warga emosi dan malah merusak, itu yang kami jaga, jangan sampai membuat masalah baru,” kata Munawar saat ditemui Solopos.com di Balai Desa Jatisari, Kamis.
Akhirnya, warga menyepakati untuk langsung membuat laporan ke dinas terkait di Provinsi Jawa Tengah dan polisi baik di Polres Boyolali dan Ditreskrimsus Polda Jateng.
Ia menjelaskan dampak belum selesainya permasalahan di bekas area tambang galian C tersebut yakni banyak tebing yang longsor. Munawar mengatakan di dekat area tambang galian C terdapat dua rumah yang warganya tidak mau menjual tanahnya.
Sekarang mereka kehilangan akses kendaraan. “Ada jalan di sana, tapi terkena longsor, jalannya terkikis. Sepeda motor saja tidak bisa masuk. Kalau mau ke sana harus jalan kaki, sepeda motornya dititipkan,” kata dia.
Salah satu warga Jatisari, Jumar, 50, mengatakan tanah dan jalan di sekitar rumahnya terkena longsor akibat aktivitas pertambangan galian C. Selain itu, jalan yang ada juga rusak.
“Dulu juga katanya mau ada irigasi, ini juga belum selesai. Harusnya selesai Januari 2024. Talut juga belum dibuat, padahal dulu juga mau dibuatkan,” kata dia.