Soloraya
Rabu, 24 Januari 2024 - 09:05 WIB

Permakaman di Selo Boyolali Longsor, 30 Jenazah Ikut Terbawa Longsoran

Nimatul Faizah  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Camat Selo, Bambang Suratno (seragam coklat berjaket), bersama Kades Jrakah, Tumar (jaket abu-abu bertopi), meninjau makam di Dukuh Pumut, Jrakah, Selo, Boyolali, Selasa (23/1/2024). (Istimewa/Bambang Suratno)

Solopos.com, BOYOLALI–Setidaknya 30 jenazah dan beberapa kerangka ikut terbawa longsor di sebuah permakaman yang berbatasan dengan area Taman Nasional Gunung Merbabu, di Dukuh Tumut, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, pada Jumat (19/1/2024).

Kejadian tanah longsor di tanah pemakaman pada ketinggian Selo tersebut berbarengan dengan longsor yang terjadi di di Jalan Solo-Selo-Borobudur (SSB), Dukuh Tritis, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

Advertisement

Kisah longsornya permakaman di Dukuh Tumut beserta 30 jenazah dan kerangka di dalamnya tersebut dikisahkan Camat Selo, Bambang Suratno, kepada Solopos.com, Rabu (24/1/2024).

“Saya baru tahu kemarin [Selasa, 23/1/2024]. Hari itu dapat kabar tersebut, saya langsung meluncur ke lokasi,” jelas dia kepada Solopos.com.

Advertisement

“Saya baru tahu kemarin [Selasa, 23/1/2024]. Hari itu dapat kabar tersebut, saya langsung meluncur ke lokasi,” jelas dia kepada Solopos.com.

Ia menjelaskan jalan menuju lokasi permakaman cukup membuat senam jantung karena ekstrem. Akan tetapi, ia sampai pula ke makam tersebut.

Bambang menceritakan setelah longsor di permakaman tersebut pada Jumat pagi, warga pada Jumat sore langsung memakamkan kembali secara massal 30 jenazah dan kerangka di sisi atas permakaman yang tidak longsor.

Advertisement

“Saya juga minta warga, di sana kan banyak cungkup makam, tentu itu menambah beban, saya minta untuk dirembuk [dimusyawarahkan]. [Semisal] yang cungkup itu dibongkar saja. Kemudian, ke depannya nisan tidak usah berat-berat, misal pakai penanda kayu atau lempengan saja biar tidak berat bebannya,” kata dia.

Di tengah cuaca ekstrem, Bambang mengimbau warganya untuk tetap waspada dalam menjalankan aktivitas.

“Untuk pengolahan tanah juga harus diperhatikan terkait kerawanan longsor. Jadi jangan terlalu curam dalam membuat terasering,” kata dia.

Advertisement

Sebagai informasi, longsor yang terjadi pada Jumat pekan lalu terjadi di beberapa tempat di Selo. Selain makam di Dukuh Tumut dan jalan SSB wilayah Tritis, Lencoh.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali mendata ada tiga kecamatan di Kota Susu yang terdampak cuaca ekstrem berupa hujan dan angin kencang pada Jumat lalu. Cuaca ekstrem itu memicu bencana berupa tanah longsor hingga rumah rusak.

Kasi Kedaruratan Bencana BPBD Boyolali, Rima Kusuma, menyampaikan tim reaksi cepat (TRC) BPBD melakukan kegiatan pembersihan longsoran, pohon tumbang, asesmen angin puting beliung, pemberian bantuan logistik, dan pembersihan sampah.

Advertisement

“Kejadian [longsor] di Desa Lencoh, jalan penghubung Suroteleng-Lencoh dan di Desa Samiran, Kecamatan Selo. Lalu, Desa Ngagrong, Kecamatan Gladagsari, dan Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari,” jelas dia kepada Solopos.com, Jumat.

 Ia menjelaskan bencana terjadi karena sebagian wilayah Boyolali mengalami cuaca ekstrem berupa hujan dan angin yang menyebabkan pohon tumbang di beberapa lokasi, kemudian tebing longsor di Desa Lencoh, dan kejadian lain.

TRC BPBD Boyolali telah melaksanakan asesmen dan membersihkan longsoran yang menutup akses jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB) di Desa Lencoh dan jalan desa di Samiran.

Kemudian, BPBD juga melaksanakan asesmen bencana longsor di jalan Suroteleng-Lencoh yang tersebar di empat lokasi dan sudah dilaksanakan pembersihan oleh warga. “Lalu ada pembersihan pohon tumbang di Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, sudah dilaksanakan bersama sukarelawan dan warga,” jelasnya.

Selanjutnya, ada pula asesmen rumah terdampak cuaca ekstrem berupa angin puting beliung dan pemberian bantuan logistik kepada warga. Pertama di Dukuh Wonolelo, Desa Ngagrong, Gladagsari, bantuan diberikan kepada keluarga Suyanto yang terdiri dari empat jiwa.

Rumah Suyanto rusak pada bagian atap yakni asbes kamar tidur yang rusak sebanyak empat lembar. Lalu gereja di dukuh yang sama juga mengalami kerusakan pada genting dan kaca. Tidak ada korban jiwa dalam dua kejadian tersebut.

“Ada satu kegiatan sebagai bentuk antisipasi kemungkinan banjir di Sungai Pengging yaitu pembersihan material sampah bersama sukarelawan Komunitas Pemerhati Sungai Adhidwara Pujangga,” jelas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif