SOLOPOS.COM - Teatrikal dengan tema pertemuan tokoh sejarah dihelat sebagai rangkaian Festival Benawi Sonten yang dihelat di Pasar Tambak, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Kamis (10/8/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Perhelatan Festival Benawi Sonten di Dukuh Butuh, Desa Gedongan, Plupuh, Sragen, dan di Pasar Tambak, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, sejak Senin (7-10/8/2023) mampu menggerakkan perekonomian desa setempat. Bupati Sragen memperkirakan perputaran uang selama Festival Benawi Sonten itu mencapai ratusan juta rupiah.

Festival tersebut digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen bersama Direktorat Pembina Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Dalam festival itu juga dihelat semacam ekspo usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) baik di Butuh maupun di Tambak.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Festival dari Butuh hingga ke Tambak ini diinisiasi Pemerintah Pusat yang mau menggali potensi daerah dan hikayat yang ada. Dananya dari pusat. Tahun depan kolaborasi lagi dan mungkin lebih meriah lagi sehingga bisa mendatangkan pihak-pihak dari luar Sragen,” ujar Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati saat ditemui wartawan di Tambak, Sribit, Kamis (10/8/2023) sore.

Yuni berharap tahun depan lebih banyak warga yang menonton festival, terutama dari luar daerah. Sejauh ini yang menyaksikan merupakan warga setempat dan lokal Sragen. Ia juga ingin festival ini jadi agenda rutin tahunan Sragen dan masuk dalam kalender kegiatan Badan Otorita Borobudur (BOB).

Ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi selama festival berlangsung cukup bagus meski belum bisa menghitung secara riil. Ia memprediksi nilai transaksi mencapai ratusan juta rupiah. “Saya melihat masyarakat memang haus hiburan dan tempat wisata kita terbatas juga,” ujarnya.

Pada Jumat (11/8/2023) ini, Bupati diagendakan bertemu Bob untuk membahas potensi acara apa yang bisa dibuat di Sangiran. Termasuk soal Sangirun Night Trail yang sudah dua tahun berjalan dan sukses. Lomba lari maraton di malam hari akan dipertahankan pada Sangirun 2023 karena masih menjual.

Terpisah, anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Untung Wibowo Sukowati, mengaku baru kali pertama datang ke Pasar Tambak. Dia melihat festival berbasis kearifan lokal ini bisa dilestarikan masyarakat. Selain untuk meningkatkan perekonomian, juga untuk melestarikan sejarah.

Jika animo masyarakat dan penyelenggaranya bagus, menurut pria yang akrab disapa Bowo itu Pemerintah Provinsi Jateng akan mendukung  begitu pula kementerian.

“Festival ini awalnya mulai dari kearifan lokal, tinggal pengembangannya ke depan bagaimana. Pengembangan ini tidak hanya fisik tetapi yang penting kreativitas masyarakatnya. Nah, bentuk dukungan kami bisa berupa infrastruktur. Seperti dulu pernah membangun tempat pentasnya di Pasar Bahulak. Dulu saya juga pernah membantu desa wisata senilai Rp200 jutaan per desa,” katanya.

Dia menerangkan desa wisata itu syaratnya harus memiliki surat keputusan (SK) Bupati Sragen dulu baru bisa mendapat bantuan. Desa wisata yang punya SK ini pun, kata dia, harus dicek dulu, jangan sampai hanya buat gapura saja bisa jadi desa wisata.

“Potensi pariwisata Sragen berkembang itu tergantung Bupatinya. Tambak dulu tidak ada lampu, lama tidak aktif, kemudian sekarang dihidupkan lagi dan dimodifikasi sesuai selera pasar itu bagus,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya