SOLOPOS.COM - Deretan tabung gas di Pangkalan Gas LPG 3 Kg Anom Subagyo, Jl. Raya Nguter 01/05, Nguter, Sukoharjo. Selama April Pertamina menambah sebanyak 1 juta tabung gas untuk Jateng dan DIY, sementara Sukoharjo mendapat tambahan sebanyak 37.920 tabung. (Solopos.com/Ahmad Kurnia Sidik)

Solopos.com, SUKOHARJO–Area Manager Jawa Tengah dan DIY Pertamina, Brasto Galih Nugroho, menyampaikan bahwa pihaknya telah menambah pasokan tabung gas melon untuk Jawa Tengah dan Yogyakarta sekitar 1 juta tabung LPG 3 kg sejak awal April 2024.

“Penambahan itu dilakukan pada 1-20 April 2024. Dan khusus Sukoharjo, penambahannya sekitar 4,1% dari penggunaan hari biasa atau sekitar 37.920 tabung,” jelas Brasto saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (13/4/2024).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kelangkaan yang terjadi khususnya di Sukoharjo walaupun sudah ada penambahan tabung, menurut dia, disebabkan tingkat penggunaan saat Ramadan yang melonjak sangat tinggi.

“Kami sudah menambahkan. Dan terkait dengan pendistribusian itu kami serahkan ke agen masing-masing yang mengetahui kondisi lapangan dengan detail penggunaannya. Untuk kelangkaan mungkin karena lonjakan yang sangat tinggi saat Ramadan. Kan banyak penjual takjil dadakan saat Ramadan,” ungkap Brasto.

Ia juga menyampaikan bahwa saat ini pendistribusian gas melon sudah mengalami perbaikan karena hampir 80% pendistribusian langsung dari pangkalan ke pengguna.

Saat ditanya siapa saja yang berhak menggunakan gas melon, ia menjawab dengan mengacu pada Keputusan Menteri ESDM No. 37.K/MG.01/MEM.M/2023 . Namun juga dia tidak menampik akan adanya ketidaksesuaian dalam pelaksanaan di lapangan.

Sebagai informasi, berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No. 37.K/MG.01/MEM.M/2023 tentang Petunjuk Teknis Pendistribusian Isi Ulang Liquefied Petroleum Gas Tertentu Tepat Sasaran, bahwa gas melon hanya diperuntukkan bagi konsumen tertentu, yakni kelompok rumah tangga, usaha mikro, nelayan sasaran, serta petani sasaran. Sehingga untuk pembuktian, konsumen gas melon harus menunjukkan KTP untuk kemudian dicek oleh pihak pangkalan.

“Seharusnya yang boleh menggunakan itu hanya empat sasaran sesuai keputusan menteri ESDM. Namun, kalau masih ada ketidaksesuaian itulah yang masih harus kita perbaiki. Karena memang aturan penujukan KTP saat membeli itu untuk sementara dibuat sebagai pendataan,” jelas Brasto.

Saat ditanya apakah bakal ada aturan yang kuat yang bisa memberi sanksi bagi pelanggar pengguna gas melon untuk ke depannya, ia belum bisa memastikan.

“Kita tunggu dan dukung saja kebijakan pemerintah terkait hal ini untuk ke depannya,” kata dia.

Brasto mengajak masyarakat dan media untuk bersama-sama mencegah terjadinya pelanggaran berat seperti pelonjakan harga sangat tinggi dan penimbunan bahan bakar dalam jenis apapun. “Mari kita sama-sama menjaga. Baik masyarakat ataupun media, kalau menemukan pelanggaran seperti penimbunan dan menaikan harga secara ugal-ugalan, segera melapor ke kepolisian ataupun ke kami, untuk segera ditindak sesuai hukum,” jelasnya.

Sementara itu beberapa pangkalan LPG 3 kg di Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, mendapat tambahan pasokan gas melon dari Pertamina.  Setidaknya hal itu dirasakan oleh Pangkalan Gas LPG 3 KG Anom Subagyo di Jl Raya Nguter RT01/05, Nguter, Sukoharjo. Anom sebagai pemilik pangkalan itu mengaku bahwa menjelang Lebaran, ia tidak mendapat pasokan gas melon.

“Kamis-Jumat [4-5/4/2024] sebelum Lebaran itu kami memang kosong. Tidak mendapat pasokan. Mungkin sudah habis di pangkalan karena tingginya permintaan,” jelas Anom saat berbincang dengan Solopos.com di pangkalannya, Sabtu (13//4/2024).

Namun, lanjut Anom, setelah itu pangkalannya mendapat pasokan  tambahan LPG 3 kg yang sebelumnya dalam sehari sekitar 60-70 tabung, sejak Kamis (11/4/2024) menjadi sekitar 120 tabung dalam sehari.

“Setelah itu pasokan normal. Namun karena sebelumnya sempat kosong dan permintaan tinggi, dalam hitungan jam sudah habis,” jelas Anom.

Anom mengaku sempat kewalahan melayani pembeli yang meningkat drastis itu. Sebagai siasat, ia meminta kartu tanda penduduk (KTP) bagi pelanggan baru yang datang ke dia untuk kemudian dicek apakah pelanggan baru tersebut layak mendapat gas melon atau tidak.

“Tapi terkadang saya tidak tega. Pernah ada warga dari [Kecamatan] Manyaran [Kabupaten] jauh-jauh ke sini untuk cari gas. Seharusnya enggak boleh karena sudah ada wilayahnya masing-masing, tapi karena kemanusiaan saya kasih [beli],” jelas Anom.

Anom juga bercerita saat banyaknya keluhan warga terkait kelangkaan gas melon, ia didatangi oleh pihak yang mengaku dari Pertamina untuk mengecek pangkalan gas di Kecamatan Nguter guna pendataan ulang pendistribusian.

“Setelah pengecekan itu, pasokan lancar dan bahkan mendapat tambahan,” ungkapnya.

Sementara, saat ditanya terkait dengan kelangkaan gas pada hari pertama Lebaran, Anom menjelaskan karena pangkalannya dan pangkalan lainnya banyak yang libur saat Lebaran.

Hal yang sama juga disampaikan oleh pemilik pangkalan gas melon, Khomsari Setyaningsih. Setelah ramai keluhan terkait kelangkaan gas melon, pangkalannya juga mendapat pasokan tambahan LPG 3 Kg. Sebelumnya ia mendapat sekitar 50-60 tabung gas, menjadi sekitar 95 tabung gas per minggu. Khomsari tidak mendapat pasokan gas per hari karena pangkalannya dinilai oleh agen relatif baru buka.

“Iya memang sekitar empat hari sebelum Lebaran itu agak langka, tapi setelah Lebaran ini sudah aman. Bahkan ada tambahan,” jelas Khomsari saat berbincang dengan Solopos.com di pangkalannya, Sabtu (13/4/2024).

Khomsari juga mengaku bahwa pada saat kelangkaan gas melon terjadi, dia harus meminta KTP bagi pelanggan barunya untuk dicek. Di saat yang bersamaan juga membatasi pembeli yang bukan berasal dari Nguter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya