SOLOPOS.COM - Karyawan tempat usaha Oleh-oleh Bu Hodi Paru membungkus pesanan para pemudik di toko, Tegal Kepatihan, Klaten, Senin (15/4/2024). (Solopos/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, KLATEN — Oleh-oleh khas Klaten diburu para pemudik saat arus balik Lebaran 2024. Para pedagang oleh-oleh itu sampai mendapat ribuan pesanan per hari.

Pemilik usaha Oleh-Oleh Khas Klaten Bu Hodi Paru, Pratih Sarwo Endah, 54, saat ditemui Solopos.com, Senin (15/4/2024), mengatakan pesanan sudah membeludak sejak Ramadan lalu.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Ini luar biasa, dari puasa sudah ramai. Biasanya dipakai buat oleh-oleh pemudik ketika arus balik. Kami bisa packing pesanan dari pagi sampai pukul 22.00 WIB,” kata dia di tokonya di Tegal Kepatihan, Klaten.

Pratih mengatakan jika dibandingkan hari biasa terdapat peningkatan penjualan sampai tiga kali lipat. Menurutnya, saat momentum libur pasti ada peningkatan, namun puncak keramaian terjadi ketika Idulfitri. 

Dia mengatakan yang membuat ramai ketika momen Lebaran adalah semua kalangan termasuk nonmuslim pulang kampung. Sehingga pembeli oleh-oleh di tempatnya pun tidak hanya muslim yang merayakan Idulfitri.

Pratih menjual berbagai macam keripik seperti ceker, paru, belut, jamur, dan bayam. “Kalau yang laris dibeli pelanggan ya ceker, paru, belut, sama usus, karena memang khas klaten. Trennya orang Klaten yang pulang kampung terus bawa oleh-oleh pas balik ke perantauan,” kata dia.

Dia mengatakan jika dibandingkan tahun lalu terjadi peningkatan dua sampai tiga kali lipat. Menurutnya, jumlah pembeli meningkat sejak tiga tahun lalu setelah pandemi. Dia bercerita saat pandemi benar-benar sepi.

Dalam satu hari di luar Idulfitri, Pratih bisa menghabiskan bahan baku sampai 50 kg per item produk. Namun, pada momen Lebaran seperti sekarang jumlahnya bisa lebih.

“Wah enggak bisa dihitung, packingnya aja ribuan per hari. Kami packing dari pagi sampai malam saat ramai. Per orang saja ada yang pesen 2,5 kuintal,” kata dia.

Harga Naik

Pratih dibantu tiga karyawan dan anak-anaknya untuk memenuhi pesanan dari berbagai kota seperti Jakarta, Bekasi, Surabaya, Batang, sampai Bali. Usaha yang sudah dirintis sejak 30 tahun lalu itu terus eksis sampai sekarang.

Harga yang ditawarkan pun beragam. Kemasan seperempat kilogram dijual dengan harga Rp45.000 untuk keripik paru dan ceker. Sedangkan keripik belut dan usus dibanderol dengan harga Rp43.000 per kemasan.

“Tapi baru Lebaran tahun ini harganya naik Rp2.500 per item. Terpaksa dinaikkan karena bahan bakunya sulit didapat dan harganya juga sudah tinggi. Tahun-tahun lalu tidak naik” kata dia.

Oleh-oleh khas Klaten lain seperti jenang juga mengalami kenaikan pesanan lantaran diburu para pemudik. Salah satunya Jenang Ayu Niten di Desa Gadungan, Wedi, Klaten.

Penerus usaha Jenang Ayu Niten, Nana, 36, mengatakan produksi jenang di tempatnya meningkat dua kali lipat jika dibandingkan hari-hari biasa. Dia mengatakan jenangnya sudah ramai pembeli sejak sebelum Lebaran.

“Kebanyakan yang mau balik ke perantauan, kadang ada yang telepon dulu buat pesan,” kata dia. Nana mengatakan satu kemasan jenang dijual dengan harga Rp19.000 untuk harga saat Lebaran.

Sedangkan pada hari-hari biasa Rp18.000. Dia mengatakan banyak bahan baku yang harganya naik hampir dua kali lipat. Menurutnya, kenaikan harga yang hanya Rp1.000 per kemasan tersebut masih wajar.

Dalam satu hari ia bisa memproduksi 50 kg jenang. Sedangkan hari-hari biasanya hanya 25 kg. Menurut Nana, jumlah jenang yang diproduksi itu untuk memenuhi ribuan pesanan dalam sehari. “Kami enggak ngitung ya pastinya berapa, tapi sehari bisa sampai ribuan yang pesan jenang pas Lebaran kayak gini,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya