SOLOPOS.COM - Ketua DPR RI, Puan Maharani, saat mengunjungi Sentra Kerajinan Tembaga Tumang, David Gallery Art, Cepogo, Boyolali, Kamis (11/1/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, menyebut anak Ketua DPRD Boyolali Marsono menjadi salah satu korban penganiayaan oleh anggota TNI di depan Asrama Kompi Senapan B Yonif 408/Suhbrastha Boyolali, Sabtu (30/12/2023) lalu.

“[Benar yang bersangkutan] menjadi salah satu korban yang tidak sengaja ada di TKP [tempat kejadian perkara]. Saat itu yang bersangkutan lagi lewat tapi dianggap menjadi bagian dari orang yang menjadi korban,” kata dia saat diwawancarai wartawan di sentra kerajinan tembaga Tumang, Cepogo, Boyolali, Kamis (11/1/2024).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ia menjelaskan informasi itu ia peroleh dari temuan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) yang nantinya akan dikoordinasikan bersama Bupati dan Ketua DPRD Boyolali. Tujuannya agar ada titik temu antara pelaku dan korban sehingga bisa diketahui apa yang menjadi kesalahan dan apa yang terjadi pada saat kejadian.

“Saya juga mendorong Pak Bupati, Pemkab, dan pihak terkait untuk bisa mengoordinasikan sehingga bisa diproses secara hukum dengan baik dan benar,” kata dia.

Sebelumnya, saat diwawancarai di Kantor Bupati Boyolali, Puan mengungkapkan telah meminta kepada DPC PDIP, Bupati, dan Ketua DPRD Boyolali untuk mengawal kasus tersebut. Terkait penggunaan knalpot brong saat kampanye, Puan meminta agar semua pihak saling menjaga, membatasi, dan menghormati.

“Yang mengganggu membatasi diri. Begitu juga yang terganggu, jangan kemudian emosional lalu melakukan tindakan di luar hal yang seharusnya dilakukan,” jelas dia.

Disinggung apakah akan mengeluarkan instruksi khusus untuk mengantisipasi kejadian serupa mengingat jadwal kampanye terbuka yang belum dimulai dan memungkinkan ada lagi konvoi dengan kendaraan berknalpot brong, Puan menyatakan masih melihat perkembangannya terlebih dahulu.

“Mungkin nanti kami lihat dulu tindak lanjut dari apa yang dilakukan dan dikawal oleh DPC dan Pemda di Boyolali ya,” kata dia.

Penjelasan Korban

Sementara itu, salah satu korban penganiayaan oleh anggota TNI pada Sabtu (30/12/2023) lalu, Slamet Andono, 25, juga menjelaskan anak Ketua DPRD Boyolali, Marsono, yang berinisial I ikut menjadi korban.

Saat ditemui Solopos.com di rumahnya pada Kamis pagi, Andono mengatakan anak Marsono bukan ikut rombongan konvoi akan tetapi memakai mobil untuk membawa nasi kotak.

I, tutur Andono, yang melihat ada korban penganiayaan kemudian mencoba mencari bantuan dengan mengeluarkan handphone akan tetapi ikut diamankan oleh anggota TNI dan dianiaya.

Terkait enam anggota TNI yang ditetapkan menjadi tersangka tindak penganiayaan tersebut, Andono mengatakan hanya pasrah dengan proses hukum yang berlaku.

Pada saat kejadian, Andono mengaku memakai knalpot brong dan helm. Ia juga menyesali telah melanggar peraturan lalu lintas. Namun, ia menganggap sikap anggota TNI berlebihan saat menganiaya.

“Misal urusan jalan raya kan hak polisi lalu lintas. Akan tetapi kembali lagi, setiap manusia pasti mempunyai emosi. Saya mengakui salah karena memakai knalpot brong. Namun, menurut saya tindakan mereka [TNI] berlebihan,” jelas dia.

Sebagaimana diinformasikan, penganiayaan terhadap relawan Ganjar-Mahfud oleh anggota TNI pada Sabtu (30/12/2023) itu terjadi dipicu penggunaan motor berknalpot brong yang bising dan mengganggu kenyamanan masyarakat.

Total ada tujuh korban dalam kejadian tersebut dan dua di antaranya sempat dirawat inap dan dipulangkan pada Rabu (3/1/2024). Sementara enam anggota TNI telah ditetapkan menjadi tersangka penganiayaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya