Soloraya
Senin, 27 November 2023 - 19:42 WIB

RS Kardiologi Emirates Solo Butuh 300 Karyawan, Menkes Minta Putra Daerah

Wahyu Prakoso  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menkes Budi Gunadi Sadikin meminta RS Kardiologi Emirates-Indonesia diisi dari putra daerah. (Dok)

Solopos.com, SOLO— Rumah Sakit Kardiologi Emirates-Indonesia yang resmi mulai dibangun di Solo Technopark, Kecamatan Jebres, Solo, Senin (27/11/2023), bakal menyerap sekitar 300 tenaga kerja termasuk tenaga kesehatan (nakes).

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan ada 100 tempat tidur yang tersedia pada Rumah Sakit Kardiologi Emirates-Indonesia. Dengan kapasitas itu, jumlah tenaga kerja termasuk nakes yang dibutuhkan sekitar 300 orang.

Advertisement

“Ada 100 tempat tidur dikali tiga. Minimal tenaga yang dibutuhkan dikali tiga. Jadi 300,” jelasnya ditemui wartawan setelah melakukan peletakan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Kardiologi Emirates-Indonesia.

Menkes meminta bantuan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dan Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana untuk menyediakan dokter spesialis dari Solo yang bisa bekerja secara penuh di Rumah Sakit Kardiologi Emirates-Indonesia.

“Karena kebanyakan rumah sakit-rumah sakit tidak permanen, jadi pekerjaannya tidak. Ini kan rumah sakit khusus membutuhkan respons yang cepat jadi kalau bisa segera diisi. Kalau bisa putra daerah dari Solo,” kata dia.

Advertisement

Budi menjelaskan pengalamannya selama menjadi Menteri Kesehatan menemui rumah sakit bagus, namun kekurangan dokter. Salah rumah sakit dengan fasilitas baik di Kota Solo memakai tenaga dokter dari rumah sakit daerah.

“Kasihan orang-orangnya karena dokter itu tak bisa kerja 24 jam. Oleh karena itu kami harus memproduksi dokter yang lebih banyak supaya rumah sakit ini ada dokternya,” ujarnya.

Menurut dia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupaya membuka pendidikan dokter spesialis lebih banyak lagi dengan biaya yang lebih terjangkau. Kondisi pendidikan dokter sejauh ini masuknya susah dan biayanya tergolong mahal.

Advertisement

“Dengan membangun pendidikan di rumah sakit-rumah sakit yang sudah menjadi standar di seluruh dunia. Indonesia mungkin satu-satu negara atau di bawah lima dari 192 negara anggota PBB [Persatuan Bangsa-Bangsa] yang pendidikan berhenti dulu kerja, melamar ke perguruan tinggi, masuk di sana, gak kerja empat tahun, baru selesai,” jelasnya.

Dia menjelaskan mayoritas negara dokternya tetap bekerja selama menempuh pendidikan lanjutan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif