Soloraya
Jumat, 6 Oktober 2023 - 18:16 WIB

Rus Utaryono Inisiasi Munculnya Presidium Rakyat Sragen, Tujuannya Pilkada 2024

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Lima orang perwakilan Presidium Rakyat Sragen Untuk Konstelasi Pilkada 2024 menyampaikan rencana aksi yang dilakukan menjelang Pilkada 2024 kepada wartawan di Resto Geprek Sako Sragen, Jumat (6/10/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Pilkada Sragen 2024 masih setahun lebih, namun dinamikanya mulai terasa. Pada Jumat (6/10/2023), sekumpulan tokoh masyarakat non-partisan mendeklarasikan kelompok yang dinamakan Presidium Rakyat Sragen untuk Kontestasi Pilkada 2024.

Tujuan dibentuknya Presidium Rakyat Sragen adalah untuk mendorong partai politik (parpol) melahirkan calon bupati yang siap bertarung di pilkada. Jika tidak ada parpol yang berani mengusung calon bupati, maka Presidium Rakyat Sragen akan menggalang kekuatan rakyat untuk mengusung calon independen.

Advertisement

Inisiator pembentukan Presidium Rakyat Sragen adalah Rus Utaryono, mantan politikus PPP. Ia membentuk perkumpulan itu menggandeng sejumlah tokoh pergerakan Sragen, seperti Codry Mustaqim, Jamaludin Hidayat, Eko Wijiyono, Sri Bekti Prihantono, Suyadi Kurniawan, dan Rahmad.

Dalam jumpa pers di Resto Geprek Sako Cantel, Sragen, Rus Utaryono menyampaikan bahwa masyarakat Sragen harus mengambil pelajaran dari Pilkada 2020 yang hanya ada pasangan calon tunggal. Kala itu, pasangan Kusdinar Untung Yuni Sukowati-Suroto memenangi Pilkada Sragen dengan perolehan suara 80,22% atau setara dengan 432.037 suara melawan kotak kosong yang mendapat 106.472 suara atau 19,78% dari total daftar pemilih tetap (DPT) 745.665 orang.

Advertisement

Dalam jumpa pers di Resto Geprek Sako Cantel, Sragen, Rus Utaryono menyampaikan bahwa masyarakat Sragen harus mengambil pelajaran dari Pilkada 2020 yang hanya ada pasangan calon tunggal. Kala itu, pasangan Kusdinar Untung Yuni Sukowati-Suroto memenangi Pilkada Sragen dengan perolehan suara 80,22% atau setara dengan 432.037 suara melawan kotak kosong yang mendapat 106.472 suara atau 19,78% dari total daftar pemilih tetap (DPT) 745.665 orang.

“Kami belum mendengar parpol atau perorangan secara terbuka mendeklarasikan diri maju Pilkada 2024. Padahal waktunya tinggal setahun dan itu tidak lama. Kewajiban parpol itu melahirkan pemimpin tetapi sampai hari ini kewajiban itu belum terpenuhi. Atas dasar itulah kami mendorong parpol agar juga bersiap dengan Pilkada 2024,” ujar Rus yang pernah menjabat sebagai anggota DPRD Sragen.

Rus juga mendorong warga Sragen yang potensial untuk berani maju sebagai calon bupati lewat jalur independen.

Advertisement

Dia berharap para elite parpol tersadar dan termotivasi untuk segera melahirkan calon pemimpin yang mumpuni. Dia menyatakan masyarakat umum saja berani mengajak parpol apalagi parpol yang memiliki jaringan terstruktur sampai ke level desa. Dia melihat kesadaran elemen masyarakat mulai siap menghadapi Pilkada jauh hari.

Modal Finansial

Rus memahami pilkada membutuhkan modal finansial yang tinggi dan sepertinya parpol masih terbayang-bayang dengan beban itu sehingga harus berpikir ulang untuk mengusung calon.

Eko Wijiyono mengaku sebagai salah satu aktor yang menggerakan warga memiliki kotak kosong di Pilkada 2020. Dia khawatir ketika konstelasi pilkada itu tidak dimulai jauh hari akan terjadi “tebas atas” seperti yang terjadi sebelumnya. “Tebas atas” yang dimaksud adalah kebijakan politik parpol di daerah ditentukan oleh elit di tingkat pusat.

Advertisement

Eko berkeyakinan akan ada perubahan di Sragen pada Pilkada 2024. Dia menilai situasi politik sekarang berbahaya karena mesin politik terkuras habis untuk Pileg dan Pilpres, sementara jaraknya dengan pelaksanaan pilkada dekat. Ketika energi parpol menipis, dia khawatir terjadi pragmatism elit parpol di atas sehingga terjadi “tebas atas.” Supaya hal itu tidak terjadi, Eko berharap ada calon independen.

“Seberapa pun kekuatan finansial akan kalah dengan kehendak rakyat,” ujarnya.

Suyadi Kurniawan melihat Sragen tidak kekurangan figure tetapi banyak figur yang kurang kreatif. Codry Mustaqim juga sependapat. Dengan presidium inilah, kata dia, akan memunculkan figur-figur baru supaya demokrasi di Sragen berjalan lebih baik.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif