SOLOPOS.COM - Perajin kain goyor, Muhammad Nasir, mengoperasikan ATBM saat menenun benang menjadi kain goyor di Dukuh Sendangrejo, Desa Musuk, Sambirejo, Sragen, Sabtu (20/1/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Perajin sarung goyor Sragen yang banyak dijumpai di wilayah Dukuh Wonosari, Desa Sambirembe, Kecamatan Kalijambe, juga ditemukan di wilayah Kecamatan Sambirejo, tepatnya di Dukuh Sendangrejo RT 010, Desa Musuk. Keberadaan tenun yang dibuat secara tradisional dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) menghasilkan kain berkualitas dan bernilai tinggi.

Kerajinan sarung goyor di Musuk, Sambirejo, Sragen, dipelopori Muhammad Nasir, 38, sejak tahun 2017-2018. Nasir, sapaannya, bekerja menenun benang di rumah bersama istrinya, Sri Lestari. Mereka memproduksi tenun goyor itu untuk disetorkan ke pabrik di Semanggi, Kota Solo, Solo.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Semula, Nasir yang asli dari Majalengka, Jawa Barat, belajar menenun goyor di Solo sejak 2008. Setelah cukup lama di sana, kemudian Nasir meminta izin untuk membuat tenun itu di rumah. Ia membawa dua unit ATBM untuk bekerja di rumah.

“Dulu saya kerja ini di Solo, terus saya pulang. Alasan saya bawa pulang, pengin, jika ada teman-teman atau tetangga mau belajar, bisa meningkatkan ekonomilah. Saya ajari mereka gitu. Alhamdulillah ada beberapa orang yang tertarik. Saya ajari. Sekarang sudah ada enam orang, yakni empat orang di Sendangrejo dan dua orang di wilayah perbatasan Sragen-Karanganyar,” jelasnya saat berbincang dengan wartawan, Sabtu (20/1/2024) lalu.

Proses pembuatan selembar kain goyor membutuhkan waktu cukup singkat bagi Nasir. Dalam sehari dia bisa menghasilkan selembar kain goyor berukuran 4 meter dan lebar 60 cm. Namun demikian, Nasir menyadari bekerja di rumah tidak seperti di pabrik karena fokusnya kurang.

Kain goyor yang diproduksi Nasir dan teman-temannya disetor ke Solo dan dipasarkan sampai ke Timur Tengah. Dia mengatakan pasar lokal juga ada dengan harga mulai Rp250.000-Rp600.000 per potong.

“Untuk pemintalan benang saya buat sendiri dengan memanfaatkan roda bekas sepeda. Untuk ATBM dari Solo. Permintaan pasar bulan-bulan ini cukup meningkat. Saya ditarget untuk membuat kain goyor minimal satu kodi atau 20 potong per pekan untuk empat perajin. Biasanya kalau target setiap pekan itu hanya lima potong,” jelasnya.

Peningkatan permintaan sarung goyor terjadi sejak dua bulan terakhir sampai sekarang. Kain goyor menurutnya istimewa karena selain bernilai seni tersendiri, benang yang digunakan berkualitas dan beda. “Kalau dipakai saat musim dingin bisa menghangatkan. Sebaliknya saat dipakai saat musim panas bisa terasa adem,” ujarnya.

Nasir mengakui penghasilannya berasal dari upah menenun tersebut karena bahan baku disetor dari pabrik. Dari setiap satu potong kain goyor yang ditenunnya, Nasir mendapatkan upah Rp75.000-Rp80.000. Upah tersebut, ujar dia, tergantung pada hasil garapan tenunnya. “Semua dari pabrik, termasuk pemasarannya. Saya ini istilahnya buruh,” katanya.

Nasir menerangkan motif kain beragam sesuai dengan permintaan pembeli (buyer). Dia mengatakan pasar paling banyak di Timur Tengah dan kalau lokal relatif sedikit. Dia menyetorkan kain hasil tenun ke pabrik sepekan sekali. Dia bekerja tidak mengenal waktu, kadang pagi, siang, bahkan sampai malam. Penghasilannya dari menenun kain goyor  cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen mengetahui sentra kerajinan tenun goyor hanya di Sambirembe, Kalijambe, Sragen.

Pada 2012 lalu, industri tenun goyor mendapat perhatian dari Kementerian Perindustrian tetapi dalam perjalanannya tidak diketahui. Ganjar Pranowo saat masih menjabat Gubernur Jawa Tengah siap ikut memasarkan ke Arab Saudi karena sentra tenun goyor di Jateng tidak hanya di Sragen tetapi juga ada di Pemalang dan Magelang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya